1

17 Tahun Perjalanan Laznas PPPA Daarul Qur’an Memperluas Kebermanfaatan

Kabar6-Beranjak dari impian KH. Yusuf Mansur untuk memuliakan Al-Qur’an dan melahirkan sebanyak-banyaknya generasi hafizh/hafizah di seantero dunia, tercetuslah Program Pembibitan Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an yang diperkenalkan ke publik pada 29 Maret 2007 silam. Cita-cita itu perlahan terwujud melalui ikhtiar nyata dengan mempelopori gerakan Rumah Tahfizh.

Alhamdulillah, gagasan Rumah Tahfizh mendapat antusias besar dari masyarakat sehingga terciptalah program Wisuda Akbar Menghafal Al-Qur’an “One Day One Ayat”. Dimana jutaan masyarakat Indonesia, para ulama dan para pemuka agama dari negara-negara Timur Tengah turut serta dalam perhelatan yang di gelar setiap tahunnya di berbagai lokasi di Indonesia.

Sederet penghargaan pun diraih Laznas PPPA Daarul Qur’an dalam gelaran Wisuda Akbar Indonesia Menghafal. Mulai dari dinobatkan sebagai Lembaga Tahfizh Terbaik di Dunia sampai Rekor Muri. Tentu semua tak lepas dari dukungan seluruh stake holder, masyarakat wabil khusus donatur yang senantiasa membersamai.

**Baca Juga:Tangsel Sudah Ditetapkan Jadi Destinasi Wisata Kesehatan

“Alhamdulillah sepanjang 17 tahun ini kami istiqomah berjuang dalam gerakan dakwah tahfizhul Qur’an demi lahirnya generasi ahlul Qur’an. Melalui program Pendidikan dan Dakwah, nilai-nilai Al-Qur’an diterapkan untuk mencetak generasi yang unggul dan berkarakter Qur’ani,” ujar Direktur Utama Laznas PPPA Daarul Qur’an Dwi Kartika Ningsih dalam siaran persnya pada diterima, Kamis (28/3/2024).

Sejak 2015 hingga 2022, Laznas PPPA Daarul Qur’an 16 kali berturut-turut mendapatkan hasil audit keuangan dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Kemudian pada 2018, PPPA Daarul Qur’an resmi mendapat izin Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas). Tentu izin dari Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) ini menjadi pemecut energi untuk semakin menyebarluaskan kebermanfaatan.

Sejumlah Sumber Daya Insani (SDI) Laznas PPPA Daarul Qur’an juga telah tersertifikasi amil dan nadzir sejak 2018. Berbagai upaya pengembangan lembaga terus dilakukan, salah satunya melakukan standarisasi manajemen mutu dalam bisnis proses melalui ISO 9001 hingga meluncurkan sustainable report dilakukan untuk menjadi lembaga yang semakin profesional, akuntabel dalam pengelolaan zakat, infak, sedekah dan wakaf (Ziswaf) demi mempertahankan kepercayaan masyarakat.

Laznas PPPA Daarul Qur’an juga turut andil dalam aksi-aksi kemanusiaan yang digulirkan melalui program Sosial Kemanusiaan dengan terjun langsung ke lokasi bencana di Indonesia. Laznas PPPA Daarul Qur’an pun hadir untuk Palestina dari membangun Rumah Tahfizh Gaza pada 2013, melahirkan para penghafal Qur’an hingga hari ini masih konsisten memberikan bantuan kemanusiaan untuk masyarakat Palestina di tengah konflik.

Program Pemberdayaan Masyarakat dan Kesehatan juga menjadi fokus Laznas PPPA Daarul Qur’an. Telah berdiri Kampung Qur’an di 11 wilayah pascabencana, minoritas, terpencil dan terpelosok diantaranya Kampung Qur’an Bobanehena (Halmahera Barat), Kampung Qur’an Obel-obel (Lombok Timur), Kampung Qur’an Oe Ue (Nusa Tenggara Timur), Kampung Qur’an Merapi, Jawa Tengah, dan lain sebagainya. Menyambung akses kehidupan masyarakat terpencil dengan membangun Jalan Kehidupan di Rumpin Bogor (Jawa Barat) sejauh dua kilometer, membangun dua Jembatan Kehidupan di Parung Panjang (Bogor) dan Pandeglang (Banten) serta Klink DAQU Sehat di Malang (Jawa Timur) dan Magelang (Jawa Tengah).

Berjalan di atas semangat juang mengagungkan ayat-ayat suciNya hingga 2024 ini, Laznas PPPA Daarul Qur’an masih tetap istoqomah. Di usia ke-17 tahun ini total penerima manfaat program dalam balutan dakwah tahfizhul Qur’an sebanyak 8.281.031 jiwa melalui lima pilar program utama yakni Pendidikan, Kesehatan, Sosial dan Ekonomi, Dakwah dan Kemanusiaan.

“Memasuki usia 17 tahun ini Laznas PPPA Daarul Qur’an terus konsen dalam dakwah Al-Qur’an khususnya pada program-program pengentasan buta aksara Al-Qur’an. Pada momen ini pula, kami meresmikan program tuli mengaji di 17 provinsi sebagai bentuk keistiqomahan dalam mencetak para hafizh dan hafizah. Berupaya menjadi jalan saudara-saudara kita yang berkebutuhan khusus untuk juga bisa mendapat kesempatan yang sama dalam mendawamkan ayat-ayat suciNya,” ucap Dwi.

