1

Gharial, Reptil Paling Aneh Sekaligus Langka Ditemukan di Nepal

Kabar6-Ada harapan baru bagi salah satu reptil paling langka dan aneh di muka Bumi, berupa penemuan bayi-bayi buaya jenis gharial yang hidup di daerah terpencil Nepal.

Gharial (Gavialis gangeticus) atau juga dikenal sebagai gavial, melansir BBC Indonesia, tampak sangat unik dengan moncong tipis dan panjang yang khas. Jenis reptil ini sangat langka, hanya tersisa kurang dari seribu gharial dewasa di alam liar. Dikatakan para ilmuwan, penemuan sekira 100 bayi gharial baru-baru ini memberi harapan baru bagi pelestarian spesies langka tersebut.

Buaya jenis ini tersebar dan berupaya untuk bertahan di India, Nepal, dan Bangladesh. Peneliti dari Zoological Society of London (ZSL), Rikki Gumbs, mengungkapkan detil temuannya dan mengaku terkesima dengan penemuan bayi-bayi buaya yang sedang berjemur di pasir di Taman Nasional Bardia.

“Mengingat jumlah spesies ini sangat terbatas – hanya sekitar lima populasi di kawasan ini, temuan ini menjadi temuan yang sangat positif. Temuan ini merupakan langkah penting dari upaya pelestarian spesies ini di Nepal,” katanya.

“Setelah berjalan menjelajahi hutan selama berjam-jam lalu duduk di punggung bukit dan mengintip bayi-bayi itu di bawah kami…itu merupakan momen yang luar biasa,” kata Ashish Bashyal, yang memimpin proyek konservasi di Nepal.

Ditambahkan, “Dengan ukuran sekira 30 cm, mereka tampak seperti miniatur gharial dewasa, sangat lucu.” ** Baca juga: Kemungkinan Setengah Juta Hiu akan Dibunuh untuk Pengembangan Vaksin COVID-19

Ke-100 buaya mungil itu, ditambah tiga buaya betina dewasa dan satu buaya jantan, ditemukan pada Juni tapi kabar tentang temuan ini baru dirilis belakangan sebagai bagian dari upaya mendanai program konservasi. Buaya jenis ini terakhir terlihat di wilayah itu sekira 30 tahun lalu.

Kabar tentang temuan tersebut sangat menggembirakan. “Mereka berhasil melalui tantangan besar pertama dalam hidup mereka,” kata Gumbs. “Mengingat banyak ancaman yang membahayakan spesies ini, menjadi sangat penting bahwa buaya-buaya mungil ini bisa tumbuh hingga dewasa.”

Pada suatu masa, gharial dapat ditemukan di sebagian besar kawasan di subkontinen India, namun banyak dari populasinya menghilang dari habitat asli.

Hanya kurang dari 100 gharial dewasa yang bertahan di Nepal dan sebagian kecil kawasan di India. Taman Nasional Chitwan adalah salah satu pusat pelestarian yang masih aktif di Nepal.

Buaya jenis ini tidak terlalu berbahaya bagi manusia. Perburuan buaya dan telurnya kini telah dilarang, tapi beberapa masalah masih ada, termasuk habitat yang hilang karena pembangunan bendungan, juga masalah polusi, penangkapan ikan, pertanian, dan ancaman dari predator buaya jenis lain yang ada di Nepal.

Gharial dewasa berukuran besar, panjang jantan bisa mencapai lima meter dan berbobot hingga 250 kg. Gharial jantan memiliki benjolan di ujung moncongnya, yang dikenal sebagai gharas.

Hewan ini menempati posisi ke-17 pada daftar program eksistensi reptil yang dikeluarkan ZSL, EDGE (Evolutionary Distinct and Globally Endangered).(ilj/bbs)




Distrik Kavre di Dekat Kathmandu Punya Reputasi Sebagai ‘Bank Ginjal Nepal’

Kabar6-Kavre, sebuah distrik kecil dekat Kathmandu, dikenal dengan reputasinya sebagai ‘bank ginjal Nepal’. Selama lebih dari 20 tahun, penduduk miskin Kavre telah menjadi sumber utama ginjal bagi pasien penyakit ginjal di Nepal.

