1

Studi Sebutkan, Berkebun & Menyanyi Bantu Cegah Demensia

Kabar6-Demensia adalah sebuah sindrom yang berkaitan dengan penurunan kemampuan fungsi otak, seperti berkurangnya daya ingat, menurunnya kemampuan berpikir, memahami sesuatu, melakukan pertimbangan, dan memahami bahasa, serta menurunnya kecerdasan mental. Sindrom ini umumnya menyerang orang-orang lansia di atas 65 tahun.

Adakah cara sederhana yang bantu cegah demensia? Disebutkan, melansir Sindonews, terlibat dalam kegiatan secara aktif baik fisik dan mental di usia paruh baya dapat menurunkan risiko pengembangan demensia beberapa dekade kemudian. Kegiatan tersebut termasuk di antaranya kegiatan mental seperti membaca, memainkan instrumen, bernyanyi dalam paduan suara, mengunjungi konser, berkebun, menjahit atau menghadiri layanan keagamaan.

“Hasil ini menunjukkan bahwa kegiatan ini di usia paruh baya mungkin berperan dalam mencegah demensia di usia tua dan menjaga kesehatan kognitif,” kata Jenna Najar dari University of Gothenburg di Swedia. Ditambahkan, “Ini menarik, karena ini adalah kegiatan yang orang dapat gabungkan ke dalam hidup mereka dengan mudah dan tanpa banyak biaya.”

Studi ini melibatkan 800 wanita Swedia dengan usia rata-rata 47 tahun yang diikuti selama 44 tahun. Pada awal penelitian, peserta ditanya tentang kegiatan mental dan fisik mereka. Peserta diberi skor di masing-masing dari lima bidang berdasarkan pada seberapa sering mereka berpartisipasi dalam kegiatan mental, dengan skor nol untuk tidak ada aktivitas atau rendah, satu untuk aktivitas sedang dan dua untuk aktivitas tinggi.

Misalnya, aktivitas artistik moderat didefinisikan sebagai menghadiri konser, permainan, atau pameran seni selama enam bulan terakhir, sementara aktivitas artistik tinggi didefinisikan sebagai lebih sering mengunjungi, memainkan instrumen, bernyanyi dalam paduan suara atau melukis. Total skor yang mungkin adalah 10.

Peserta dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok rendah, dengan 44 persen peserta, memiliki skor nol hingga dua dan kelompok tinggi, dengan 56 persen peserta, memiliki skor tiga hingga 10.

Untuk kegiatan fisik, peserta dibagi menjadi dua kelompok, aktif dan tidak aktif. Kelompok yang aktif mulai dari aktivitas fisik ringan seperti berjalan, berkebun, bowling, atau bersepeda selama minimal empat jam per minggu hingga latihan intensif rutin seperti berlari atau berenang beberapa kali seminggu atau terlibat dalam olahraga kompetitif. Sebanyak 17 persen peserta berada dalam kelompok tidak aktif, dan 82 persen berada di kelompok aktif.

Selama penelitian, 194 wanita menderita demensia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 102 wanita memiliki penyakit alzheimer, 27 memiliki demensia vaskular dan 41 memiliki demensia campuran, di mana lebih dari satu jenis demensia hadir, seperti plak dan penyakit alzheimer bersama dengan perubahan pembuluh darah terlihat pada demensia vaskular.

Hasilnya, wanita dengan aktivitas mental tingkat tinggi adalah 46 persen lebih kecil untuk terserang penyakit alzheimer dan 34 persen lebih kecil untuk mengalami demensia secara keseluruhan daripada wanita dengan aktivitas mental level rendah.

Wanita yang aktif secara fisik adalah 52 persen lebih kecil untuk mengembangkan demensia dengan penyakit serebrovaskular dan 56 persen lebih kecil untuk mengembangkan demensia campuran daripada wanita yang tidak aktif.

Para peneliti memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko demensia seperti tekanan darah tinggi, merokok, dan diabetes. Mereka juga menjalankan hasilnya lagi setelah mengecualikan wanita yang mengembangkan demensia sekira setengah jalan melalui penelitian untuk mengesampingkan kemungkinan bahwa para wanita itu mungkin berada dalam tahap prodromal demensia, dengan partisipasi yang kurang dalam kegiatan sebagai gejala awal.

Ternyata hasilnya serupa, kecuali bahwa aktivitas fisik kemudian dikaitkan dengan penurunan risiko demensia sebesar 34 persen secara keseluruhan. Dari 438 wanita dengan tingkat aktivitas mental yang tinggi, 104 menderita demensia, dibandingkan dengan 90 dari 347 wanita dengan tingkat aktivitas yang rendah. ** Baca juga: Begini Alasan Obat Harus Miliki Tanggal Kedaluwarsa

Dari 648 wanita dengan aktivitas fisik tingkat tinggi, 159 menderita demensia, dibandingkan dengan 35 dari 137 wanita yang tidak aktif.(ilj/bbs)




Kena Tilang Rp1,5 Juta Gara-gara Bernyanyi Terlalu Keras dalam Mobil

Kabar6-Anda yang hobi menyanyi saat menyetir mobil, tampaknya harus mengerem kebiasaan tersebut saat berada di Kanada, jika tidak ingin mengalami kejadian seperti Taofik Moalla (38). Bagaimana kisahnya?

Pria asal Montreal ini mendapat surat tilang lalu lintas sebesar Rp1,5 juta hanya karena bernyanyi dalam mobil miliknya. Dilansir Huffingtonpost, kisah berawal ketika Moalla dalam perjalanan pulang ke rumah. Saat menyetir mobil, ia menyanyikan lagu berjudul “Gonna Make You Sweat”. Di setiap akhir lagu, selalu ada kata-kata “Everybody dance now!”

Nah, saat tengah asyik menyanyi itulah, tiba-tiba sebuah mobil polisi menghentikannya. Seorang petugas bertanya, “Apakah Anda berteriak dengan suara keras?” Moalla pun menjawab bahwa ia hanya mendengarkan lagu favorit, dan kemudian mengulang intro, “Everybody dance Now!”

Setelah polisi memeriksa SIM dan STNK mobil Moalla, mereka kembali dengan memberikan surat tilang lalu lintas karena Moalla disebut menjerit dalam mobil. “Saya tidak tahu apakah suara saya sangat buruk dan menjadi sebab saya mendapat surat tilang,” ujarnya.

Moalla bersikeras dia tidak bernyanyi terlalu keras, dan berencana untuk memprotes masalah tersebut. Pria itu akan memberitahu hakim bagaimana dirinya mendapatkan surat tilang.

“Bayangkan jika Canadiens (Montreal]) memenangkan sebuah pertandingan, semua penggemar akan berteriak dari mobil mereka. Mereka akan bernyanyi. Apakah Anda akan memberi mereka semua surat tilang?” ** Baca juga: Ditemukan Kerangka Seekor Naga Sepanjang 13 Meter di Tiongkok

Sementara itu departemen kepolisian Montreal menolak memberikan komentar mengenai kasus tersebut.(ilj/bbs)