1

Pecahkan Rekor Dunia, Pria Nepal Ini Turuni 75 Anak Tangga Gunakan Tangan dalam 25 Detik

Kabar6-Hari Chandra Giri (29), pria asal Nepal berhasil mencatatkan dirinya dalam Guinness World Record untuk keempat kalinya, yaitu menuruni 75 anak tangga dalam kurun waktu 25,03 detik di kuil Buddha Stupa Jamchen Vijaya, Budhanilkantha.

Giri, melansir ndtv, berhasil mengalahkan rekor sebelumnya yang diraih Mark Kenney dari Amerika Serikat (AS) pada 2014 oleh dengan catatan waktu 30,8 detik. Giri telah mengembangkan keterampilan ini sejak usia delapan tahun, dan telah memecahkan beberapa rekor dunia lain.

Sebelumnya, Giri juga memegang rekor untuk menuruni 50 anak tangga menggunakan tangan dengan waktu tercepat, juga rekor untuk berjalan tercepat menggunakan tangan dalam jarak 50 meter sambil mengapit bola sepak di antara kakinya. ** Baca juga: Maafkan Semua Orang yang Berutang Kepadanya, Pengusaha Arab Saudi Bakar Buku Catatan Piutang

Dengan pencapaian serupa berjalan menggunakan tangan sambil mengapit bola sepak di antara kedua kaki, Giri menyabet perolehan waktu tercepat dalam jarak 10 meter. Giri pun kembali mencatatkan rekor dunianya untuk itu.

Pencapaian tersebut membuat Giri menjadi yang terbaik di dunia saat ini dalam hal berjalan dengan tangan.(ilj/bbs)




Mantan Marinir Inggris Berhasil Mendaki 14 Gunung Tertinggi dalam 7 Bulan

Kabar6-Nirmal Purja (36), pendaki gunung Nepal yang juga mantan Marinir Inggris telah berhasil mendaki 14 puncak tertinggi di dunia hanya dalam waktu tujuh bulan. Purja mengalahkan rekor sebelumnya yang membutuhkan waktu hampir delapan tahun.

Purja yang mencapai puncak gunung ke-14, Shishapangma di Tiongkok, bergabung dengan Angkatan Darat Inggris pada 2003, dan menjadi anggota Marinir Kerajaan pada 2009. Karier pendakian Purja dimulai ketika dia berjalan ke base camp Everest pada 2012. Namun bukannya kembali seperti yang direncanakan, Purja malah memutuskan untuk mendaki seluruh gunung.

Purja, melansir Indiatimes, sudah menjadi pemegang berbagai rekor, termasuk ‘double header’ pendakian tercepat dari dua gunung dengan ketinggian lebih dari 8.000 meter, serta dianugerahi gelar MBE, gelar kehormatan untuk warga sipil, oleh Ratu Inggris pada 2018. Diketahui, tentara Nepal telah bertugas di Angkatan Darat Inggris, khususnya Brigade Gurkha yang terkenal, selama lebih dari 200 tahun.

Ada 14 gunung di dunia yang lebih tinggi dari 8.000 m, dan pada rekor sebelumnya, semua gunung itu didaki dalam waktu di bawah delapan tahun. ** Baca juga: Demi Hilangkan Barang Bukti, Oknum Polisi di Kolombia Nekat Telan Uang Hasil Memalak

Pemegang rekor sebelumnya adalah pendaki Polandia Jerzy Kukuczka, yang menyelesaikan tantangan tersebut pada 1987 dalam tujuh tahun, 11 bulan dan 14 hari.

Tetapi sebuah artikel di situs British Mountaineering Council mengatakan, pemegang rekor itu sebenarnya adalah Kim Chang-ho dari Korea Selatan, dengan waktu tujuh tahun, 10 bulan dan enam hari.

Purja memulai kampanye pemecahan rekornya di Nepal pada April, dan mendaki Gunung Everest pada Mei. Di sana, fotonya tentang antrean di puncak gunung itu telah menarik perhatian dunia.

