Partai Gelora Optimistis Lolos ke Senayan, Mengikuti Kesuksesan Demokrat, Gerindra dan Nasdem pada Pemilu Sebelumnya

Kabar6-Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia optimistis bakal mendulang kesuksesan seperti Partai Demokrat, Partai Gerindra dan Partai Nasdem yang bisa langsung duduk di Senayan saat pertama kali mengikuti pemilu legislatif (Pileg) sebelumnya.

“Kalau kita merujuk ke sejarah pemilu legislatif pasca reformasi, tercatat ada tiga partai, yang ketika berdiri ikut pemilu dan langsung bisa duduk di Senayan, itu ada Partai Demokrat, Partai Gerindra dan kemudian Partai Nasdem. Dan Partai Gelora punya tren yang baik, mudah-mudahan akan memberikan kejutan dalam Pemilu 2024,” kata Mahfuz Sidik.

Hal itu disampaikan Mahfuz Sidik dalam Gelora Talk bertajuk ‘Menanti Kejutan Partai Baru pada Pemilu 2024‘ , Rabu (7/2/2024). Diskusi ini menghadirkan Direktur Eksekutif SPIN Igor Dirgantara dan Peneliti Ahli Utama BRIN Prof Dr Siti Zuhro.

Menurut Mahfuz, Partai Gelora sebenarnya memiliki ciri yang relatif sama dengan Demokrat, Gerindra dan Nasdem, yakni pada ceruk atau pasar yang sama.

“Tapi yang membedakan, Partai Gelora ini pasarnya atau kolamnya ini tidak sekedar dari kanan ke tengah. Dan perlu diingatkan, juga bahwa Partai Gelora ini dari unsur pimpinan pusat dan provinsi, hampir seluruhnya politisi senior yang pernah lolos ke Senayan,” katanya.

Karena itu, kata Mahfuz, meski pada saat pendirian berada dalam situasi Covid-19 dan tidak memungkinkan melakukan konsolidasi yang masif, Partai Gelora berhasil melalui situasi tersebut dan menjadi peserta Pemilu 2024.

“Partai Gelora punya satu kekuatan teritorial untuk menggerakkan mesin politik partai. Dari hasil survei, alhamdulillah ada tren kenaikan elektabilitas terus menerus,” katanya.

Mahfuz mengungkapkan, dari survei internal yang diadakan pertahun ada tren kenaikan signifikan. Pada tahun pertama elektabilitas masih sekitar 0,3 %, tahun kedua mencapai 1 %, tahun ketiga sudah mencapai 1,6 % dan memasuki tahun keempat sudah diangka 3 persen.

“Tren kenaikan elektabilitas ini, sebenarnya menujukkan kekuatan teritorial Partai Gelora terus berkembang, meski dengan berbagai keterbatasan. Tetapi komunikasi dan sosialisasi yang dilakukan struktur dan para caleg kita berhasil membangun jaringan dibawah,” katanya.

Sehingga berbagai program unggulan Partai Gelora, termasuk narasi membangun Indonesia sebagai superpower baru, mulai diterima dengan baik oleh masyarakat.

Narasi Partai Gelora tersebut, juga sejalan dengan ide pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menjadikan Indonesia Maju, menuju Indonesia Emas 2045, sehingga memberikan coattail effect bagi Partai Gelora.

Hal inilah, yang kemudian menyebabkan, tren elektabilitas Partai Gelora naik terus menjelang hari pencoblosan pada 14 Februari 2024.

“Kami bersyukur selama tiga tahun trennya naik terus, sekarang sudah diatas 3 %. Sekarang pandangan mata kita, semua energi sedang kita fokuskan dalam beberapa hari ini untuk mencapai 4 %. Mudah-mudahan Partai Gelora akan memberikan kejutan di 2024, lolos ke Senayan,” pungkasnya.

Strategi Sudah Tepat

Sementara itu, Direktur Eksekutif lembaga Survei and Polling Indonesia (SPIN) Igor Dirgantara mengatakan, strategi yang digunakan Partai Gelora agar tembus ke Senayan sudah tepat, melalui berbagai program yang disampaikan.

“Strategi Partai Gelora juga ada kesamaan dengan apa yang diampaikan Prabowo dalam pidatonya, bahwa Prabowo-Gibran dan koalisinya punya strategi transformasi bangsa ini, yang disebut superpower seperti dalam Pembukaan UUD 1945 ikut melaksanakan ketertiban dunia, dan ingin memerdekakan Palestina,” kata Igor.

Igor menegaskan, program Wajib Belajar 16 Tahun, termasuk di dalamnya kuliah gratis mendapatkan sambutan positif di masyarakat, termasuk program pemberantasan buta huruf baca Al’Qur’an.

“Jadi ketika ditanyakan ke responder, program apa yang paling anda ingat, programnya Partai Gelora, Wajib Belajar 16 Tahun. Kalau bahasanya Pak Anis Matta, kuliah gratis. Sebenarnya memperpanjang wajah belajar dari SD/SMP/SMA sampai 9 tahun jadi 16 tahun, ditambah kuliah gratis. Itu diingat masyarakat,” katanya.

Karena itu, menurut Igor, mudah sebenarnya bagi Partai Gelora untuk lolos ke Senayan dan melampaui ambang batas parlemen (parliamentary threshold) 4%, selain programnya diterima masyarakat, Partai Gelora juga mendapatkan coattail effect atau efek ekor jas skor tertinggi dari dukungan politik ke capres, selain Partai Gerindra dan PSI.

“Dari data survei kami terakhir yang belum kami publikasikan, elektabilitas Partai Gelora sudah 3,8 % dari sebelumnya 3,6 % pasca debat terakhir. Keyakinan kami, Partai Gelora mampu melewati ambang batas parlemen 4 %,” katanya.

Igor menjelaskan, pemilih loyal Partai Gelora terbanyak ada di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten dan Sumatera Utara. “Dari data kami juga terkonfirmasi banyak pemilih partai lama akan memilih partai baru, Ini peluang bagi Partai Gelora, karena pemilih inginkan ada partai yang berbeda,” paparnya.

Selain itu, Direktur Eksekutif SPIN ini menambahkan, masyarakat mengetahui, bahwa program rekonsiliasi nasional antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Prabowo Subianto yang disuarakan pertama kali oleh Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta dan Wakil Ketua Fahri Hamzah juga mendapatkan respon positif.

“Program tentang rekonsiliasi itu menjadi daya tarik di masyarakat itu pertama kali di kumandangkan Pak Anis Matta, sehingga terjadilah rekonsiliasi Pak Jokowi-Pak Prabowo. Dan Pak Fahri Hamzah yang pertama kali menyebut nama Gibran untuk melanjutkan rekonsiliasi tersebut,” ujarnya.