Semoga Laznas PPPA Daarul Qur’an tetap istiqomah dan menjadi lembaga yang unggul dalam membangun gerakan filantropi Islam berbasis Tahfizhul Qur’an di lima benua.(red)




Kisah Mahasiswa Idaqu, Pernah Jualan Bakso Bakar

Kabar6

Kabar6-Taufik sudah terbiasa disiplin memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Seperti pada kesempatan perbincangan di Institut Daarul Qur’an, awal pekan lalu. Pemuda itu tampak terburu-buru setelah selesai wawancara, sebab dia harus segera kembali ke Rumah Tahfizh untuk mengajar.

Pemilik nama lengkap Taufik Abdullah itu adalah mahasiswa Institut Daarul Qur’an penerima program beasiswa. Taufik, panggilan akrabnya, juga menjadi pengajar di salah satu Rumah Tahfizh di Karawaci, di bawah Koordonator Daerah RTC wilayah Banten.

Mahasiswa jurusan Al-Qur’an dan Hadits tersebut terlihat rapih dengan kemeja hitam dan celana abu-abu. Tidak lupa topi newsbooy berwarna abu-abu yang membuatnya tampak semakin elegan.

Namun, siapa sangka bahwa anak muda keren tersebut adalah seorang hafidz Qur’an 30 juz. Penampilannya yang menarik meski bergaya klasik membuat Taufik tidak terlihat seperti ustadz-ustadz pada umumnya. Memang selain mengajar, ia juga menjadi mahasiswa di Institut Daarul Qur’an.

Pada kesempatan tersebut Taufik menceritakan latar belakangnya. Ternyata, ia merupakan perantau asal Medan yang berkelana ke ibu kota hanya untuk menuntut ilmu.

Semua itu berawal dari keputusannya untuk masuk ke Rumah Tahfizh di Medan. Rumah Tahfizh tersebut berada di bawah naungan PPPA Daarul Qur’an Medan. Taufik masuk Rumah Tahfizh karena ingin menjadi penghafal Al-Qur’an.

“Waktu itu, cari-cari program tahfizh di internet terus dapet informasi di Rumah Tahfizh Daarul Qur’an. Habis itu langsung daftar dan Alhamdulillah lolos, masuk di situ,” kata Taufik.

Ia begitu bersungguh-sungguh ketika memutuskan untuk masuk ke Rumah Tahfizh. Keputusan itu juga sudah mendapat restu dari orang tuanya. Bahkan, ada satu pesan dari ayahnya yang sampai sekarang masih ia ingat.

“Belajarlah sampai kamu nggak punya teman, niscaya kamu nanti akan didatangi banyak teman,” ungkap Taufik mengingat pesan sang ayah.

Taufik benar-benar menerapkan pesan tersebut. Ia belajar dengan giat sehingga tak memiliki banyak waktu dan teman untuk bermain. Namun, ia membuktikan sendiri bahwa ketika sudah hafal 30 juz maka banyak teman-teman yang datang kepadanya.

Ya, Taufik berhasil mengkhatamkan Al-Qur’an di Rumah Tahfizh. Ia membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk menghafal 30 juz. Dirinya tak menyangka banyak keajaiban yang terjadi dalam hidupnya setelah hafal Al-Qur’an.

Salah satu yang paling berkesan adalah kesempatan untuk kuliah gratis di Institut Daarul Qur’an. Namun, merantau jauh dari keluarga bukanlah hal yang mudah. Ia harus berjuang dari kerasnya kehidupan di kota seorang diri.

Sebut saja untuk kebutuhan sehari-hari, Taufik sampai rela menjadi penjual bakso bakar di awal-awal perkuliahan. Hal itu ia lakukan agar lebih mandiri dan tidak bergantung kepada orang tua. Mengingat, sebelumnya ia mendapatkan kiriman uang dari orang tuanya.

“Saya nggak mau jadi beban buat orang tua, jadi saya harus cari uang sendiri di sini. Dulu ikut kuliah umum KH. Yusuf Mansur dan beliau bilang ke jamaah supaya telpon orang tua sambil bilang biar nggak lagi kirimin uang, nah itu saya lakukan,” jelasnya.

**Baca Juga: UPTD PJJ Pandeglang Lakukan Perbaikan Rutin Jalan Ahmad Yani

Sejak saat itu, ia tidak pernah meminta uang kepada orang tuanya.

“Jadi, seberapa pun uang yang saya pegang, saya harus bisa memakainya buat kebutuhan pribadi,” imbuhnya.

Kebesaran Allah kembali dibuktikannya. Tak lama setelah itu, ia mendapatkan tawaran mengajar di Rumah Tahfizh. Kesempatan itu tidak ia sia-siakannya. Ia menjalankan tugas sebagai pengajar dengan baik sebagai bentuk syukur kepada Allah. Hingga kini dirinya masih bertahan menjadi pengajar Rumah Tahfizh tersebut.

Taufik selalu dapat membagi waktu antara mengajar dan kuliah. Cita-citanya sendiri adalah menjadi pengusaha dan mendirikan pesantren penghafal Qur’an. Ia ingin ilmunya bermanfaat untuk anak-anak yang sama sepertinya beberapa tahun silam.

Mari dukung mereka jadi sarjana pengahfal Qur’an dengan sedekah terbaikmu. Klik di sini untuk berikan donasi. (Red)