Selama pendakiannya, ia menyelamatkan empat pendaki lainnya, tiga di antaranya ia sebut ‘misi bunuh diri’, dan dia juga telah, dengan kata-katanya sendiri, ‘berdarah dari segala sudut’.(ilj/bbs)




Temuan Jejak Kaki Makhluk Misterius Oleh Tentara India, Diduga Milik Yeti

Kabar6-Akun Twitter resmi Direktorat Jenderal Informasi Publik Tambahan Angkatan Darat India menggunggah tweet berisi, para tentara telah menemukan jejak kaki Yeti, yang juga dikenal sebagai manusia salju.

“Untuk pertama kalinya, seorang #TentaraIndia Tim Ekspedisi Pegunungan telah menemukan Jejak Kaki Misterius raksasa mistis ‘Yeti’ berukuran 32×15 inci (81 cm x 38 cm) dekat Makalu Base Camp pada 9 April 2019. Manusia salju yang sulit dipahami ini hanya pernah terlihat di Taman Nasional Makalu-Barun di masa lalu,” demikian bunyi tweet tersebut.

Makalu Base Camp, melansir Outlookindia, berada di gugusan pegunungan Himalaya, Nepal, di mana Angkatan darat India ikut dalam ekspedisi India pertama ke Gunung Makalu, puncak tertinggi kelima di dunia yang berada di selatan Gunung Everest. Jejak kaki itu ditemukan saat tim melewati jalan bersalju.

Yeti adalah tokoh dari cerita rakyat dan mitologi Nepal, digambarkan bertubuh setengah manusia dan setengah kera yang tubuhnya dipenuhi bulu. Dalam cerita rakyat Nepal, Yeti pertama kali dilihat oleh seorang pertapa dan membantunya bertahan hidup lebih dari 300 tahun yang lalu.

Makhluk ini menjadi terkenal di Barat setelah penjelajah Inggris mengeluarkan foto yang dia klaim sebagai jejak kaki Yeti. Banyak laporan soal penampakan Yeti yang semuanya hampir terjadi di Taman Nasional Makalu-Barun. ** Baca juga: Perhitungan Matematika yang Jitu Sebabkan Pria Romania-Australia Ini Menang Lotre 14 Kali

Ilmuwan telah menguji sisa-sisa kerangka yang diduga milik Yeti tapi mereka tidak menemukan bukti terkait keberadaan makhluk tersebut. Ilmuwan pernah menguji relik makhluk misterius yang disimpan di kuil dan pajangan Yeti di museum, dan hasilnya relik tersebut berasal dari hewan seperti beruang cokelat dan anjing.(ilj/bbs)




Tidak Pernah Berjalan Menyentuh Tanah, Seorang Gadis Nepal Dianggap Sebagai Reinkarnasi Dewi

Kabar6-Di Nepal, ada seorang gadis yang selalu duduk di kuil, menunggu pengunjung datang kemudian dipuja dan mendapat banyak seserahan. Gadis tersebut disebut Kumaris, yang berarti virgin.

Kumaris sendiri, melansir Dailymail, ditunjuk sejak kecil dan terdapat 32 tes yang dilakukan hingga akhirnya seorang gadis bisa menjadi Kumaris, dianggap sebagai Hindu Goddess of Power, Dewi Kali. Seorang Kumaris akan menghabiskan sebagian besar waktunya di kuil. Dia tidak diizinkan untuk muncul di muka umum, kecuali ketika harus menghadiri upacara adat.

Kumaris menerima pujaan dari penganut agama Hindu dan Buddha, karena diyakini mampu melindungi mereka dari kejahatan. Ketika menjadi Kumaris, seorang gadis harus menahan diri untuk bermain dengan teman dan bahkan tidak diperbolehkan ke sekolah. Karena itulah, seorang Kumaris mendapatkan beasiswa dari pemerintah setempat untuk menuntut ilmu di rumah dan diajar oleh seorang guru yang ditugaskan.

Samita Bajracharya, salah salah satu gadis yang akan mengakhiri masanya sebagai Kumaris, selalu digendong ke mana pun dia pergi, karena sebagai perwujudan Dewi yang dihormati, Kumaris tidak boleh berjalan dengan kakinya sendiri. ** Baca juga: Bocah 7 Tahun Asal India Dinikahkan dengan Anjing Agar Terbebas dari Roh Jahat

Bahkan untuk memakai pakaian pun harus dipakaikan oleh keluarganya. Ketika Samita mulai memasuki masa pubertas atau menstruasi pertamanya, saat itulah Samita akan menanggalkan tahtanya sebagai seorang Kumaris.