Menurut data dari forum untuk Perlindungan Hak-Hak Rakyat yaitu sebuah organisasi hak asasi manusia nirlaba yang berbasis di Kathmandu, melansir CNN, dalam lima tahun terakhir saja, tercatat lebih dari 300 orang dilaporkan menjadi korban perdagangan ginjal di distrik ini.

Salah satunya adalah seorang pria bernama Nawaraj Pariyar. Saat pergi ke Kathmandu untuk mencari pekerjaan, ia bertemu seseorang dengan tawaran membeli ‘sepotong daging’ dari tubuh Pariyar. Namun Pariyar tidak diberitahu bahwa ‘sepotong daging’ itu adalah ginjal.

“Orang itu memberi tahu saya bahwa dagingnya akan tumbuh kembali,” kata Pariyar yang akhirnya menyetujui karena himpitan ekonomi. Pria itu lantas dibawa ke sebuah rumah sakit di Chennai, negara bagian India Selatan. Di sana, nama Pariyar diubah dengan nama palsu. ‘Pedagang’ itu, kata Pariyar, memiliki semua dokumen palsu untuk memuluskan aksinya.

Pariyar pulang dengan uang 20.000 rupee ke Nepal, kurang dari satu persen dari jumlah yang disepakati. Ia dijanjikan segera mendapat sisanya.

Namun, Pariyar tidak pernah menerima uangnya lagi, juga tidak pernah berjumpa dengan pedagang itu. Kini Pariyar mengalami sakit parah. Iia memiliki masalah berkemih dan sakit punggung yang konstan.

Diketahui, Kathmandu tak jauh beda dengan ibu kota di banyak negara lainnya yang padat penduduk, budaya makan buruk, dan sistem asuransi kesehatan yang bobrok menjadi faktor signifikan peningkatan penyakit organ.

Dalam hal ini, ginjal menjadi organ yang paling tinggi permintaan. Dan pasar gelap mampu memenuhi permintaan itu. Perdagangan organ adalah perdagangan ilegal yang berkembang pesat di seluruh dunia. ** Baca juga: Pria AS Ini Gagal Palsukan Kematiannya Gara-gara Salah Ketik Satu Huruf

Menurut catatan Global Financial Integrity, sebanyak 7.000 ginjal diperoleh secara ilegal setiap tahun di Kathmandu. Perdagangan organ ilegal menghasilkan keuntungan antara US$514 juta hingga US$1 miliar per tahun.(ilj/bbs)




Unik, Bendera Nepal Berbentuk Segitiga Tumpang Tindih

Kabar6-Hal unik dimiliki oleh negara Nepal. Tak seperti bendera pada umumnya yang berbentuk persegi empat, Nepal merupakan satu-satunya negara yang memiliki bendera dengan bentuk dua buah segitiga siku-siku yang tumpang tindih.

Warna dominan bendera merah tua, ada warna putih di tengah dan biru tua pada garis pembatasnya. Ya, bendera Nepal merupakan kombinasi dua bendera Hindu dari cabang yang berbeda dari penguasa Nepal pada zaman dulu.

Diketahui, Nepal merupakan negara bekas jajahan Inggris pada abad ke-17 hingga abad ke-19. Dan merdeka dari Inggris pada 1923. Namun bentuk bendera nasional yang unik baru diresmikan dan dipakai pada 16 Desember 1962.