**Baca Juga: Partai Gelora Gelar Dua Dialog Keumatan Sekaligus di 2 Lokasi pada Hari yang Sama

Capaian Luar Biasa

Sedangkan Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Siti Zuhro mengakui, capaian Partai Gelora dalam perpolitikan di Indonesia saat ini luar biasa.

Dimana pengelolaan manajemen organisasinya sangat modern, bukan bertumpu pada permodalan, tapi ditekankan pada kualitas seperti Parti ID, sehingga ada rasa saling memiliki diantara kader partai.

“Saya kira Partai Gelora akan menjadi partai modern, bukan partai dinasti, itu sudah kuno, sehingga partai politik akan menjadi showroomnya para politisi handal,” kata Siti Zuhro.

Ia yakin Partai Gelora akan menjadi partai yang paling matang ke depannya dalam membangun infrastruktur partai, apalagi dikuatkan dengan program pendidikan Wajib Belajar 16 tahun.

“Saya senang Gelora ini pro pendidikan, meskipun bentuk partainya religius nasionalis. Tapi saya sarankan agar Partai Gelora perlu ada benchmark baru seperti misalnya Golkar. Infratruktur yang terbangun sudah bagus, meski ceruk Golkar diambil dan partainya beranak-pinak, tetap nomor 2 atau 3,” katanya.

Siti Zuhro optimistis Partai Gelora akan lolos ke Senayan, meskipun persyaratan ambang batas parlemen 4 persen bagi partai baru tidak mudah. Namun, dengan ketokohan Anis Matta dan Fahri Hamzah, elektabilitas Partai Gelora naik terus.

“Syarat untuk lolos ambang batas yang 4 persen itu ada tiga syarat. Pertama adalah ketokohan, karena masyarakat Indonesia suka mengikuti tutur dari pimpinan. Kedua adalah segmen basis massa yang jelas, dengan ideologi Pancasila,” katanya.

Adapun syarat ketiga adalah modal. Namun, meski Partai Gelora memang tidak punya modal besar, tetapi komunikasi politik yang dilakukan Partai Gelora sangat efektif, bukan sekedar memberikan janji palsu kepada masyarakat.

“Ini yang harusnya dilakukan partai kita agar masyarakat tidak minta uang terus, sekarang saatnya mengubah organisasi partai, menjadi partai modern seperti yang dilakukan Partai Gelora, kualitasnya dulu dibangun, ini luar biasa,” katanya.

Sebelum menjadi partai, kata Siti Zuhro, pendirian Partai Gelora sudah disiapkan terlebih dahulu melalui sebuah organisasi masyarakat (ormas), ormas Garbi, seperti halnya ormas Nasdem milik Partai Nasdem.

“Sekarang bagi Partai Gelora tinggal memetakan ceruk-ceruk dukungannya melalui benchmark. Agar kehadiran partai Gelora memberikan makna kebaruan, di terima oleh pemilih muda, untuk mengantiisipasi bonus demografi. Benchmark ini misalnya, ketika nanti sudah duduk di legislatif, Partai Gelora tidak akan diam saja melihat kesulitan masyarakat ketika barang-barang naik dan seterusnya,” tegasnya.(Tim K6)




Partai Gelora Optimistis Suara Umat Islam di Jabar Kembali ke Prabowo

Kabar6-Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengatakan, masyarakat sudah tahu mana partai yang suka berbohong dan mana yang jujur. Partai tersebut, usai Pemilu biasanya suka lupa sama janji politiknya.

“Saya kira masyarakat sudah tahu mana partai yang bohong, dan mana partai yang jujur. Partai yang suka bohong ini, habis itu suka lupa dengan janjinya, iya kan,” kata Anis Matta dalam Bincang Keumatan dengan tokoh se-Sukabumi Raya dan Cianjur di Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), Senin (18/12/2023).

Anis Matta merasa terharu dengan antusiasme para tokoh se-Sukabumi dan Cianjur dalam menghadiri acara Bincang Keumatan ini. Hal ini menanbahkan, bahwa Partai mendapatkan sambutan luar biasa di Sukabumi dan Cianjur.

“Jadi hampir sebagian besar perjalanan saya selama empat hari ini, saya nyetir sendiri mulai dari Bogor, Bekasi, Bandung dan Sukabumi. Memang cukup melelahkan, tapi saya merasa bergembira,” katanya.

Anis Matta mengungkapkan, berdasarkan hasil survei internal yang disampaikan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Rico Marbun, elektabilitas Partai Gelora di Jabar sekarang sudah mencapai 3,6 persen.

Sehingga diharapkan Jabar diharapkan dapat menyumbang 50 persen suara dari target secara nasional dalam Pemilu 2024 agar memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary threshold) 4 persen.

“Tadi ada nasehat yang baik, dari Pak Wahyudin, bahwa saya mungkin lebih dikenal daripada Partai Gelora. Kita memang harus kerja keras untuk mensosialisasikan ke masyarakat. Acara ini adalah bagian dari sosialiasi tersebut,” katanya.

Anis Matta mengaku sering berkunjung ke Sukabumi sejak tahun 1990-an. Ia kerap menemui alm KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie, pendiri Pondok Pesantren Al-Qur’an As-syafi’iyah di daerah Pulo Air, Sukabumi.

“Disini saya juga sering bertemu dengan teman-teman mahasiswa. Saya kira nasehat ini penting, kita di DPN akan membantu para caleg di Dapil 4 dan Dapil 3 Jabar untuk mensosialisaikan Partai Gelora di Sukabumi dan Cianjur,” katanya.

Anis Matta melihat ada dukungan luar biasa kepada Partai Gelora dari masyarakat di Sukabumi dan Cianjur. Ia yakin Partai Gelora akan mendapatkan kursi dari daerah pemilihan (dapil) 3 dan 4 Jabar.

“Saya melihat bahwa ada dukungan yang luar biasa kepada partai ini. Salah satu tanda yang paling kuat adalah bapak-bapak dan ibu-ibu semuanya sudah duduk berjam-jam di sini. Orang tidak pulang, mungkin cuma keluar masuk ke toilet, tapi kesabaran duduk sini berjam-jam, menunjukkan bahwa semua bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian benar-benar mencintai dan dengan tulus ingin memenangkan Partai Gelora di Sukabumi dan Cianjur,” katanya.

Dengan dukungan luar biasa dari masyarakat Sukabumi dan Cianjur, Anis Matta yakin suara umat Islam di Jabar akan kembali ke calon presiden (capres) Prabowo Subianto seperti pada pemilihan presiden (Pilpres) pada 2014 dan 2019 lalu.

“Tugas Partai Gelora di Koalisi Indonesia Maju sesuai kesepakatan dengan Pak Prabowo mengembalikan suara beliau dalam dua Pilpres lalu. Dan kenapa kita bikin dialog ini supaya kita dapat menjelaskan ke umat, alasan beliau bergabung dengan Pak Jokowi (Joko Widodo) dan mengapa berpasangan dengan Mas Gibran (Gibran Rakabuming Raka), semangatnya adalah melanjutkan rekonsiliasi dan persatuan,” ujarnya.