Sebelum benar-benar berhenti menjadi Kumaris, Samita harus melalui 12 hari upacara adat yang disebut Gufta, di mana pada hari terakhir dengan dibantu ibunya, Samita membuka ikatan pada rambutnya. Dan dengan tangannya sendiri membasuh mata ketiga yang disematkan pada dahinya dengan air sungai Bagmati.

Karena seorang Kumaris dianggap sangat istimewa dan tidak boleh berjalan sendiri, akhirnya ketika berhenti sebagai Kumaris, kakinya masih sangat lemah untuk menopang tubuh.(ilj/bbs)




4.000 Liter Urine Pendaki per Hari, Nepal Berencana Pindahkan Base Camp Pendakian Gunung Everest

Kabar6-Nepal berencana akan memindahkan lokasi perkemahan (base camp) pendakian Gunung Everest, lantaran banyaknya orang yang melewati area itu menambah destabilisasi kawasan gletser tersebut.

Gletser adalah sebuah bongkahan atau endapan es yang besar dan tebal, terbentuk di atas permukaan tanah, merupakan akibat akumulasi endapan salju atau es yang mengeras dan membatu selama kurun waktu tertentu dan sangat lama.

Menurut laporan, melansir Dailymail, terdapat sebanyak 4.000 liter air seni atau urine pendaki per hari di Gunung Everest, dan hal ini diduga menjadi salah satu alasan mencairnya gletser Khumbu.

“Misalnya, kami menemukan orang buang air kecil sekira 4.000 liter di base camp setiap hari,” kata Khimlal Gautam, anggota komite yang merekomendasikan pemindahan base camp tersebut.

Ditambahkan, “Dan sejumlah besar bahan bakar seperti minyak tanah dan gas yang kita bakar di sana untuk memasak dan menghangatkan pasti akan berdampak pada es gletser.”

Setiap tahun, Everest dikunjungi 3.500 orang, hingga menjadikan kawasan itu sebagai salah satu destinasi wisata terpadat di dunia. Dari jumlah tersebut, hanya ada 800 orang yang benar-benar mendaki Everest tiap tahun, dan lima orang di antaranya meninggal dunia saat mencoba mendaki gunung tertinggi di dunia tersebut.

Selain hal-hal tersebut, peneliti mengungkapkan bahwa penyebab utama dari mencairnya gletser adalah perubahan iklim. “Kami melihat peningkatan luruhan batu dan pergerakan air lelehan di permukaan gletser yang bisa berbahaya,” terang Scott Watson, peneliti di University of Leeds yang mempelajari gletser.

Saat ini, lokasi base camp menjadi tidak stabil dan tak aman akibat pencairan es. Sejumlah pendaki mengatakan, retakan muncul di tanah dalam semalam, dan pemandu memperkirakan akan lebih banyak longsoran serta es jatuh.

Diketahui, base camp tersebut terletak 5.400 meter di atas garis salju gunung. Pada rencana terbaru Nepal, lokasi itu akan digeser 400 meter lebih rendah ke lokasi yang tak memiliki es sepanjang tahun.

Kondisi di Everest sendiri memburuk dengan cepat secara keseluruhan, tidak hanya di kawasan base camp. Gletser lainnya mencair dan kehilangan es yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk berkembang.

Kondisi ini ini membuat pendakian lebih berbahaya. Selain itu, pencairan gletser juga menyingkap mayat para pendaki yang membeku serta tumpukan sampah. ** Baca juga: Sebuah Desa di India Memutuskan ‘Offline’ untuk Hindari Kecanduan Warga pada Gadget

Meski kondisinya berbahaya, Departemen pariwisata Nepal masih harus mendiskusikan rencana pemindahan tersebut dengan pemangku kepentingan lokal, termasuk masyarakat lokal yang mungkin terpengaruh oleh perubahan tersebut.

Jika semuanya berjalan sesuai rencana, base camp bisa pindah pada 2024 mendatang.(ilj/bbs)




Tulisan Tangan Bocah Nepal Ini Disebut Sebagai ‘Paling Indah di Dunia’

Kabar6-Seorang bocah asal Nepal, Prakiti Malla (8), mendapatkan penghargaan dari Angkatan Bersenjata, Nepali Armed Forces, karena tulisan tangannya yang disebut seperti ketikan komputer.