Bendera Nepal yang berbentuk segitiga tersebut memiliki makna yang berbeda. Melansir Kompas, warna merah merupakan warna dari bunga rhododendron yaitu bunga nasional Nepal. Warna merah tersebut melambangkan kemenangan dan keberanian. Sementara warna biru melambangkan perdamaian. Sementara lambang bulan sabit dan matahari pada bendera tersebut menggambarkan dingin dan hangatnya negara Nepal.

Pada kedua simbol tersebut dikaitkan dengan dinasti yang berbeda dan juga menyatakan harapan bahwa negara memiliki umum panjang yang sama dengan matahari dan bulan.

Awalnya, pada bendera Nepal terdapat gambar wajah berwarna merah di matahari dan bulan. Kemudian ciri-ciri gambar wajah dihilangkan. Bentuk segitiga pada bendera merupakan bendera-bendera kerajaan Budha dan Hindu di Asia sejak dulu, sehingga Nepal ingin mempertahankan itu dan terus dipakai hingga sekarang.

Nepal sendiri merupakan negara yang berada di Benua Asia tepatnya di Asia Selatan, dengan Ibu kota Nepal adalah Kathmandu. Nepal terbentang di sepanjang lereng selatan pegunungan Himalaya dan berbatasan dengan India di sebelah timur, selatan, dan barat. Di sebelah utara berbatasan dengan Daerah Otonomi Tibet (Tiongkok).

Negara ini sudah ada sejak 1768, dengan raja pertama adalah Prithvi Narayan Shah. Nepal merupakan negera kerajaan yang merdeka dari Inggris pada 21 Desember 1923.

Di Nepal terdapat beberapa kerajaan. Pada pertengahan abad ke-18 raja Prithvi Narayan Shah menyatukan kerajaan-kerajaan tersebut lewat pertempuran.

Pada 2008, Kerajaan Nepal dibubarkan dan Nepal menjadi negara Republik Demokratik Federal Nepal setelah terjadinya polemik. Luas wilayah Nepal sebesar 147.281 kilometer persegi. ** Baca juga: Canberra ‘Diserbu’ Hujan Es Sebesar Bola Golf

Jumlah penduduk mencapai 29.384.297 jiwa sesuai data pada 2017. Bentuk pemerintahan Republik Federal Parlementer.(ilj/bbs)




Gharial Disebut Sebagai Reptil Paling Langka dan Aneh di Dunia

Kabar6-Sekilas, penampakan hewan yang satu ini seperti layaknya buaya. Namun bila dilihat lebih teliti, Gharial (Gavialis gangeticus) atau juga dikenal sebagai gavial, tampak sangat unik karena memiliki moncong tipis dan panjang yang khas.

Jenis reptil ini sangat langka, dan hanya tersisa kurang dari seribu gharial dewasa di alam liar. Karena itulah, melansir MSN, penemuan sekira 100 bayi gharial baru-baru ini memberi harapan baru bagi pelestarian spesies langka tersebut. Buaya jenis ini tersebar dan berupaya untuk bertahan di India, Nepal, dan Bangladesh.

Seorang peneliti dari Zoological Society of London (ZSL) bernama Rikki Gumbs, mengungkapkan detil temuannya dan mengaku terkesima dengan penemuan bayi-bayi buaya yang sedang berjemur di pasir di Taman Nasional Bardia.

“Mengingat jumlah spesies ini sangat terbatas, hanya sekira lima populasi di kawasan ini, temuan ini menjadi temuan yang sangat positif. Temuan ini merupakan langkah penting dari upaya pelestarian spesies ini di Nepal,” ungkapnya.

“Setelah berjalan menjelajahi hutan selama berjam-jam lalu duduk di punggung bukit dan mengintip bayi-bayi itu di bawah kami…itu merupakan momen yang luar biasa,” jelas Ashish Bashyal, yang memimpin proyek konservasi di Nepal. “Dengan ukuran sekira 30 cm, mereka tampak seperti miniatur gharial dewasa, sangat lucu.”