Prabowo, kata Anis Matta, meminta semua komponen bangsa bersatu dan tidak terpecah belah, karena tantangan bangsa ke depan jauh lebih berat. Sehingga upaya rekonsiliasi nasional harus tetap dilanjutkan.

“Dari sambutan yang luar biasa disini, saya semakin yakin bahwa, Insya Allah suara umat di Jawa Barat akan kembali dan lebih besar lagi kepada Bapak Prabowo. Mudah-mudahan kita memenangkan Pilpres satu putaran,” tegasnya.

Anis Matta menegaskan, semua janji politik yang telah disampaikan mulai dari pemberian gizi ibu hamil hingga kuliah gratis akan direalisasikan dalam bentuk kebijakan, apabila Partai Gelora lolos ke Senayan pada Pemilu 2024, dan pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memenangi PIlpres 2024.

**Baca Juga: RSUD Tigaraksa Diresmikan, Sukardin : Buah Karya Bang Zaki Patut Ditiru

“Setelah Partai Gelora masuk Senayan dan pasangan Prabowo-Gibran menang Pilpres, kita akan bertemu kembali setelah itu. Kita akan mulai membicarakan bagaimana caranya merealisasikan dan memperjuangkan janji-janji politik. Insya Allah, ketika nanti Pemilu 2029, sudah ada komentar masyarakat, bahwa sudah benar Partai Gelora tepati janji,” katanya.

Anis Matta berharap pembelahan di masyarakat seperti pada Pilpres 2014 dan 2019 lalu, tidak terjadi di Pilpres 2024, meskipun bibit-bibit pembelahan sudah mulai muncul.

“Karena selalu yang menjadi korban adalah umat Islam, padahal kita mayoritas di Indonesia. Itu akibat kita bekerja, bertindak dan bertujuan yang seakan-akan kita ini bukan umat mayoritas, tapi berpikir dengan cara minoritas,” katanya.

“Padahal kita ini ditakdirkan menjadi bangsa muslim terbesar di dunia, maka dunia Islam kita ini, adalah pemimpin. Itulah tujuan pendirian Partai Gelora menjadikan Indonesia sebagai superpower baru, karena azas kita adalah Pancasila, tapi jatidiri kita adalah Islam,” pungkasnya.(Tim K6)




Fahri Hamzah Optimistis Partai Gelora Bakal Jadi Partai Terbesar di Indonesia

Kabar6-Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah yakin Partai Gelora suatu saat akan menjadi partai terbesar di Indonesia.

Sebab, Partai Gelora punya mimpi besar menjadikan umat Islam lebih berwibawa, serta menjadikan Indonesia sebagai negara superpower baru.

Hal itu disampaikan Fahri Hamzah dalam Bincang Keumatan dengan tokoh se-Bogor Raya di Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/12/2023) sore.

“Partai Gelora itu dasarnya Pancasila seperti dasar negara, jatidirinya Islam. Sehingga Partai Gelora dengan Indonesia tidak ada bedanya. Itulah sebabnya, kita yakin suatu hari Partai Gelora akan menjadi partai terbesar di Indonesia,” kata Fahri Hamzah.

Menurut Fahri, Pancasila sebagai dasarnya dan Islam sebagai jatidirinya itu merupakan satu kombinasi nilai-nilai dasar ideologi yang digali dan di temukan para pendiri bangsa, termasuk di dalamnya para ulama.

“Kita dulu itu negara kerajaan, kesultanan Islam, maka kita mendirikan negara Indonesia, digali dasarnya, ketemulah 5 poin itu di dalam Pancasila. Nah, ketika kita mencari dasar bagi partai, ketemulah Pancasila. Tapi jatidirinya Islam, sebagaimana jatidiri bangsa. Itu kita tulis di AD/ART partai,” katanya.

Sehingga, kata Fahri kembali menegaskan, bahwa antara Indonesia dan Partai Gelora, tidak ada bedanya. Hal ini, yang diyakini Partai Gelora suatu hari nanti akan menjadi partai terbesar di Indonesia, karena tidak adanya perbedaan itu.

“Dasarnya Pancasila seperti dasarnya negara kita, jatidirinya Islam seperti jatidirinya bangsa Indonesia,” tegas Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini.

Karena itu, Partai Gelora akan mendorong Indonesia menjadi anggota Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-bangsa mewakili umat Islam sebagai bangsa yang berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Sedangkan Kristen Protestan bisa diwakili Amerika Serikat, Katolik mewakili Eropa, China mewakili agama Budha dan Hindu diwakili India.

“Jadi kalau Indonesia menjadi anggota Dewan Keamanan PBB yang beragama Islam terbesar, maka mimpi besar Partai Gelora menjadikan Indonesia sebagai superpower baru itu, bukan hanya cuma protes soal Palestina nggak didengar. Tapi kita bener-bener bisa kirim kapal induk dan pesawat tempur untuk mencegah kekejaman Israel,” katanya.

Dengan demikian, kata Fahri, Indonesia akan membuat Islam punya wibawa di mata dunia, karena memiliki power atau kekuatan dalam menegakkan keadilan di Palestina maupun di Myanmar yang berkaitan dengan pengungsi Rohingya, serta di negara-negara yang umat Islam didzalimi.

“Jadi bagaimana caranya supaya Indonesia menjadi superpower baru dan bisa menjadi anggota Dewan Keamanan PBB yang punya power, adalah dengan cara memenangkan Partai Gelora di 2024,” katanya.

Sebab, Partai Gelora adalah satu-satunya partai yang memimpikan Indonesia sebagai superpower baru, sehingga umat Islam punya wibawa di dunia.

“Jadi siapa yang akan membuat umat Islam punya wibawa di Indonesia dan dunia. Indonesia sebagai superpower baru, namanya Partai Gelora. Menangkan Partai Gelora sebagai partai terbesar yang memimpin Indonesia,” katanya kembali menegaskan.

**Baca Juga: Caleg Srikandi Partai Gelora Indonesia, Evi Eni Koesrini, Mulai Beraksi

Fahri menambahkan, untuk menjadikan Indonesia sebagai superpower baru harus memiliki mimpi besar, tidak hanya sekedar mendirikan partai untuk mengajukan calon anggota legislatif (caleg) saja.

“Jadi mimpinya harus besar, kalau bikin partai hanya mau nyaleg, itu cemen banget itu. Kita bikin partai ini supaya negara kita punya mimpi besar. Karena sekarang banyak mimpi yang cemen-cemen mimpinya itu,” katanya.

Fahri berharap Indonesia punya mimpi besar kembali. Partai Gelora ingin membangkitkan bangsa Indonesia agar punya mimpi besar sebagaimana mimpi para pendiri bangsa.

Yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

“Itu mimpi pendiri bangsa kita dan mimpi inilah yang ingin dihidupkan kembali oleh Partai Gelora. Karena itulah Partai Gelora, adalah Indonesia itu sendiri. Partai Gelora itu, jantung dan jiwanya Indonesia. Ini mimpi kita, suatu hari rakyat Indonesia akan sadar, bahwa kita akan membangkitkan Indonesia, membangkitkan umat, menjayakan partai ini, Inilah harapan Partai Gelora” pungkasnya.(Tim K6)




Anis Matta Optimistis Basis Keumatan Prabowo pada Pilpres 2024 Kembali

Kabar6-Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia mendapat tugas untuk mengembalikan basis dukungan Prabowo Subianto yang pernah didapat di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan Pilpres 2019.

Pada Pilpres 2014 Prabowo mendapatkan perolehan 62.576.444 suara (46,85%), sedangan perolehan suara Prabowo di Pilpes 2019 68.650.239 atau 44,50 persen suara.

“Secara umum kita yakin betul, Insya Allah bahwa basis keumatan Prabowo akan kembali lagi memilih beliau,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Rabu (13/12/2023).

Hal itu disampaikan Anis Matta dalam program Anis Matta Menjawab Episode 25 dengan tema ‘Bagaimana Membangun Kekuatan Politik Umat? yang telah tayang di kanal YouTube Gelora TV pada Senin (11/12/2023) malam.

Dalam program yang dipandu Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Komunikasi Organisasi DPN Partai Gelora Dedy Miing Gumelar yang juga merupakan Caleg DPR RI Dapil 6 Bekasi dan Depok ini, Anis Matta juga akan memastikan basis massa yang dibawa Gibran Rakabuming Raka di Jawa Tengah dan Jawa Timur mendukung Prabowo.

“Jadi pertama, selain mengembalikan basis keumatan Prabowo dan yang kedua adalah basis yang dibawa Mas Gibran, khususnya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, Insya Allah kita juga akan memastikan ke beliau,” katanya.

Anis Matta menegaskan, bahwa Partai Gelora mendapatkan tugas penting untuk memenangkan pasangan Prabowo-Gibran, dengan mengembalikan suara umat pada Pilpres 2024 seperti pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019.

“Dan tugas terpenting dari Partai Gelora adalah berkontribusi bagi pemenangan Pak Prabowo dengan mengembalikan suara umat kembali ke Pak prabowo,” katanya.

Anis Matta menyadari bahwa sejak dulu memang ada kesulitan dalam mengkonsolidasikan umat Islam. Hal tersebut berhubungan dengan pemikiran, akidah dan hal-hal teknis.

“Kadang-kadang orang bilang ke saya, terlalu besar pikirannya. Padahal partai politik kan cuma buat cari suara, kursi gampang didapat dengan bagi-bagi minyak goreng. Kenapa mesti jauh betul pemikiran,” katanya.

Menurut Anis Matta, dalam memperjuangkan kepentingan umat, tidak hanya sekedar berebut kursi di Senayan atau Pilpres. Tetapi umat Islam harus memiliki penerawangan ke depan di tengah kekacauan dunia saat ini akibat krisis global.

“Jadi untuk memperjuangkan kepentingan umat ini, tidak hanya sekedar pemikiran, memperbaiki aqidah umat atau berhubungan dengan hal-hal teknis. Tapi mesti punya penerawangan yang jauh, bagaimana kita memperjuangkan umat itu, dalam semua situasi yang kita hadapi, terutama di tengah kekacauan dunia yang terjadi sekarang,” ujarnya.

Kursi atau jabatan yang didapat, lanjut Anis Matta, adalah amanah yang memikul tanggungjawab yang besar, sehingga tidak hanya sekedar menandatangani suatu kebijakan atau undang-undang saja.

“Jadi semua itu harus mengerti betul tanggungjawabnya, bagaimana orang jadi presiden, gubernur dan seterusnya. Kebanyakan kita masuk politik itu, hilang jalan karena pada dasarnya kita tidak punya penerawangan yang jauh. Seperti orang pergi berlayar, kompasnya tidak jelas, navigasnya tidak jelas dan di tengah jalan kena badai,” katanya.

“Ini juga seperti papatah bugis dalam mengenang kekasihnya yang pergi merantau, dia bilang mungkin kamu sekarang sedang ada di tengah samudera dan tidak pernah sampai ke tujuan, serta tidak untuk kembali. Itulah nasib partai-partai sekarang yang berebut hal-hal kecil setiap hari,” katanya.

Anis Matta mengatakan, partai-partai sekarang termasuk partai Islam, tidak pernah memikirkan untuk mencapai hal-hal yang lebih besar.

“Kalau kita berpikir besar seperti ini tidak banyak uangnya seketika, nah itu yang bkin orang tidak sabar. Tapi jika berpikir kepentingan dalam skala umat, inilah yang mengilhami saya dalam mendirikan Partai Gelora,” pungkasnya.(Tim K6)

Kabar6-Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia mendapat tugas untuk mengembalikan basis dukungan Prabowo Subianto yang pernah didapat di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan Pilpres 2019.

Pada Pilpres 2014 Prabowo mendapatkan perolehan 62.576.444 suara (46,85%), sedangan perolehan suara Prabowo di Pilpes 2019 68.650.239 atau 44,50 persen suara.

“Secara umum kita yakin betul, Insya Allah bahwa basis keumatan Prabowo akan kembali lagi memilih beliau,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Rabu (13/12/2023).

Hal itu disampaikan Anis Matta dalam program Anis Matta Menjawab Episode 25 dengan tema ‘Bagaimana Membangun Kekuatan Politik Umat? yang telah tayang di kanal YouTube Gelora TV pada Senin (11/12/2023) malam.

Dalam program yang dipandu Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Komunikasi Organisasi DPN Partai Gelora Dedy Miing Gumelar yang juga merupakan Caleg DPR RI Dapil 6 Bekasi dan Depok ini, Anis Matta juga akan memastikan basis massa yang dibawa Gibran Rakabuming Raka di Jawa Tengah dan Jawa Timur mendukung Prabowo.

“Jadi pertama, selain mengembalikan basis keumatan Prabowo dan yang kedua adalah basis yang dibawa Mas Gibran, khususnya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, Insya Allah kita juga akan memastikan ke beliau,” katanya.

Anis Matta menegaskan, bahwa Partai Gelora mendapatkan tugas penting untuk memenangkan pasangan Prabowo-Gibran, dengan mengembalikan suara umat pada Pilpres 2024 seperti pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019.

“Dan tugas terpenting dari Partai Gelora adalah berkontribusi bagi pemenangan Pak Prabowo dengan mengembalikan suara umat kembali ke Pak prabowo,” katanya.

Anis Matta menyadari bahwa sejak dulu memang ada kesulitan dalam mengkonsolidasikan umat Islam. Hal tersebut berhubungan dengan pemikiran, akidah dan hal-hal teknis.