Awalnya, melansir Grid, tulisan tangan Malla dibagikan oleh salah satu petinggi Australian Broadcasting Corporation (ABC), Kirstin Ferguson, melalui akun Twitter miliknya. “Ini adalah tulisan tangan siswa Nepal 8 tahun Prakriti Malla yang diakui sebagai tulisan tangan paling indah di dunia,” demikian tulis Ferguson.

Dari unggahan itulah, nama Malla mulai dikenal banyak orang. Tulisan Malla sendiri terlihat sangat indah, bahkan jika diperhatikan lebih detail jarak antarhuruf pun terlihat seragam.

Menurut penjelasan salah seorang juri dalam kompetisi essay yang diikuti oleh Malla, dia selama ini belum pernah melihat tulisan seindah dan seunik itu. ** Baca juga: Demi Konten, TikToker Pakistan Sengaja Bakar Hutan Lindung

“Aku belum pernah melihat tulisan yang unik seperti ini. Meskipun ia masih berusia 8 tahun, gaya tulisannya sangat mengagumkan,” kata juri yang semula mengira kalau tulisan itu dibuat menggunakan komputer.(ilj/bbs)




Kura-kura Emas yang Ditemukan di Nepal Diyakini Sebagai Jelmaan Dewa

Kabar6-Seekor kura-kura berwarna emas yang merupakan mutasi genetik langka, ditemukan di Nepal. Jenis kura-kura yang baru lima kali ditemukan di seluruh dunia ini dianggap sebagai jelmaan Dewa Wisnu.

Spesies kura-kura ini sendiri memiliki nama latin Lissemys punctata andersoni dan ditemukan pertama kali di Nepal. Melansir republicworld, seorang ahli reptil bernama Kamal Devkota yang mendokumentasikan penemuan tersebut menerangkan, reptil itu memiliki makna spiritual yang mendalam. “Tidak hanya karena warna hewannya emas, tetapi kura-kura secara keseluruhan memiliki nilai religius dan budaya yang signifikan di Nepal,” urai Devkota.

“Diyakini bahwa Dewa Wisnu berwujud kura-kura untuk menyelamatkan alam semesta dari kehancuran dalam inkarnasinya. Dalam mitologi Hindu, cangkang atas kura-kura menunjukkan langit dan cangkah bawah menunjukkan Bumi,” tambah Devkota.

Kura-kura yang diyakini sebagai perwujudan Dewa Wisnu dikenal sebagai Kurma, dan saat ini disembah pada sejumlah kuil di India. Kura-kura ini bisa berwarna emas karena memiliki kondisi chromatic leucism, ditandai dengan hilangnya pigmentasi warna.

Biasanya, leucism menghasilkan kulit putih, pucat, atau tidak rata. Namun dalam kasus ini menyebabkan xantaphores, yakni sel yang berlimpah dengan pigmen kuning dominan. ** Baca juga: Aneh, Seorang Wanita di Yaman Culik Mantan Suaminya yang Menikah Lagi

Setelah didokumentasikan, kura-kura itu langsung dilepasliarkan ke alam liar, meski kelangsungan hidupnya akan lebih sulit dibandingkan kura-kura lain. “Penyimpangan warna sangat jarang terjadi karena individu yang terkena dampak mungkin dirugikan di lingkungannya,” terang Devkota.(ilj/bbs)




Lima Negara yang Perbolehkan Praktik Poliandri Sebagai Tradisi

Kabar6-Poliandri adalah sebuah bentuk poligami di mana seorang wanita mengambil dua suami atau lebih pada saat yang sama. Di banyak negara, termasuk Indonesia, poliandri masih menjadi hal yang tabu.

Sebaliknya, pada sejumlah negara dan suku di dunia, memperbolehkan bahkan menganjurkan masyarakat untuk melakukan poliandri. Melansir Okezone, ini lima negara atau suku di dunia yang memperbolehkan praktik poliandri sebagai tradisi:

1. India
Praktik poliandri telah ada sejak lama. Masyarakat India meyakini bahwa mereka merupakan keturunan dari Pachi Pandawa, lima orang laki-laki yang merupakan suami dari Draupadi, putri Raja Panchala.

