1

Peneliti di Denmark Temukan Racun Dalam Buku Langka

Kabar6-Peneliti di Denmark menemukan hal tak terduga, yaitu racun di dalam buku langka. Para peneliti dari University of Southern Denmark telah mempublikasikan sebuah artikel di The Conversation yang membahas penemuan mematikan tersebut.

Tiga buku langka penuh racun yang berasal dari abad ke-16 dan 17 tersebut, melansir theconversation, saat ini sedang menjalani analisis fluoresensi sinar X. Hal ini dilakukan karena sinar X mampu mendeteksi senyawa berbeda pada halaman dan jilid buku. Cara tersebut juga diharapkan bisa menemukan teks-teks yang hilang.

“Awalnya, kami mencoba mengidentifikasi bahasa Latin yang digunakan. Namun, kami kesulitan membacanya karena ada lapisan pigmen hijau yang mengaburkan tulisan pada sampul buku,” kata peneliti.

Selanjutnya, buku-buku tersebut lalu dibawa ke laboratorium untuk diteliti lebih lanjut, juga untuk menemukan bahan kimia apa yang ada di sampul buku. Hasilnya, lapisan hijau tersebut ternyata adalah arsenik. Dan tingkat racunnya masih sama seperti ketika ia diletakkan di sana pertama kali.

“Arsenik merupakan salah satu zat paling beracun di dunia. Paparannya dapat menyebabkan berbagai gejala. Mulai dari mengembangkan penyakit kanker hingga kematian,” urai peneliti.

Saat pertama kali mengetahuinya, pikiran para peneliti langsung mengarah pada insiden buku tebal beracun dalam novel terkenal ‘The Name of Rose’ karya Umberto Eco.

“Bisakah hal tersebut terjadi di kenyataan? Diracun melalui buku?” tulis peneliti. Meskipun demikian, arsenik yang ditemukan pada buku langka tersebut, tidak terlalu berbahaya. Namun, kontak dengan kulit yang terjadi secara terus menerus dapat menimbulkan berbagai gejala.

Saat ini, perpustakaan menyimpan ketiga buku beracun tersebut dalam kotak kardus terpisah dengan label bahaya. Mereka juga berencana untuk mendigitalisasinya untuk meminimalisasi kontak fisik.

Diketahui bahwa arsenik merupakan komponen utama pada cat ‘Paris green’ di abad ke-19. Ditambahkan peneliti, “Pada masa kejayaannya, semua jenis bahan, termasuk sampul buku dan pakaian, dilapisi dengan cat Paris green karena alasan estetika.” ** Baca juga: Walah…Sebanyak 90 Persen Sampah Plastik Dunia Berasal dari 10 Sungai di Asia & Afrika

Cat tersebut mungkin digunakan pada sampul buku untuk mengawetkan tampilannya, termasuk melindungi buku dari hama.(ilj/bbs)




Derita Sindrom Cotard, Esme Yakin Dirinya Telah Meninggal Dunia

Kabar6-Meskipun sedang tidak dalam kondisi koma, Esme Weijun Wang merasa bahwa dirinya sudah meninggal dunia. Kala itu, wanita asal San Fransisco ini, memberitahukan sang suami bahwa dirinya telah meninggal beberapa bulan lalu, yaitu saat dia berulangkali tak sadarkan diri selama beberapa jam dalam sebuah penerbangan pesawat antarnegara. Setelah berminggu-minggu merasa linglung, Esme pun tiba pada sebuah kesimpulan bahwa dirinya sudah meninggal.

“Saya diyakinkan bahwa saya telah meninggal di penerbangan itu dan saya sudah berada di kehidupan setelah mati. Kala itu saya tidak menyadarinya (bahwa saya masih hidup),” katanya.

Bukannya sedih, Esme malah menganggap kematiannya bisa membuat dia jadi orang yang lebih baik lagi di kehidupan berikutnya. “Saya mulai yakin bahwa saya sudah dalam kondisi tewas, atau sedang berada di neraka. Saya mencoba mencari tahu apa kesalahan yang telah saya lakukan sehingga terperangkap di kehidupan setelah mati. Saya pun merunut kembali kehidupan sebelum saya meninggal tapi tidak terasa nyata. Itulah yang menyiksa saya,” urai Esme.

Secara ilmiah, seperti dilansir Womenshealthmag, kondisi yang dialami Esme disebut dengan sindrom Cotard, yaitu gangguan mental langka yang membuat penderitanya berpikir mereka telah mati. Esme bukan orang pertama yang mengalami sindrom ini, karena sebelumnya juga ditemukan beberapa kasus serupa.

Menurut Pedro Morgado, M.D., Ph.D., seorang psikiater di Hospital de Braga, Portugal yang mendalami sindrom Cotard, penyakit ini hanya terjadi pada kurang dari satu persen orang yang menderita depresi. Para dokter belum mengetahui penyebabnya, tapi disinyalir kondisi ini sangat berhubungan dengan gangguan mental lain seperti depresi, schizophrenia atau pada orang yang mengalami trauma akibat cedera otak.

Pada kasus Esme, ia didiagnosa menderita schizoaffective di tahun yang sama saat kejadian tersebut. Schizoaffective merupakan salah satu jenis gangguan bipolar yang membuat penderitanya mengalami perubahan mood yang ekstrem dan drastis. ** Baca juga: Ikut Kontes Kecantikan, Unta di Arab Disuntik Botox

Orang yang menderita sindrom Cotard tidak tahu ada sesuatu yang hilang dari dirinya, secara mental, sehingga mereka benar-benar percaya telah meninggal. Sindrom ini bisa hilang dengan penanganan yang tepat dari dokter ahli.(ilj/bbs)




Gas Melon Mulai Langka di Tangerang

Kabar6-Kelangkaan gas elpiji ukuran tiga kilo gram atau biasa disebut gas melon mulai melanda wilayah Tangerang sejak tiga hari terakhir.

Kelangkaan ini diindikasi kuat sebagai efek dari kenaikan harga gas elpiji ukuran 12 kilo gram.

Pantauan kabar6.com, kekosongan gas elpiji tabung melon diakui oleh pembeli di agen gas dikawasan Kecamatan Periuk, Kota Tangerang, Senin (2/3/2015).

“Sudah dua hari ini kelangkaan terjadi. Tepatnya sejak pemerintah memberlakukan kenaikan harga elpiji 12 kilo gram per satu maret,” ujar Slamet, pembeli gas di Kecamatan Periuk.

Slamet berharap, pemerintah segera mengambil langkah serius terkait kelangkaan ini. “Parah. Udah harganya naik, barangnya langka pula,” ujarnya. **Baca juga: Polda Metro Sergap Dua Pelaku Curanmor di Tangerang.

Sementara Asep, Kepala Gudang Agen Gas di Kecamatan Periuk mengatakan, hingga kini pasokan gas belum juga tiba. **Baca juga: Mulai 3 Maret, Akses Bandara Soetta Buka Tutup.

“Karena adanya pembatasan dari pemerintah, maka penjualan kepada pembeli juga dibatasi,” ujar Asep.(rani)