“Kadang-kadang orang bilang ke saya, terlalu besar pikirannya. Padahal partai politik kan cuma buat cari suara, kursi gampang didapat dengan bagi-bagi minyak goreng. Kenapa mesti jauh betul pemikiran,” katanya.

Menurut Anis Matta, dalam memperjuangkan kepentingan umat, tidak hanya sekedar berebut kursi di Senayan atau Pilpres. Tetapi umat Islam harus memiliki penerawangan ke depan di tengah kekacauan dunia saat ini akibat krisis global.

**Baca Juga: Anis Matta Ungkap Partai Gelora Dapat Tugas Kembalikan Basis Dukungan Prabowo pada 2014 dan 2019

“Jadi untuk memperjuangkan kepentingan umat ini, tidak hanya sekedar pemikiran, memperbaiki aqidah umat atau berhubungan dengan hal-hal teknis. Tapi mesti punya penerawangan yang jauh, bagaimana kita memperjuangkan umat itu, dalam semua situasi yang kita hadapi, terutama di tengah kekacauan dunia yang terjadi sekarang,” ujarnya.

Kursi atau jabatan yang didapat, lanjut Anis Matta, adalah amanah yang memikul tanggungjawab yang besar, sehingga tidak hanya sekedar menandatangani suatu kebijakan atau undang-undang saja.

“Jadi semua itu harus mengerti betul tanggungjawabnya, bagaimana orang jadi presiden, gubernur dan seterusnya. Kebanyakan kita masuk politik itu, hilang jalan karena pada dasarnya kita tidak punya penerawangan yang jauh. Seperti orang pergi berlayar, kompasnya tidak jelas, navigasnya tidak jelas dan di tengah jalan kena badai,” katanya.

“Ini juga seperti papatah bugis dalam mengenang kekasihnya yang pergi merantau, dia bilang mungkin kamu sekarang sedang ada di tengah samudera dan tidak pernah sampai ke tujuan, serta tidak untuk kembali. Itulah nasib partai-partai sekarang yang berebut hal-hal kecil setiap hari,” katanya.

Anis Matta mengatakan, partai-partai sekarang termasuk partai Islam, tidak pernah memikirkan untuk mencapai hal-hal yang lebih besar.

“Kalau kita berpikir besar seperti ini tidak banyak uangnya seketika, nah itu yang bkin orang tidak sabar. Tapi jika berpikir kepentingan dalam skala umat, inilah yang mengilhami saya dalam mendirikan Partai Gelora,” pungkasnya.(Tim K6)




Dengar Laporan Ketua DPW se-Sumatera, Anis Matta Makin Optimistis Partai Gelora Lolos ke Senayan

Kabar6-Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia mengaku semakin optimistis bakal memenangkan pertarungan politik di Pemilu 2024 dan lolos ke Senayan. Hal itu setelah mendengar laporan dari para Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Gelora se-Sumatera.

“Saya gembira sekali mendengarkan laporan persiapan kita untuk memenangkan Partai Gelora pada Pemilu 14 Februari 2024 yang akan datang,” kata Anis Matta saat menyampaikan arahan dalam Konsolidasi Pimpinan Partai Gelora se-Sumatera di Jakarta, Selasa (14/11/2023).

Anis Matta mengapresiasi kerja keras para Pimpinan DPW se-Sumatera di lapangan di tengah keterbatasan logistik Pemilu. Ia menilai semua struktur atau mesin politik Partai Gelora sampai ke lapis paling bawah sudah bekerja optimal.

“Tim relawan para caleg juga sudah bekerja keras, paling tidak sudah lebih 80 persen wilayah ini (Sumatera) dalam kondisi siap. Insya Allah kita menang,” katanya.

Ia menilai kolaborasi antara struktur DPW se-Sumatera dengan relawan para calon legislatif (caleg)-nya di Sumatera sangat luar biasa.

“Karena itu, saya mengapresiasi para Ketua DPW selaku komandan lapangan yang memiliki pengetahuan teknis untuk mengatasi dinamika masalah yang ditemukan,” ujarnya.

Anis Matta mengatakan, permasalahan logistik Pemilu sekarang tidak hanya dialami Partai Gelora saja, tapi juga seluruh partai politik karena berlangsung di tengah krisis ekonomi.

“Keluhan kebutuhan semua caleg sekarang relatiif merata, karena Pemilu ini berlangsung di tengah krisis ekonomi. Semua menghadapi tekanan finansial secara logistik, tekanannya luar biasa,” katanya.

Ia mengingatkan dua pepatah Rusia yang bisa menjadi pemantik semangat caleg Partai Gelora yang akan melakukan pertarungan politik di Pemilu 2024.

Pepatah pertama adalah “Ketika kita menderita, orang lain menderita juga seperti tidak ada penderitaan atau kesulitan”. Sedangkan pepatah kedua adalah “Kemiskinan mendorong kita menjadi kreatif”.

“Saya mengikuti perkembangan pertempuran yang sekarang sedang terjadi di Palestina. Bagaimana Israel yang kuat dari sisi kekuatan, melawan Hamas yang kalah dari sisi teknologi. Saya mencoba mempelajari apa rahasia kekuatan Hamas tersebut,” katanya.

Hamas, kata Anis Matta, memfokuskan targetnya kepada tank-tank dan kekuatan militer lainnya. Semua persenjataan dan amunisi yang diluncurkan dihitung benar-benar harus mengenai sasaran, dan tidak ada yang meleset.

“Akibatnya korban militer di Israel banyak yang jatuh, sementera korban di Palestina adalah warga sipil. Jadi apa yang mereka lakukan benar-benar fokus kepada target dan sasaran. Mereka fokus pada kekuatannya sendiri,” katanya.

Hal inilah, lanjutnya, yang membuat psikologis Israel melemah, dan Hamas memenangi pertempuran sejauh ini, karena banyak korban tewas di militer Israel. Tingkat efisensi tembakan roket Hamas sangat akurat, karena adanya fokus tersebut.

**Baca Juga: Percakapan Gibran di Sosial Media Paling Populer Dibandingkan Ganjar

“Jadi kita perlu menggunakan semua potensi yang kita miliki dan fokus apa yang bisa kita lakukan, jangan pikirkan kelemahan kita. Kita harus melakukan inovasi di tengah keterbatasan. Dan sebagai orang beriman, kita juga percaya bahwa Allah SWT-nya yang membuat sasaran itu menjadi tepat,” katanya.

Inovasi dalam Pemilu 2024 ini, lanjut Anis Matta, yang akan mengantarkan caleg-caleg Partai Gelora yang sebagian besar elite-elite daerah akan menjadi elite nasional, serta duduk sebagai Anggota DPR.

