1

Efek Buruk Kurang Gerak yang Pengaruhi Kesehatan

Kabar6-Banyak orang yang tanpa sadar menjalankan gaya hidup yang tidak aktif atau tidak banyak bergerak. Di sisi lain, tidak semua orang memiliki motivasi untuk melakukan latihan atau olahraga di rumah sebagai salah satu cara menjaga kesehatan

Padahal, ada sejumlah efek buruk bagi kesehatan fisik maupun mental, apabila Anda kurang bergerak. Melansir beberapa sumber, salah satu efek paling jelas dan umum dari gaya hidup yang tidak banyak bergerak adalah penambahan berat badan. Kelebihan berat badan atau obesitas dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, dan dapat meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes tipe 2 dan kanker.

Lebih dari sekadar mencari cara tertentu, seseorang harus lebih sadar akan dietnya, dan memasukkan aktivitas fisik secara teratur dalam rutinitas mereka agar tetap sehat secara keseluruhan.

Kemudian, Anda akan kehilangan fleksibilitas. Semakin sering Anda duduk dan tidak aktif, semakin besar kemungkinan Anda kehilangan fleksibilitas. Masalah hilangnya fleksibilitas adalah meningkatkan kemungkinan cedera otot, dan juga membuat otot Anda lebih lemah, yang dapat berbahaya dalam jangka panjang.

Risiko lain adalah osteoporosis, yaitu kondisi di mana tulang menjadi lemah, dan lebih rentan terhadap patah tulang. Ini umum terjadi pada orangtua, terutama wanita setelah menopause. Tidak banyak bergerak dapat meningkatkan risiko osteoporosis karena olahraga dan aktivitas fisik membantu memperkuatnya.

Efek buruk lain adalah meningkatnya kemungkinan kesehatan mental yang buruk. Ketidakpastian pandemi telah berdampak buruk pada kesehatan mental. Namun, gaya hidup yang tidak banyak bergerak bisa memperburuk keadaan. Orang yang keluar untuk berjalan-jalan dapat beristirahat dari faktor penyebab stres dalam hidup mereka, meningkatkan kesadaran.

Olahraga juga diketahui dapat melepaskan beberapa hormon bahagia dalam tubuh yang dapat membantu mengurangi kemungkinan masalah kesehatan mental tersebut.

Selanjutnya, efek pada melambatnya metabolisme dan masalah pencernaan. Metabolisme adalah laju tubuh Anda membakar makanan yang dikonsumsi untuk energi. Saat Anda tidak bergerak, tubuh mendapat indikasi bahwa Anda tidak membutuhkan energi, dan metabolisme melambat.

Metabolisme yang lambat dapat menyebabkan hasil seperti penambahan berat badan. Aktivitas fisik juga dapat memengaruhi pencernaan dengan memperlambatnya, menyebabkan penambahan berat badan dan masalah perut.

Menurut penelitian, dengan jumlah aktivitas fisik yang tepat dan dilakukan selama periode waktu tertentu, seseorang dapat terhindar dari risiko gaya hidup yang tidak banyak bergerak.

Meskipun berolahraga di gym atau pusat kebugaran mungkin belum menjadi pilihan, gaya hidup aktif tidak harus berupa latihan fisik yang berat. ** Baca juga: Jadi Lebih Sehat dengan Lakukan 4 Perubahan Kecil dalam Keseharian

Ada banyak cara untuk melakukan aktivitas fisik dalam rutinitas harian Anda, misalnya mengunakan tangga ketimbang naik lift, berjalan ke pasar untuk membeli bahan makanan sehari-hari, atau berjalan-jalan di taman sekitar rumah.

Jangan lupa mengonsumsi makanan sehat dengan kandungan sejumlah nutrisi yang dibutuhkan tubuh.(ilj/bbs)




Susah BAB Selama Karantina COVID-19 di Rumah, Ini Penyebabnya

Kabar6-Selama karantina di rumah, sebagian orang mungkin mengalami konstipasi atau susah buang air besar (BAB), atau tidak rutin BAB seperti biasanya. Mengapa kondisi ini bisa terjadi?

Berada di rumah saja tentu mengubah gaya hidup Anda, dan ini ternyata berpengaruh pada pencernaan serta kesehatan, termasuk frekuensi BAB. Melansir beberapa sumber, berikut beberapa penyebab konstipasi yang Anda alami:

1. Jarang gerak
Sedentary atau kebiasaan duduk lama selama kerja di rumah, dan jarak perjalanan yang hanya di dalam rumah, tentu mengurangi jumlah gerak. Kondisi ini bisa berimbas pada metabolisme tubuh.

Solusinya, cobalah untuk lebih banyak bergerak, misalnya keliling rumah, atau saat menerima telepon Anda bisa sambil berdiri dan jalan-jalan keliling rumah. Lakukan juga olahraga setiap hari dengan bantuan video tutorial di YouTube atau Instagram.

2. Pola makan yang berubah
Mungkin secara tidak sadar, Anda mengonsumsi lebih banyak makanan tinggi gula, lemak, sodium. Atau Anda semakin sering mengonsumsi makanan instan yang kurang serat dan nilai gizinya kurang baik.

