1

Pengemudi di London Langgar Lockdown Demi Beli Roti Murah

Kabar6-Bukan karena mabuk atau sok jagoan, seorang pria di Inggris mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi alias ngebut, hanya gara-gara urusan perut.

Kepada polisi yang menangkapnya, melansir metro.co.uk, pria tadi mengatakan bahwa ia melanggar lockdown dan mengemudi sejauh 193 km untuk membeli ‘roti murah’. Ia juga melaju kencang dengan kecepatan 177 km per jam. Diakui pria tadi, ia terpaksa melakukan perjalanan lebih dari 160 km keluar dari Kota London, untuk membeli roti di kota Nottingham karena harganya lebih murah.

Petugas menghentikan pria itu sekira pukul 22.40 waktu setempat, ketika kembali dari Nottingham dengan M1, bersama dua anaknya yang masih kecil. Pria tersebut menjelaskan bahwa di Nottingham harga roti lebih murah yaitu Rp19.900 selama pandemi COVID-19.

Polisi Leicestershire lalu menilang sopir itu dan kasusnya dimajukan ke pengadilan setempat. Diketahui, jarak antara Nottingham dan London adalah lebih dari 193 km, dan polisi mengatakan pria itu dihentikan di dekat Junction 22 di Leicestershire. Menurut polisi, pengadilan akan memutuskan besaran denda.

Pria itu juga mendapat dakwaan kedua, yakni melanggar Peraturan Perlindungan Kesehatan 2020 tentang lockdown, dan bakal Rp1,1 juta. ** Baca juga: Perusahaan di AS Tawarkan 575 Bunker untuk Berlindung dari Pandemi COVID-19

Aturan ini berlaku sejak Maret untuk memberikan kekuatan pada polisi untuk menghukum siapa pun yang melanggar pembatasan lockdown di Inggris.

Mengejar harga murah tanpa memikirkan keselamatan diri sendiri dan kedua anaknya.(ilj/bbs)




Gila! Seorang Pria Live di Facebook Kemudikan Mobil 160 Km per Jam

Kabar6-Aksi yang dilakukan Kenneth Hofler (23) memang terbilang sangat nekat, bahkan gila. Bayangkan saja, pria asal Middletown, Connecticut, Amerika Serikat, itu mengemudi lebih dari 100 mph (160 km per jam) sambil melakukan live streaming di Facebbok.

Akibatnya, mobilnya menabrak pagar pembatas sehingga ringsek berat. Polisi Negara Bagian Connecticut, melansir headlinecode, memposting video Hofler yang mengalami kecelakaan. Hofler diketahui menggunakan ponsel untuk merekam dirinya mengemudi di Jembatan Memorial Gold Star. Dia dilaporkan mengemudi dengan surat izin mengemudi (SIM) yang sudah mati.

Seorang polisi mengikuti Hofler ketika melaju ke jalan keluar, di mana ia melewati pagar pembatas sehingga mobil berguling. Video menunjukkan Hofler tengah merekam jalan di depannya dan speedometer sebelum kehilangan kendali di off-ramp dan menjatuhkan ponselnya.

Saat kecelakaan, Hofler ternyata memiliki lebih dari satu ons ganja. Dia ditahan serta dibawa ke Lawrence dan Rumah Sakit Memorial dengan luka ringan. Disebutkan, Hofler memiliki catatan kriminal dari 2014 lalu. ** Baca juga: Selalu Lolos dari Bahaya, Pria Ini Dapat Julukan Paling Beruntung di Dunia

Pria itu mendapat dakwaan pelanggaran ringan untuk mengemudi secara sembrono, mengemudi dengan SIM yang mati, mengemudi tanpa asuransi, dan memiliki marijuana. Kasus ini tidak tercantum dalam catatan pengadilan, dan tidak jelas apakah Hofler memiliki pengacara untuk mewakili dirinya atau tidak.(ilj/bbs)




India Punya Cara Unik untuk Atasi Pengemudi yang Gemar Ngebut

Kabar6-India disebut sebagai salah satu negara yang ‘berbahaya’ di dunia dalam urusan lalu lintas. Pada 2007 lalu, lebih dari 130 ribu orang kehilangan nyawa di jalanan India.

Fakta yang memilukan, sebanyak 85 persen dari angka tersebut adalah pejalan kaki dan pengguna sepeda. Kondisi inilah yang membuat Menteri Transportasi Jalan & Bina Marga dan Pelayaran India, Nitin Gadkari, menerapkan sebuah cara unik agar para pengemudi tidak mengebut atau melambatkan laju kendaraannya.

Cara apakah yang dimaksud? Melansir boredpanda, Nitin Gadkari melakukan uji coba dengan mengganti jalan penyeberangan (zebra cross) biasa dengan yang 3D (tiga dimensi). Ia berharap, dengan zebra cross 3D seperti ini para pelanggar batas kecepatan akan melambatkan kendaraan mereka. Dengan begitu, angka kematian atau kecelakaan lalu lintas bisa ditekan.

Ide ini muncul setelah ada keputusan untuk menghapus semua speed breaker (polisi tidur) di jalan raya seluruh India. Menurutnya, polisi tidur juga bisa membahayakan pengemudi yang ngebut. Karena itulah pemerintah setempat mulai mencari alternatif yang lebih aman. ** Baca juga: Ketimbang Menikah, Nenek 109 Tahun Ini Lebih Memilih Permen

Pemerintah berharap, dengan adanya cara alternatif ini maka angka kematian di jalanan di seluruh India bisa berkurang. Terlebih India ternyata adalah negara dengan angka kematian karena kecelakaan paling banyak di dunia.(ilj/bbs)