“Partai Gelora akan menjadi tangga naik, orang-orang daerah menjadi orang pusat. Supaya nanti yang namanya elite Indonesia itu adalah elite yang terdiri dari elite-elite daerah yang datang ke Jakarta dan mengerti betul daerahnya. Sehingga akan berdampak secara substansial menciptakan sirkulasi elite nasional baru,” pungkasnya.

Konsolidasi Pimpinan Partai Gelora-Sumatera ini juga dihadiri Sekretaris Jenderal Mahfuz Sidik, Ketua Bidang Teritori I Sumatera DPN Partai Gelora Syahfan Badri Sampurno, dan Wakil Ketua Bidang Narasi Tengku Zulkifli Usaman yang juga caleg DPR RI dari daerah pemilihan Aceh 2.(Tim K6)




Optimistis Lolos ke Senayan, Anis Matta: Kaltim akan Jadi Lumbung Suara Partai Gelora di Pemilu 2024

Kabar6-Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Anis Matta mengaku optimistis Kalimantan Timur (Kaltim) akan menjadi lumbung suara pada Pemilu 2024 mendatang.

Hal tersebut ia sampaikan di sela-sela pelaksanaan puncak acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-4 partai Gelora di BSCC Dome Balikpapan, Kalimantan Timur, Minggu (5/11/2023).

“Saya menyaksikan ada antusiasme yang besar dari masyarakat Balikpapan di sini terhadap kehadiran partai Gelora. Dan InsyaAllah kami di Partai Gelora yakin bahwa Kaltim ini akan menjadi lumbung suara partai Gelora dalam Pemilu 2024 yang akan datang nanti, Insyaallah,” kata Anis Matta.

Ia menyebut alasan Balikpapan menjadi tempat pelaksanaan puncak acara HUT ke-4 Partai Gelora, selain menjadi lumbung suara, juga akan menjadi wilayah Ibu Kota Negara (IKN) baru, apalagi tempatnya tidak jauh dari Balikpapan.

Menurut Anis Matta, di Kaltim ada calon legislatif (caleg) potensial lolos ke Senayan, yakni Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) sekaligus Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi, yang juga pernah menjadi Anggota DPR.

Lalu, ada Sekretaris DPW Kaltim Sarwono yang pernah mencalonkan diri sebagai calon Wali Kota Samarinda dan ada juga Yunita Indriani, seorang pengusaha Balikpapan.

Berdasarkan survei internal, DPW Kaltim memiliki elektabilitas tertinggi dalam perolehan kursi di parlemen, dibandingkan DPW-DPW lainnya.

“Saya yakin betul kita punya target kursi di Kaltim ini, makanya lebih dari target-target DPW-DPW lainnya. Mudah-mudah DPW Kaltim bisa menginspirasi DPW-DPW lainnya,” ujar Anis Matta.

Namun, ia berharap agar DPW maupun caleg lainnya tidak berkecil hati, dan tetap semangat dan menghilangkan segala keraguan, serta tidak memikirkan kendala kemenangan di lapangan dan memenuhi target yang telah ditetapkan.

“Karena kalau kita terlalu memikirkan kendala di lapangan akan membuat kita cemas, gelisah, susah tidur. Tapi kalau kita yakin menjadi pemenang, kita simpan di kepala dan hati kita. Insya Allah kita menang,” katanya.

Dari target-target yang telah ditetapkan, Anis Matta yakin, Partai Gelora dapat memenuhi parliamentary tresehold atau ambang batas parlemen sebesar 4 persen dapat terpenuhi, bahkan akan melampaui target.

Anis Matta menilai masalah logistik jangan dijadikan kendala di lapangan bagi caleg-caleg Partai Gelora, dan tetap fokus pada kekuatan, bukan pada kekurangan.

Dalam sejarah yang selalu dicatat, menurutnya, adalah pasukan kecil yang memenangkan pertempuran dengan tingkat kesulitan yang luar biasa, sumber daya terbatas, lawan yang dihadapi besar, justru itu yang menang dan menjadi catatan sejarah abadi.

“Jadi saudara-saudara sekalian, mau caleg tua, muda, laki-laki, perempuan. Yang nomor 1 maupun nomor 7, di kepala dan hati saudara-sudara harus simpan satu kata ini, itu menang, menang dan menang,” tegasnya.

Anis Matta berpesan kepada para caleg, DPW, DPD, serta para relawan untuk mewujudkan mimpi besar Partai Gelora, yakni menjadikan Indonesia sebagai superpower baru.

Sedangkan berkaitan dengan Kota Balikpapan sebagai penyangga IKN, Anis Matta mengatakan, Balikpapan akan menjadi penting di tahun-tahun yang akan datang.

**Baca Juga: Galang Solidaritas untuk Palestina, Partai Gelora Berhasil Kumpulkan Dana Ratusan Juta

Seharusnya Kota Balikpapan dan wilayah lain di Kalimantan yang menghasilkan sumber kekayaan alam terbesar bagi Indonesia mendapatkan kompensasi sangat besar dengan memajukan kota dan warga yang ada di Kaltim.

“Sehingga bisa menjadi sumber pertumbuhan baru bagi ekonomi Indonesia yang akan datang,” jelasnya.

Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menambahkan, Balikpapan pada 17 Agustus 2024 secara resmi akan menjadi kota terpenting di Indonesia, karena akan menjadi tempat ucapara peringatan Kemerdekaan RI di IKN, yang tidak jauh dari Balikpapan.

“Kota Balikpapan dan Kalimantan Timur, menurut rencana akan dibanjiri oleh proyek nasional sebesar Rp 500 triliun. Inilah perlambang keistimewaan dari dalam Kalimantan Timur, dan Kota Balikpapan secara khusus,” kata Fahri Hamzah.

Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini berharap Kota Balikpapan bisa menjadi mercusuar yang mengirimkan pesan ke seluruh Indonesia, bahwa Arah Baru Indonesia menuju Superpower akan dicanangkan di kota ini.

“Kita doakan Indonesia memasuki 100 tahun akan mensejahterakan rakyatnya membahagiakan rakyatnya, kehidupan adil dan makmur segera terlaksana. Kita doakan agar pemimpin kita di legislatif dan presiden sanggup memikul amanah besar menjadikan Indonesia sebagai bangsa superpower baru,” pungkasnya.(Tim K6)




Fahri Hamzah Optimistis Prabowo-Gibran Menang Satu Putaran di Pilpres 2024

Kabar6-Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah optimistis pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) akan memenangi pemilihan presiden (Pilpres) 2024 satu putaran.

Sebab, Prabowo-Gibran adalah pasangan yang paling ideal dibandingkan pasangan lain, Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

“Sekarang ini kita sadar ada di tengah. Dagangan kita, dagangan yang paling ideal. Yang penting tarinya dibikin anggun, Insya Allah semua ke kita. Jadi logika kita bisa menang satu putaran itu sangat mungkin, karena memang kita adalah kandidat yang sangat indah,” kata Fahri Hamzah, Rabu (1/11/2023) sore.