Disebutkan, ke-100 buaya mungil itu, ditambah tiga buaya betina dewasa dan satu buaya jantan, ditemukan pada Juni tapi kabar tentang temuan ini baru dirilis belakangan sebagai bagian dari upaya mendanai program konservasi. Buaya jenis ini terakhir terlihat di wilayah itu sekira 30 tahun lalu.

Kabar tentang temuan tersebut sangat menggembirakan terutama setelah hujan deras baru-baru ini. “Mereka berhasil melalui tantangan besar pertama dalam hidup mereka,” kata Gumbs. “Mengingat banyak ancaman yang membahayakan spesies ini, menjadi sangat penting bahwa buaya-buaya mungil ini bisa tumbuh hingga dewasa.”

Pada suatu masa, gharial dapat ditemukan di sebagian besar kawasan di subkontinen India, namun banyak dari populasinya menghilang dari habitat asli. Hanya kurang dari 100 gharial dewasa yang bertahan di Nepal dan sebagian kecil kawasan di India. Taman Nasional Chitwan adalah salah satu pusat pelestarian yang masih aktif di Nepal.

Namun buaya jenis ini tidak terlalu berbahaya bagi manusia. Perburuan buaya dan telurnya kini telah dilarang, tapi beberapa masalah masih ada, termasuk habitat yang hilang karena pembangunan bendungan, juga masalah polusi, penangkapan ikan, pertanian, dan ancaman dari predator buaya jenis lain yang ada di Nepal.

Gharial dewasa berukuran besar. Panjang gharial jantan bisa mencapai lima meter dan berbobot hingga 250 kg. Gharial jantan memiliki benjolan di ujung moncongnya, yang dikenal sebagai gharas. ** Baca juga: Divonis 132 Tahun Penjara Karena Curi Ban dan Pelek

Diketahui, gharial menempati posisi ke-17 pada daftar program eksistensi reptil yang dikeluarkan ZSL, EDGE ( Evolutionary Distinct and Globally Endangered ).(ilj/bbs)




Pihak Militer India Klaim Temukan Jejak Kaki Monster Berbulu Yeti

Kabar6-Pihak militer India mengklaim menemukan jejak kaki Yeti di dekat Makalu Base Camp yang terletak di perbatasan antara Nepal dan Tiongkok. Bahkan, mereka mengunggah gambar jejak kaki tersebut di akun Twitter resminya.

Diketahui, Yeti atau manusia salju menakutkan adalah sejenis primata besar yang menyerupai manusia, menghuni wilayah pegunungan Himalaya di Nepal dan Tibet.

“Untuk pertama kalinya, #IndianArmy Mountaineering Expedition Team melihat jejak kaki dari raksasa ‘Yeti’ berukuran 32 x 15 inci di dekat Makalu Base Camp pada 9 April 2019,” demikian cuitan dari akun Additional Directorate General of Public Information (ADG PI)-Indian Army. “Sebelumnya, manusia salju hanya pernah terlihat di Makalu-Barun National Park.”

Cuitan tersebut, melansir Independent, tentu saja menghebohkan warga India. Jagat Twitter India dengan hashtag #Yeti masuk trending topik urutan kedua. Meski banyak orang yang merasa takjub dengan klaim militer India ini, ada juga pihak yang memandangnya dengan skeptis. Selain itu, ada juga yang mencoba memberi penjelasan.
Pada kasus Yeti, belum pernah ada bukti ilmiah yang menandakan keberadaannya. Selain itu, bukti keberadaan kera yang hidup di Pegunungan Himalaya juga belum ada yang menemukan.

Meskipun demikian, para peneliti tidak berhenti mempelajari kisah misterius ini. Pada 2014, para peneliti mempelajari DNA dari sampel seekor beruang yang sebelumnya diduga sebagai Yeti. Hasilnya, sampel itu berasal dari beruang misterius yang genetiknya masih berdekatan dengan nenek moyang beruang kutub.

