1

Wabah Corona, Tenaga Kerja Asal Cina di Cilegon Jalani Karantina

Kabar6.com

Kabar6-Pemerintah Kota Cilegon menerapkan kebijakan karantina dua pekan bagi tenaga kerja asal Cina yang ada di Kota Baja itu. Karantina ini dilakukan untuk memudahkan pemantauan apakah warga Tiongkok itu terpapar virus Corona atau tidak.

“Kita ikutin aturan, protokolnya kan ada dari WHO. Mereka walaupun protes karena isolasi harus 14 hari, kalau enggak kerja rugi misalnya. Ya kita tegas saja, kalau itu harus diikutin gitu,” kata Walikota Cilegon, Edi Ariadi, Senin (03/02/2020).

DPRD Cilegon pun mendukung keputusan Edi Ariyadi, untuk mencegah penyebaran virus yang berasal dari Kota Wuhan, China, dan telah menelan korban jiwa mencapai ratusan orang.

“Saya mendukung dan harus seprti itu untuk antisipasi, dari pada nanti keadaaanya terinfeksi dan harus segera diketahui. Biar clear di Cilegon ini,” kata Ketua DPRD Cilegon, Endang Effendi, ditemui diruangannya, Senin (03/02/2020).

**Baca juga: Modus Guru Ngaji Cabul di Serang: Kalau Dipeluk Dapat Pahala.

Menurut Endang, pemeriksaan awal sebenarnya telah dilakukan disetiap pelabuhan dan bandara, seperti mendeteksi suhu tubuh dan pemakaian masker untuk mempersempit penyebaran virus mematikan tersebut.

“Kita lihat di bandara pakai masker, padahal belum tentu kena virus Corona. Biar masyarakat tidak resah. Kalay ada WNA masuk karantina itu kan bagus, bahwa Kota Cilegon tidak terjangkit virus tersebut,” tegasnya.(Dhi)




Imbalan Puluhan Juta untuk Responden di AS yang Mau Diinfeksi Virus Flu Babi

Kabar6-Sebuah penelitian yang dilakukan National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) ini tergolong unik seklaigus menantang. Para peneliti ingin melakukan riset lanjutan tentang virus influenza A H1N1 (flu babi) secara detail bagaimana virus bekerja sekaligus mengendalikannya.

Hal unik yang dilakukan, melansir MSN, para peneliti butuh responden yang mau diinfeksi dengan virus tersebut. Bukan cuma-cuma, peserta riset bakal diberi imbalan sebesar sekira Rp46 juta.

“Peneliti dari NIAID telah menjadi pelopor dalam uji coba ini,” kata Anthony S. Fauci, MD, Direktur NIAID. “Percobaan ini menggunakan alat yang canggih untuk mempelajari berbagai aspek perkembangan penyakit influenza dan juga dapat membantu secara efisien mengembangkan perawatan dan vaksin baru.”

Para peneliti mengumpulkan 80 orang sukarelawan, dengan rentang usia 18-49 tahun. Mereka kemudian akan menerima semprotan di hidung yang mengandung virus H1N1.

Selanjutnya, para responden sengaja dikarantina selama sepekan di fasilitas rawat inap sampai mereka benar-benar terbebas dari virus tersebut, karena berpotensi menular ke orang lain.

Akibat terinfeksi virus H1N1, para sukarelawan mengalami gejala-gejala seperti batuk, napas tersengal-sengal, serta tubuh menjadi menggigil.

Para ilmuwan kemudian mencari tahu seberapa berkhasiat antibodi flu yang sudah ada sebelumnya dalam mengatasi keparahan gejala flu setiap sukarelawan dan berapa lama gejala tersebut bisa diredam.

Seluruh rangkaian penelitian ini berlangsung di beberapa perguruan tinggi, seperti unit penelitian vaksin University of Maryland, Baltimore, Saint Louis University Center for Vaccine Development di Missouri, Duke University di North Carolina dan Cincinnati Children’s Hospital Medical Center di Ohio.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (Centers for Disease Control and Prevention) memperkirakan ada 36.400 hingga 61.200 orang meninggal akibat flu di Amerika Serikat dalam rentang waktu antara Oktober 2018 hingga Mei 2019, dan lebih dari setengah juta orang dirawat di rumah sakit.

Flu bisa mematikan ketika ada infeksi lain yang terlibat, yakni saat virusnya memperburuk kondisi kesehatan lain atau ada respons imun yang luar biasa terhadap infeksi. Kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti pneumonia, serangan jantung, dan sepsis.

Meskipun vaksin flu tahunan mudah diberikan, para ilmuwan dan dokter tidak dapat memastikan jenis virus apa yang menonjol setiap musim flu tiba. Cara tersebut masih dianggap sebagai cara terbaik untuk menghindari infeksi dan menghentikan penyebarannya. ** Baca juga: Agar Bentuk Kepala Sempurna, Anak-anak di Korea Pakai ‘Helm’ Selama 23 Jam Tiap Hari

Disebutkan, mereka yang terinfeksi flu dapat mengobatinya dengan obat antivirus untuk mempersingkat durasi dan tingkat keparahannya.(ilj/bbs)




Masa Karantina, Mayoritas Capaska Tangsel Ogah Dilatih PPI

Kabar6.com

Kabar6-Psikologis para pelajar yang tergabung dalam calon pasukan pengibar bendera atau capaska Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terganggu. Mosi tak percaya terhadap seniornya Purna Paskibra Indonesia (Tangsel) secara lugas mereka sampaikan.

“Mending (dilatih) TNI,” ujar sejumlah pelajar putri ditemui wartawan di tenda barak lantihan, Lapangan Cilenggang, Kecamatan Serpong, Senin (5/8/2019).

Terhitung mulai 11-16 Agustus besok para pelajar capaska memasuki masa karantina di Hotel Marlyn Serpong. Selama karantina selama tiga pertama capaska akan dilatih oleh PPI.

“Saya mau izin aja besok,” sahut seorang pelajar diikuti capaska putri lainnya.**Baca juga: Airin Datangi Barak Latihan Capaska di Cilenggang.

Di lokasi yang sama, Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany dihadapan seluruh pelajar capaska berjanji segara mengevaluasi sistem pelatihan. Ia datang untuk memberikan dukungan moril agar semangat capaska meningkat kembali.

“Senior juga bisa salah. Jangan takut sampaikan keluhan adik-adik sama pelatih,” pesan Airin.(yud)