Penegasan itu disampaikan Fahri Hamzah dalam diskusi Gelora Talk dengan tema Gibran: Mengulas Plus dan Minusnya yang disiarkan secara langsung di kanal YouTube Gelora TV.

Diskusi yang dipandu Ketua Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Ratu Ratna Damayani ini juga menghadirkan Ketua Dewan Penasehat Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Direktur Eksekutif IndoBarometer Muhammad Qodari.

Menurut Fahri, kandidat lain akan sulit menarik suara dari kelompk usia muda, yang jumlahnya disebut mencapai 60 persen itu, meski sudah berbicara masalah milenial dan pemuda hingga berbusa-busa.

“Orang boleh ngomong soal milenial dan pemuda, tapi begitu Gibran tampil, lewat semua itu orang. Mereka terlalu terpesonafikasi terhadap calon kita, karena tidak ada seperti calon kita. Itu yang membuat orang sakit perut, apa boleh buat, salah sendiri kan,” ujar Fahri.

Fahri menilai saat ini banyak pihak yang naik pitam terhadap Gibran, terutama di partai tertentu, karena Wali Kota Solo itu merasa diangap sebagai figur yang penting di internalnya.

“Mungkin kemarahan itu, sebab karena katakanlah tiba-tiba ada kartu Mas Gibran, yang kartu ini sangat penting sekali, tetapi lepas dari tangan mereka, itulah kemarahan-kemarahan yang tidak bisa kita berargumen dengan nalar sistem,” ujarnya.

Pihak yang marah itu, saat ini merasa berseberangan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mereka juga terus mendorong black campaign (kampanye hitam) dan narasi kritis terhadap pribadi Presiden dengan mengangkat isu politik dinasti misalnya, secara terus menerus.

Padahal, menurut dia, politik dinasti tak relevan di Indonesia yang menganut sistem demokrasi. “Dalam demokrasi, doktrinnya adalah mustahil dalam demokrasi ini satu orang mengontrol semua permainan,” ucapnya.

Wakil Ketua Umum Partai Gelora ini menganggap Presiden Jokowi tak pernah berubah. Ia mengatakan, Jokowi dianggap tak sejalan dengan pihak tertentu yang dulu mendukungnya dan tengah marah saat ini.

“Saya barusan podcast sama Adian (Adian Napitupulu, politisi PDIP), saya bilang, ‘Ian kamu itu lagi marah. Ian, kamu mempersonalisasi Pak Jokowi’,” ujar Fahri.

Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini menilai kemarahan pihak tertentu itu merupakan fakta politik yang harus dihadapi. Ia optimistis Prabowo-Gibran bisa melalui situasi politik saat ini dan memenangkan Pilpres 2024.

“Begitu Mas Gibran muncul sebagai kartu yang signifikan dahsyat, akibatnya banyak orang marah. Tapi bahwa Prabowo-Gibran adalah simbolisasi dari idealnya kepemimpinan yang akan datang,” ujar dia.

**Baca Juga: Neno Warisman Gabung ke Partai Gelora dan Dukung Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

Disrupsi Politik

Sedangkan Direktur Eksekutif IndoBarometer Muhammad Qodari menganalogikan, kehadiran Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024 seperti kemunculan startup baru di bidang teknologi.

Yakni memiliki potensi besar untuk mendisrupsi produk-produk konvensional yang sudah ada sebelumnya, sehingga menimbulkan kekagetan dimana-mana.

“Gojek misalnya, ketika baru lahirkan menimbulkan disrupsi teknologi, karena memang regulasinya tidak siap mengantisipasi kemajuan teknologi, padahal punya potensi berkembang. Ini analogi yang saya coba pakai untuk menjelaskan fenomena Gibran,” kata Qodari.

Gibran ini, kata Qodari, adalah calon wakil presiden (cawapres) termuda sepanjang Indonesia modern, yang selama ini diisi oleh cawapres tua yang dimulai era Presiden Soeharto seperti Sudarmomo, Tri Sutrisno, BJ Habibie dan lain-lain.

“Jadi nggak mudah memang mendisrupsi pikiran sebagian politisi kita, terutama yang senior-senior. Mereka melihat Gibran ini agak aneh, karena dalam kacamata politik selalu dilihat harus melalui proses birokratisasi,” katanya.

Padahal politik itu, seharusnya dilihat mirip dengan dunia usaha, tidak boleh pakai kacamata birokrasi. “Ya kalau kita pakai kacamata birokrasi, namanya jabatan-jabatan tinggi itu tidak mungkin dicapai orang yang masih muda, harus berjenjang linier. Makanya ketika berbicara Sekda provinsi, kabupaten/kota, semuannya pasti sudah tua, tidak ada yang muda. Begipula dengan Kapolda atau Jenderal, tidak ada yang usia dibawah 40 tahun,” ujarnya.

Namun, ketika berbicara dalam dunia bisnis, maka tidak akan kaku melihatnya, karena tidak ada soal batas usia. Karena yang diutamakan adalah kemampuan eksekusi dan organisasi, sehingga bisa mendatangkan laba atau cuan.

“Visi dan misinya anak muda ini jauh ke depan, dan dimungkinkan lakukan percepatan. Kalau di dalam politik, masa usia dipertanyakan, tapi kalau dalam bisnis apakah ada yang mempersoalkan kalau direkturnya atau pemiliknya, umurnya 28 tahun, sementara karyawannya usia 60 an, misalnya. Mark Zuckerberg mendirikan itu kira-kira diusia 21 tahun dan sekarang menjadi kaya raya di usia 39 tahun,” jelas Qodari.

Artinya, kehadiran Gibran ini telah mendisrupsi secara politik, peran-peran politisi tua yang tidak mau digeser politisi muda. Hal itu terjadi di semua partai politik lama.

“Di Golkar misalnya, ruang bagi anak muda untuk bisa menjadi ketua umum itu sulit. Saya pernah mendengar cerita Bahlil Lahadalia di usia 47, mantan ketua HIPMI da juga Menteri Investasi, ketika ada wacana maju sebagai calon ketua umum. Seniornya bilang, dinda saya ini lebih senior di organisasi, dan bisa disebut muda. Jadi ketika berbicara tua muda, yang tua ini maunya disebut muda, padahal sudah tua,” katanya.

Sehingga kehadiran Gibran ini, wajar apabila menimbulkan pro kontra di publik dan menjadi disrupsi politik di Pilpres 2024.

“Dalam dunia teknologi, Gibran ini barang bagus, belum ada di pasar, punya potensi berkembang pesat. Kalau di pasar sekarang kan banyak yang KW 1, KW2 dan KW3. Makanya dalam politik itu harus pakai kacamata bisnis, bukan birokrasi,” tegasnya.

Qodari menilai lucu ketika tingkah pola politisi tua yang menolak Gibran, padahal Bung Karno (Soekarno) menjadi ketua umum PNI diusia yang masih sangat muda, 26 tahun.