Sementara ada juga sebuah barang bukti yang disebut sebagai tangan Yeti yang diberi nama Pangboche Hand. Tapi pada 2011, suatu penelitian DNA atas tangan itu mengungkap bahwa itu adalah tangan manusia. ** Baca juga: Tak Sengaja Tertelan, Earphone Milik Pria Taiwan Ini Ternyata Masih Aktif

Benarkan sosok Yeti itu nyata? Bagaimana menurut Anda? (ilj/bbs)




Di Nepal, Wanita yang Sedang Haid Diasingkan dari Rumah

Kabar6-Ada tradisi tak biasa yang dilakukan salah satu daerah di Nepal, saat mengalami haid seorang wanita harus diasingkan ke gubuk atau hutan. Alasannya, wanita haid dianggap bisa membawa kesialan.

Dalam tradisi yang disebut Chhaupadi itu, melansir wowmenariknya, seorang wanita yang sedang haid akan dipaksa hengkang dari rumahnya. Mereka dikirim ke gubuk, kandang hewan dan bahkan ke hutan selama tujuh hari hingga menstruasi selesai. Tradisi ini sudah dipraktikan selama berabad-abad. Tak hanya berlaku bagi wanita haid, wanita yang baru melahirkan juga akan dipaksa melakukan tradisi ini.

Selain diasingkan, wanita haid juga tidak boleh menyentuh suami dan laki-laki lain. Jika ada laki-laki yang secara tak sengaja menyentuh wanita haid, maka dia harus segera disucikan dengan air kencing sapi.

Selama diasingkan, wanita itu tidak diperbolehkan mengonsumsi makanan bergizi. Mereka hanya makan nasi dengan garam. Jika tradisi ini dilanggar, maka malapetaka akan terjadi. ** Baca juga: Wow, Salju Hitam Selimuti Sejumlah Kota di Siberia

Sementara itu banyak aktivis yang menentang tradisi ini, namun hingga kini tradisi Chhaupadi masih ada. Nah karena tradisi ini, wanita rentan terkena penyakit mematikan, karena mereka tinggal di tempat yang tidak layak huni, dengan suhu dingin dan makanan tidak bergizi.(ilj/bbs)




Rekor Aneh, Tendangi Kepala Sendiri Sebanyak 134 Kali

Kabar6-Seorang pria bernama Puskar asal Kathmandu, Nepal, berhasil memecahkan rekor aneh di dunia dengan menendang kepala sendiri sebanyak 134 kali. Hal yang menakjubkan, rekor itu diselesaikan hanya dalam waktu 60 detik.

Untuk memecahkan rekor tersebut, melansir guinnessworldrecords, Puskar berlatih selama delapan bulan. Hasilnya, ia berhasil mengalahkan pemegang rekor sebelumnya yang mencetak 127 kali tendangan di kepala. Promotor Guinness World Records di Kantipur City College, Nepal, merasa sangat kagum dan memuji bakat unik yang dimiliki oleh pemuda ini. ‘Begitu mengesankan saat melihat aksi Pulsar dalam tayangan video yang di slow motion, menjaga keseimbangan tubuhnya dengan satu kaki serta kepala yang ditekuk 90 derajat’, demikian dikatakannya. ** Baca juga: Selama 14 Tahun, Seorang Wanita Rusia Tidak Pernah Potong Rambut

Diharapkan, rekor menendang kepala yang dilakukan oleh Puskar dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat Nepal untuk mempromosikan negara mereka.(ilj/bbs)




Miskin, Warga Sebuah Desa di Nepal Jual Ginjal Mereka

kabar6.com

Kabar6- Desa Hokse di Nepal memang terkenal dengan sebutan ‘Desa Ginjal’. Bukan tanpa sebab, kemiskinan yang dialami sebagian besar warga di desa ini membuat  mereka terpaksa menjual ginjalnya demi mendapatkan uang.