Solusinya, perbanyak konsumsi sayuran dan buah, yang bisa Anda pesan lewat online, atau buat jadwal belanja mingguan. Kurangi beli jajanan dan camilan junk food, atau batasi jumlah asupan dan frekuensinya. ** Baca juga: Pandemi COVID-19 Bisa Jadi Alasan Tepat untuk Berhenti Merokok

3. Kurang minum
Saat di rumah, bisa jadi frekuensi Anda minum jadi lebih jarang. Solusinya, letakkan tumbler atau botol minum yang ada takaran atau ukurannya di sebelah Anda setiap waktu. Jadi, Anda akan ingat untuk minum dan lebih mudah dihitung jumlahnya.

4. Stres
Metabolisme dan sistem pencernaan sangat sensitif dan mudah dipengaruhi oleh stres, cemas, dan perubahan rutinitas. Khawatir soal konstipasi yang terjadi juga bisa meningkatkan gangguan pencernaan, sehingga banyak penelitian memang mengaitkan dampak stres dengan sulit BAB.

Jadi, cobalah untuk mengelola stres Anda, lakukan meditasi dan olahraga untuk membantu agar BAB jadi lancar.(ilj/bbs)




Kenali Perbedaan Antara Perut Buncit yang Keras dan Lembek

Kabar6-Saat usia memasuki kepala empat, baik pria dan wanita cenderung mudah mendapat perut buncit. Ya, selain faktor hormon dan usia, gaya hidup juga ikut mempengaruhinya.

Sewaktu ditekan, Anda akan merasakan ada perut buncit yang terasa keras dan ada pula yang lembek. Mengapa kondisi itu bisa terjadi? Melansir Detik, perut buncit yang keras biasanya disebabkan karena tumpukan lemak lebih banyak di bagian dalam organ tubuh manusia.

Penyebabnya adalah kadar hormon kortisol yang sangat tinggi, gemar mengonsumsi minuman mengandung alkohol, sindrom iritasi usus, dan terlalu banyak ngemil makanan tidak sehat tinggi lemak trans.

Solusinya, Anda disarankan tidur cukup dan hindari begadang. Tidur berkualitas akan mendorong pelepasan hormon leptin yang mengatur metabolisme serta nafsu makan.

Sementara itu, perut buncit bergelambir merupakan lemak yang mengisi bagian bawah kulit, cirinya adalah ‘luber’ hingga ke sisi tubuh. Penyebabnya, tubuh yang kurang bergerak. ** Baca juga: Ini ‘Kunci’ Agar Wajah Selalu Terlihat Muda dan Bahagia

Untuk itu, Anda dianjurkan untuk memperbaiki pola makan dan hindari makanan tinggi gula. Perbanyak daging, sayur-sayuran serta sumber lemak sehat. Selain itu, jangan lupa luangkan waktu untuk rutin berolahraga.(ilj/bbs)




Susah Turun Berat Badan, Mungkin Anda Harus Perbaiki Cara Tidur

Kabar6-Tidak hanya diet, Anda pun rutin berolahraga dan tidak lagi ‘menikmati’ camilan favorit. Namun mengapa berat badan tak kunjung turun? Apakah ada hal yang salah?

Jika kondisi ini terjadi, mungkin hal yang perlu diperiksa adalah cara tidur Anda. Bila Anda tidur kurang dari tujuh jam setiap malam, tentu saja usaha untuk menurunkan berat badan akan terhambat secara signifikan. Ya, kurang tidur terbukti dapat membuat Anda makan lebih banyak dan mengonsumsi karbohidrat yang berkontribusi pada peningkatan berat badan.

Penurunan kuantitas tidur yang signifikan ini sejalan dengan peningkatan jumlah obesitas selama 50 tahun terakhir. Dikutip dari Meetdoctor, berikut adalah empat faktor yang membuat kualitas tidur Anda buruk:

1. Lingkungan bising
Tinggal di lingkungan perkotaan, atau bahkan di daerah pinggiran kota yang bising tentu akan mengganggu tidur Anda. Solusinya, mungkin Anda perlu menggunakan peredam suara untuk mengurangi kebisingan.

2. Stres
Sebuah studi pada 2014 di jurnal Sleep menemukan, ketidakmampuan untuk mengatasi kejadian stres berhubungan dengan insomnia yang lebih tinggi pada sekelompok orang dewasa sehat. Untuk mengatasinya, mungkin Anda perlu berlatih yoga atau meditasi untuk membuat tubuh rileks.

3. Kurang gerak
Penelitian menunjukkan, duduk seharian bisa mengganggu naluri alami tubuh untuk mengisi bahan bakar di malam hari. Sebuah survei yang dilakukan National Sleep Foundarion menunjukkan, hanya 10 menit latihan sehari dapat meningkatkan durasi dan kualitas tidur Anda.

4. Perangkat elektronik
Menurut National Sleep Foundation, lebih dari 90 persen orang Amerika menggunakan perangkat elektronik mereka sejam sebelum mereka tidur. Anda mungkin melakukan hal yang sama, tidak bisa lepas dari gadget. Padahal inilah yang membuat jam tidur Anda berkurang atau terganggu. Lampu biru yang dipancarkan dari perangkat menjadi penyebabnya.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Applied Erognomics menemukan, mahasiswa yang menggunakan tablet selama dua jam semalam ternyata telah mengurangi kadar hormon melatonin sekira 23 persen. Untuk mengatasinya, lepaskan diri dari perangkat elektronik dan gadget, dua jam sebelum tidur. ** Baca juga: Olahraga Sambil Dengarkan Musik Kurangi Rasa Sakit dalam Tubuh

Mulailah kebiasaan sehat dalam keseharian agar Anda mendapatkan tidur berkualitas, sehingga program diet pun berjalan lancar.(ilj/bbs)