Bahkan pidato-pidato Bung Karno yang menjadi slogan perjuangan Indonesia melawan penjajah kolonial Belanda itu, dibuat diusia 29 tahun.

Karena itu, Qodari yakin gugatan terhadap putusan Mahkamah Konstitusi (MK) di sidang di Majelis Kehormatan MK (MKMK) terkait dugaan pelanggaran etik dalam putusan tentang batas usia capres-cawapres tidak akan mengubah putusan.

“Saya yakin nggak bisa berubah, karena sudah jelas undang-undangnya itu bersifat final dan mengikat, Kalau misalnya nanti ditemukan masalah-masalah dalam proses pengambilan keputusan tetap tidak akan membatalkan putusan. Sudah ada contohnya, pernah terjadi peritiwa Akil Mochtar ditangkap, karena kasus suap kan putusannya tidak berubah, tidak dibatalkan. Apalagi dalam kasus ini, tidak ada unsur pidananya,” katanya.

Direktur Eksekutif IndoBarometer ini menambahkan, Partai Gelora adalah partai yang paling kompatibel dalam peta perpolitikan sekarang, dibandingkan partai besar sekalipun.

Partai Gelora bisa memainkan perannya untuk mewujudkan Indonesia Superpower baru seperti visi Presiden Jokowi menuju Indonesia Emas 2045.

“Indonesia Superpower baru itu, diamanatkan di program Indonesia Emas 2045. Nah, presiden yang bisa menjalankan program adalah Prabowo Subianto yang didukung Partai Gelora. Artinya, partai yang paling kompatibel dengan cerita politik pada hari ini adalah Partai Gelora,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Penasihat PSI Helmi Yahya mengatakan kehadiran Gibran Rakabuming sebagai cawapres Prabowo Subianto memang menimbulkan pro kontra di masyarakat.

Namun, PSI berharap semua pihak tetap berpolitik secara santun, santuy dan riang gembira, serta tidak perlu menjelek-jelekkan kandidat lain.

Ia mempersilahkan semua pihak untuk menentukan pilihannya sesuai dengan hati nurani dan yang terbaik untuk Indonesia ke depan.

“Pro kontra itu biasa, kita memang tidak bisa memuaskan semua pihak. Tapi kami di PSI sudah punya kesepakaan, bahwa berpolitik itu harus santun, santuy dan riang gembira,” kata Helmi.

Helmi berpandangan, saat ini memang waktunya anak muda diberikan peran lebih dalam politik di tanah air, karena mereka yang akan menentukan berbagai masa depan Indonesia.

“Sekarang waktunya berbagai masa depan dengan anak muda, karena masa depan ini milik anak muda. Kita jangan underestimate dengan anak muda seperti Gibran, karena memang Indonesia harus dipimpin anak-anak muda,” katanya.

Mantan politisi PDIP ini mengatakan, para politisi tua dan senior sebaiknya cukup menjadi mentor bagi yang muda-muda saja seperti yang dilakukannya di PSI bersama Ade Armando dan Irma Hutabarat.

“Saya kira kita harus saling menghormati, apalagi Gibran dimentori lansung sama Pak Probowo Subianto. Kenapa kita harus menentang anak muda, padahal dulu Indonesia dibangun oleh anak-anak muda. Berilah kesempatan anak muda tampil, sehingga ada regenerasi. Pemimpin dunia sekarang trennya adalah pemimpin muda,” pungkas Helmi.(Tim K6)




Optimistis Terserap Pasar, Purinusa Group Luncurkan Dua Cluster Baru

Kabar6.com

Kabar6-PT Purinusa Jayakusuma kembali luncurkan dua cluster baru yaitu Cluster Megah Aryana dan Cluster Surya Aryana di Curug, Kabupaten Tangerang.

Hal itu tentu karena suksesnya penjualan pada Cluster Prima Aryana dalam kurun waktu tiga bulan pada awal tahun 2022 ini.

Direktur Utama PT Purinusa Jayakusuma, Sianna Sutinah Rustanto mengungkapkan, peluncuran dua cluster baru itu, atas dasar respon positif atas penjualan Cluster Prima Aryana, pasca peluncuran rumah contoh pada awal Maret lalu, dari total 139 unit dengan harga kisaran Rp1 miliar.

“Penjualan ini cukup surprise bagi kami, dalam waktu tiga bulan sejak dirilis, 139 unit rumah di Prima Aryana sold out,” kata Sianna Sutinah kepada Kabar6.com dilokasi, Jumat (10/6/2022).

Menjawab tingginya animo masyarakat, Sianna mengungkapkan, saat ini Purinusa Group kembali meluncurkan dua cluster sekaligus yaitu Megah Aryana hunian premium dua lantai sebanyak 126 Unit dan Cluster Surya hunian satu lantai dengan harga terjangkau sebanyak 43 Unit.

Sianna menjelaskan cluster Megah Aryana merupakan hunian bernuansa tropical resort yang dilengkapi dengan kolam renang keluarga, clubhouse dan sarana olahraga outdoor dalam lingkungan kawasan.

Sementara untuk cluster Surya Aryana, tambah Sianna ditujukan bagi pasangan muda atau milenial & Gen Z dengan kebutuhan rumah nyaman yang compact.

“Cluster Megah Aryana dan Cluster Surya Aryana akan menjadi Hunian yang menunjang gaya hidup sehat, cocok untuk kalangan milenial dan keluarga muda. Untuk membantu kalangan ini memiliki rumah impian, kami berikan kemudahan dengan proses KPR Express,” terangnya.

Menurutnya, Aryana Karawaci selalu hadir mengedepankan konsep ruang terbuka hijau dengan sirkulasi udara yang baik dan terpenuhi, sangat dibutuhkan untuk menyesuaikan dengan kondisi di masa pandemi saat ini.

“Dengan konsep cluster, perumahan Aryana Karawaci menerapkan one gate sistem atau satu pintu gerbang saja menuju ke lingkungan perumahannya. Serta didukung security yang berjaga 24 jam yang difasilitasi CCTV, sehingga membuat kenyamanan para penghuninya,” ungkapnya.

Keunggulan lainnya yakni Perumahan yang berada di kawasan Tangerang ini juga didukung dengan sarana umum karena adanya pembangunan infrastruktur yang terbaik.

**Baca juga: Grand Opening Episode Gading Serpong, Hotel Bintang Empat Bernuansa Baduy

Lokasi Aryana Karawaci juga terbilang sebagai lokasi yang sangat strategis. Akses transportasi yang tersedia seperti akses tol karawaci untuk transportasi baik ke Merak maupun Jakarta.

“Banyak konsumen saat ingin membeli property, biasanya mempertimbangkan kenyaman dan kesiapan lingkungan. Sudah menjadi tugas pengembang untuk melengkapi kawasan perumahan Aryana karawaci ini dengan berbagai fasilitas,” tutupnya.(eka)