Karena itulah, sistem pernikahan poliandri dianggap sebagai tradisi yang masih dijalankan hingga kini oleh beberapa suku di beberapa wilayah India, khususnya bagi komunitas Hindu dan Buddha di bagian Utara negeri ini.

2. Nepal
Tidak ada hukum yang melarang praktik poliandri di negara ini. Berbeda dengan praktik poligami yang telah dilarang sejak 1963. Praktik poligami di Nepal dipandang sebagai suatu tradisi yang harus dilestarikan.

Hal yang unik, saat seorang wanita menikahi anak laki-laki tertua di sebuah keluarga, ia juga akan menikahi adik dari suaminya tersebut. Jika wanita tersebut memiliki anak, sang anak akan memanggil seluruh suami sang ibu dengan sebutan ayah.

Di sebuah wilayah bagian barat laut Nepal, tepatnya di Humla, Dolpo, setidaknya 42 persen pernikahan yang terjadi merupakan pernikahan dengan sistem poliandri.

3. Tiongkok
Beberapa penduduk Tiongkok yang tinggal di dekat Pegunungan Himalaya telah lama menjalankan praktik poliandri. Suku Musuo yang bermukim di dekat Danau Lugu, telah lama menjalankan tradisi ‘nikah jalan’. Tradisi ini dilakukan lantaran miskinnya masyarakat di wilayah itu sebelumnya, hingga mereka tidak dapat membentuk keluarga baru yang terpisah dari orangtua.

Seorang profesor di Fudah University, Shanghai, menerbitkan sebuah artikel yang menyarankan Tiongkok untuk melegalkan dan mempromosikan praktik poliandri dalam upaya untuk mengatasi kurangnya penduduk laki-laki di negara tersebut. ** Baca juga: Hingga 2025 Mendatang, Pemimpin Korut Minta Rakyatnya ‘Makan Lebih Sedikit’

4. Nigeria
Di bagian utara negara ini, tepatnya di wilayah Irigwe, seorang wanita dapat memiliki beberapa pasangan yang disebut sebagai ‘rekan suami’. Dalam praktik poliandri ini, pihak wanita biasanya datang ke rumah para rekan suami untuk bertemu dan bermalam bersama. Praktik ini sempat dilegalkan hingga 1968, sebelum ada larangan dari pemerintah.

5. Kenya
Di Kenya tidak terdapat hukum khusus yang secara langsung melarang praktik perkawinan secara poliandri. Sebuah suku bernama Suku Massai yang mendiami danau-danau besar di Afrika menerapkan praktik ini.

Dalam tradisi Suku Massai, jika seorang wanita menikah, maka ia juga turut menikahi teman-teman sebaya suaminya. Bukan hal yang aneh jika teman-teman sang suami bermalam dengan pihak wanita.

Kelak, anak yang dilahirkan secara otomatis akan dianggap sebagai anak sang suami. Dulu, pihak wanita tidak memiliki hak untuk menolak hal ini. Namun, kini pihak wanita sudah memiliki pilihan untuk menemani pria yang bukan suaminya atau tidak.(ilj/bbs)




Google Maps Tangkap Penampakan Misterius di Gurun Gobi

Kabar6-Dalan sebuah foto yang diungkap Google Maps, tampak serangkaian bangunan dengan formasi melingkar rapi, di Gurun Gobi yang terletak antara Kathmandu di Nepal dan Mongolia.

Bangunan itu mirip dengan formasi Stongehenge yang merupakan warisan dari Zaman Perunggu. Dan sejak viral di dunia maya, melansir Dailymail, banyak pencinta teori konspirasi yang berpendapat bahwa penampakan itu merupakan China’s Area 51, yaitu pangkalan rahasia Amerika Serikat di Gurun Nevada.

Selain itu, ada juga yang berpendapat jika situs misterius di Tiongkok tadi merupakan susunan panel surya raksasa yang dibentuk melingkar, meskipun tidak dijelaskan siapa pemilik susunan panel surya ini.

Pendapat lain menuding jika bangunan tadi adalah pangkalan militer rahasia. Sementara itu penganut teori konspirasi bernama Blake dan Brett Cousins, yang menjalankan kanal populer thirdphaseofthemoon, menyebut jika deretan bangunan tersebut merupakan landasan atau pangkalan udara bagi makhluk angkasa luar atau alien.