Para pencari organ tubuh, melansir Odditycentral, sering mengunjungi desa ini untuk mencari orang yang bersedia menjual ginjal mereka. Tidak hanya diiming-imingi uang, warga juga ditipu oleh para pencari ginjal yang mengatakan bahwa ginjal bisa kembali tumbuh di dalam tubuh.

Geetha adalah alah satu warga yang tertipu. Ibu empat anak ini menjual ginjalnya seharga sekira Rp29 juta. Ia dan warga desa lainnya yang setuju untuk menjual ginjal dibawa ke India bagian selatan untuk dilakukan operasi.

“Sepuluh tahun terakhir, banyak orang yang datang ke desa kami demi mencari orang yang mau menjual ginjal. Aku kesulitan membesarkan anak-anakku dan membutuhkan rumah serta sepetak tanah, jadi aku ikut menjual ginjalku,” katanya.

Disebutkan, proses operasi pengangkatan ginjal hanya membutuhkan 1,5 jam, namun Geetha harus berada di rumah sakit selama tiga minggu. Ia ditemani kakak tirinya yang juga menjadi broker ginjal di desanya.

“Saat aku bangun, aku heran karena tidak merasakan apa pun. Setelah mendapatkan bayaran, aku pulang dan bisa membeli rumah dan tanah,” lanjut Geetha.

Pada April 2015 lalu, rumah Geetha hancur karena gempa besar yang melanda Nepal. Kondisi ini membuat banyak warga desa yang kemudian menjadi gelandangan. Akibatnya, semakin banyak orang yang menjual ginjal mereka.

Menurut data yang dirangkum pemerintah setempat, setiap tahun setidaknya ada 7.000 ginjal yang dijual. ** Baca juga: Wanita Ini Harus Rela Jalani Amputasi Usai Cukur Bulu Kaki

Menyedihkan.(ilj/bbs)




Waduh, 6 Negara Ini Terkenal dengan Perdagangan Manusia

Kabar6-Perdagangan manusia (human trafficking) adalah segala bentuk jual beli terhadap manusia, dan juga ekploitasi terhadap manusia itu sendiri seperti pelacuran (bekerja atau layanan paksa), perbudakan atau praktek yang menyerupainya, dan juga perdagangan atau pengambilan organ tubuh manusia.

Meskipun sudah terdapat peraturan ketat untuk menghentikan perdagangan manusia, di beberapa negara hal itu tetap masih dilakukan. Nah dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah enam negara yang terkenal dengan perdagangan manusianya:

1. Tiongkok
Negara ini turut menjadi sumber bagi perdagangan manusia, karena kota-kota di Tiongkok masih tergolong miskin dan tidak terencana.

2. Uganda
Negara ini memiliki kondisi kehidupan yang menyedihkan, dan warganya mengalami kekerasan setiap hari. Anak-anak muda dipaksa untuk bergabung dengan pasukan militer. Anak-anak dari semua umur diharuskan berjaga di kamp-kamp. Bahkan, mereka dilatih untuk bekerja dengan senjata api.

3. Ghana
Bangsa ini telah menjadi titik asal dan tujuan banyak human trafficking. Anak-anak dipaksa bekerja sebagai buruh tambang emas di sini. Gadis-gadis muda dipaksa melakukan prostitusi, sementara yang lainnya dipaksa mengemis, dan masih banyak lagi.

4. India
Meskipun dianggap ilegal, masih banyak orang yang melakukan praktik human trafficking di sana. Kerja paksa, prostitusi, implantasi organ, dan lain-lain, semuanya biasa terjadi. Anak-anak diperdagangkan untuk bekerja di pabrik.

5. Nepal
Wanita diselundupkan, diculik, dan dibawa dari Nepal ke India. Hasil laporan menunjukkan, sekira 5.000 sampai 10 ribu perempuan dan anak perempuan di Nepal diperdagangkan ke India setiap tahunnya.