Hal ini diyakini karena dalam foto tersebut terlihat ada tiga pesawat yang secara jelas ditempatkan di tengah situs melingkar, plus sejumlah truk dan menara pengendali.

Namun hingga kini belum ada kejelasan apa sebenarnya situs yang berada di 160 Km Jiuquan tersebut. ** Baca juga: Remaja Berusia 15 Tahun di Tiongkok Jalani Oplas Agar Terlihat Belia

Bagaimana menurut Anda?(ilj/bbs)




Gharial, Reptil Paling Aneh Sekaligus Langka Ditemukan di Nepal

Kabar6-Ada harapan baru bagi salah satu reptil paling langka dan aneh di muka Bumi, berupa penemuan bayi-bayi buaya jenis gharial yang hidup di daerah terpencil Nepal.

Gharial (Gavialis gangeticus) atau juga dikenal sebagai gavial, melansir BBC Indonesia, tampak sangat unik dengan moncong tipis dan panjang yang khas. Jenis reptil ini sangat langka, hanya tersisa kurang dari seribu gharial dewasa di alam liar. Dikatakan para ilmuwan, penemuan sekira 100 bayi gharial baru-baru ini memberi harapan baru bagi pelestarian spesies langka tersebut.

Buaya jenis ini tersebar dan berupaya untuk bertahan di India, Nepal, dan Bangladesh. Peneliti dari Zoological Society of London (ZSL), Rikki Gumbs, mengungkapkan detil temuannya dan mengaku terkesima dengan penemuan bayi-bayi buaya yang sedang berjemur di pasir di Taman Nasional Bardia.

“Mengingat jumlah spesies ini sangat terbatas – hanya sekitar lima populasi di kawasan ini, temuan ini menjadi temuan yang sangat positif. Temuan ini merupakan langkah penting dari upaya pelestarian spesies ini di Nepal,” katanya.

“Setelah berjalan menjelajahi hutan selama berjam-jam lalu duduk di punggung bukit dan mengintip bayi-bayi itu di bawah kami…itu merupakan momen yang luar biasa,” kata Ashish Bashyal, yang memimpin proyek konservasi di Nepal.

Ditambahkan, “Dengan ukuran sekira 30 cm, mereka tampak seperti miniatur gharial dewasa, sangat lucu.” ** Baca juga: Kemungkinan Setengah Juta Hiu akan Dibunuh untuk Pengembangan Vaksin COVID-19

Ke-100 buaya mungil itu, ditambah tiga buaya betina dewasa dan satu buaya jantan, ditemukan pada Juni tapi kabar tentang temuan ini baru dirilis belakangan sebagai bagian dari upaya mendanai program konservasi. Buaya jenis ini terakhir terlihat di wilayah itu sekira 30 tahun lalu.

Kabar tentang temuan tersebut sangat menggembirakan. “Mereka berhasil melalui tantangan besar pertama dalam hidup mereka,” kata Gumbs. “Mengingat banyak ancaman yang membahayakan spesies ini, menjadi sangat penting bahwa buaya-buaya mungil ini bisa tumbuh hingga dewasa.”

Pada suatu masa, gharial dapat ditemukan di sebagian besar kawasan di subkontinen India, namun banyak dari populasinya menghilang dari habitat asli.

Hanya kurang dari 100 gharial dewasa yang bertahan di Nepal dan sebagian kecil kawasan di India. Taman Nasional Chitwan adalah salah satu pusat pelestarian yang masih aktif di Nepal.

Buaya jenis ini tidak terlalu berbahaya bagi manusia. Perburuan buaya dan telurnya kini telah dilarang, tapi beberapa masalah masih ada, termasuk habitat yang hilang karena pembangunan bendungan, juga masalah polusi, penangkapan ikan, pertanian, dan ancaman dari predator buaya jenis lain yang ada di Nepal.

Gharial dewasa berukuran besar, panjang jantan bisa mencapai lima meter dan berbobot hingga 250 kg. Gharial jantan memiliki benjolan di ujung moncongnya, yang dikenal sebagai gharas.

Hewan ini menempati posisi ke-17 pada daftar program eksistensi reptil yang dikeluarkan ZSL, EDGE (Evolutionary Distinct and Globally Endangered).(ilj/bbs)