6. Srilanka
Anak-anak di seluruh dunia diperdagangkan di sini. Mereka sering digunakan dalam pasukan militer. Di sisi lain, perempuan dari Sri Lanka diperdagangkan dan dieksploitasi secara seksual ke seluruh dunia. ** Baca juga: Edan! 2 Pria Ini Menikah untuk Hindari Pajak

Sungguh menyedihkan.(ilj/bbs)




Hokse, Desa yang Dijuluki ‘Lembah Ginjal’

Kabar6-Sebagian desa mungkin memiliki ciri khas atau keunikan sendiri yang membedakannya dengan tempat lain. Namun sebuah desa di Nepal ini benar-benar membuat orang yang mendengarnya mengelus dada.

Bagaimana tidak, di desa Hokse hampir seluruh penduduknya telah menjual salah satu ginjal milik mereka. Mengapa hal itu bisa terjadi? Dilansir Odditycentral, desa yang dijuluki ‘Kidney Valley’ atau Lembah Ginjal’ ini memang terbelit masalah kemiskinan. Tidak heran jika broker organ manusia secara teratur mengunjungi desa dan meyakinkan pendudukan yang miskin untuk menjual salah satu ginjalnya.

Para broker menggunakan berbagai cara untuk meyakinkan mereka agar bersedia pergi ke India melakukan operasi pengambilan ginjal. Mereka mengatakan kepada para penduduk bahwa manusia hanya butuh satu ginjal untuk bertahan hidup, dan ginjal akan tumbuh kembali setelah beberapa saat.

Untuk setiap ginjal, para broker biasanya membeli sekira Rp28,6 juta. “Selama 10 tahun orang datang ke desa kami mencoba meyakinkan kami untuk menjual ginjal kami, tapi saya selalu bilang tidak,” kata Geetha.

Namun seiring bertambahnya anggota keluarga, Geetha mau tak mau harus menyediakan rumah yang lebih layak. Ia pun menyerah dan pergi bersama kakak iparnya yang seorang broker ke India untuk menjalani operasi.

Diketahui, meskipun ilegal, diperkirakan ada 10 ribu operasi gelap dengan 7.000 ginjal dijual tiap tahun. Tidak semua pedagang ginjal bersikap baik menunggu persetujuan penduduk untuk menjual ginjalnya.

Kadang-kadang korban diculik dan dipaksa untuk menjalani operasi. Atau, mereka dipaksa untuk percaya bahwa mereka sedang membutuhkan jenis operasi lain, dan ginjal akan dipotong tanpa sepengetahuan mereka.

Laxman Lamichhane, pengacara dan koordinator program di Forum for Protection of People’s Rights Nepal (PPR Nepal), mengatakan bahwa orang-orang merasa tidak aman dan ketakutan di tempat tinggal mereka sekarang meskipun ada pasukan keamanan yang memantau.

“Mereka harus menghadapi begitu banyak wajah-wajah baru dalam kehidupan mereka,” kata Lamichhane. Orang-orang baru itu telah diidentifikasi sebagai pelaku perdagangan manusia yang sengaja mencoba untuk memikat warga agar mau bekerja ke luar negeri, seperti India.

“Ketika kembali ke desa, orang-orang itu ternyata sudah tertipu. Mereka tidak dipaksa untuk menjual ginjal mereka,” tambah Krishna Pyari Nakarmi, pengacara lain di PPR Nepal.

Ironisnya, orang-orang yang tertipu ini justru menjadi bahan omongan warga lokal. Mereka dikucilkan di komunitasnya sendiri. “Bahkan anak-anak mereka didiskriminasi di sekolah. Ini membuat mereka frustasi dan depresi dan akhirnya lari ke minuman,” tambah Nakarmi. ** Baca juga: Hii…Ada 15 Belatung dalam Gusi Bocah 10 Tahun Ini

Ya, sungguh ironis.(ilj/bbs)