1

Sifat Pemarah Persingkat Masa Hidup Seseorang

Kabar6-Gaya hidup tidak sehat yang menjadi kebiasaan sebagian besar masyarakat, dapat mengundang berbagai penyakit berbahaya, sehingga disebut sebagai salah satu faktor yang memperpendek usia seseorang.

Adakah faktor lainnya? Sebuah penelitian dalam jurnal Social Science and Medicine, melansir CNN Indonesia, menunjukkan bahwa sifat pemarah dapat mempersingkat masa hidup seseorang. Para peneliti menemukan bahwa pria berumur sekira 35 tahun yang cepat tersulut amarahnya kemungkinan besar akan meninggal 35 tahun kemudian dibandingkan dengan pria yang bukan pemarah.

Kendati para peneliti tidak menyelidiki alasan mengapa amarah memiliki hubungan dengan kematian dini, mereka mengatakan sifat pemarah memiliki hubungan dengan beberapa proses fisiologis yang negatif.

Misalnya saja aterosklerosis, yaitu penyumbatan pembuluh darah oleh zat-zat berlemak, dan bisa berakibat pada ‘insiden kesehatan yang serius dan berpotensi fatal seperti serangan jantung’.

“Hal ini menunjukkan bahwa perwujudan nyata dari rasa marah dalam proses fisiologi mungkin menjadi pernyebab antara topik penelitian yaitu hubungan antara rasa marah dan kematian,” demikian tulis para peneliti dari Universitas Negara bagian Iowa.

Penelitian tersebut melibatkan 1.307 responden pria kepala rumah tangga, dan menelitinya dari 1968 sampai 2007. Sampel ini diberi pertanyaan setiap tahun dari 1968 hingga 1972.

Beberapa pertanyaan yang diajukan mencakup tingkat kemarahan, apakah mereka marah dengan cukup mudah atau butuh usaha dan waktu lebih banyak untuk membuat mereka marah.

Dan setiap pria diberi nilai rata-rata dalam lima tahun. Para responden itu berusia antara 20 tahun dan 40 tahun ketika pertama kali ditanya, dan pada 1982 rata-rata sudah berusia sekira 34 tahun.

“Mereka yang tingkat amarahnya berada di deretan teratas memiliki 1,57 kali lipat peningkatan risiko kematian dibandingkan dengan mereka yang tingkat amarahnya berada di urutan terbawah,” kata peneliti.

Psikolog yang berbasis di London Graham Price juga mengatakan, orang cepat marah karena mereka mengembangkan keyakinan di alam bawah sadarnya yang berlebihan tentang ketidakadilan.

Menurutnya, keyakinan ini bisa jadi juga dipicu oleh pengalaman negatif di masa lalu dan diperkuat oleh ekspresi kemarahan berlebihan dalam rentang waktu yang cukup lama. “Cara untuk menekan sifat ini adalah dengan menerima, dan menahan amarah dengan menggunakan kesadaran Anda,” jelas Price.

Ditambahkan Price, jika amarah masih sulit ditahan, akan berakibat lebih jauh pada kesehatan karena kemarahan adalah bentuk stres yang terbukti dapat meningkatkan kadar kortisol dalam aliran darah. ** Baca juga: Riset: Orang yang Temperamen Selalu Percaya Diri Bahwa Mereka Cerdas

“Penelitian telah menunjukkan bahwa jika marah atau bentuk stres lain dipelihata selama jangka waktu tertentu, akan berdampak negatif pada kesehatan dan bisa mengakibatkan IBS (Irritable Bowel Syndrome) atau meningkatnya stroke, serangan jantung dan masalah jantung lainnya,” kata Price. (ilj/bbs)




Apa yang Terjadi Bila Tubuh Kelebihan Protein?

Kabar6-Protein memang diperlukan tubuh untuk membuatnya tumbuh dan mengganti sel-sel yang rusak. Makanan kaya protein seperti susu, daging, telur, ikan dan kacang-kacangan akan diurai tubuh menjadi amino acids dan diserap oleh tubuh. Sisanya akan dibuang bersama air seni (urine).

Orang dewasa yang tidak begitu aktif disarankan untuk memakan sekira 0,75gr protein per hari untuk setiap 1kg berat badannya. Jadi, rata-rata pria perlu mengonsumsi 55gr protein dan wanita 45gr protein setiap hari. Itu hanya sekira dua genggaman daging, ikan, tahu, atau kacang-kacangan.

Jika tubuh tidak mendapatkan protein yang cukup, maka rambut orang tersebut akan rontok, kulitnya kusam dan berat badan serta masa ototnya berkurang. Namun, efek samping seperti ini sangat jarang, dan biasanya hanya terjadi pada orang yang memiliki penyakit seperti bulimia atau anoreksia.

Di sisi lain, terlalu banyak mengonsumsi protein dalam jangka panjang juga bisa menimbulkan efek merugikan bagi tubuh. Melansir Kompas, berikut beberapa hal yang akan terjadi apabila tubuh kelebihan protein:

1. Napas tak sedap
Makan protein dalam jumlah tinggi umumnya disertai dengan makan lebih sedikit karbohidrat, berpotensi membuat tubuh dalam keadaan ketosis. Meskipun ini bagus untuk menurunkan berat badan, kita bisa juga dapat mengalami halitosis alias bau mulut jika tak cermat saat mengonsumsinya.

Dalam sebuah penelitian mengenai pola makan, 40 persen peserta mengalami bau napas tak sedap yang tak bisa diatasi hanya dengan menggosok gigi. Jika ini terjadi, periksa kembali asupan protein kita, tingkatkan asupan air, gosok gigi lebih sering, atau kunyah permen karet untuk mengatasinya.

2. Nyeri sendi
Para peneliti telah membuktikan diet tinggi protein yang kaya daging merah dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Ini dapat membentuk penumpulan kristal yang menyebabkan rasa sakit di dalam sendi dan meningkatkan risiko asam urat.

3. Dehidrasi
Untuk memecah protein, tubuh membutuhkan air. Dengan kata lain, konsumsi protein berlebih membuat tubuh kekurangan cairan. Ginjal yang memecah protein akan menarik air dari tempat lain di tubuh untuk mengimbangi protein tambahan.

Satu studi telah mengaitkan konsumsi protein yang berlebihan (dari daging merah) dengan penyakit ginjal. Sementara itu, riset yang dilakukan pada atlet menunjukkan peningkatan asupan protein menyebabkan penurunan tingkat hidrasi tubuh. Namun, kita bisa mengatasinya dengan menambah asupan air atau mengurangi asupan protein.

4. Sakit kepala
Dehidrasi dapat menyebabkan sakit kepala. Jadi, dianjurkan untuk berhati-hati mengonsumsi protein dan memperbanyak asupan air untuk tubuh.

5. Sembelit
Efek samping lain dari mengonsumsi protein berlebihan dan membatasi karbohidrat adalah kurangnya serat dalam tubuh. Kekurangan serat menyebabkan masalah usus seperti sembelit, kembung dan ketidakseimbangan bakteri di usus yang mendatangkan masalah pada pencernaan.

6. Tubuh mudah lesu
Gejala ini dikenal dengan ‘keto flu’. Saat mengonsumsi makanan tinggi protein, kita mungkin akan merasa lesu. Protein memang membuat kita merasa kenyang lebih lama dari karbohidrat. Namun, terlalu banyak mengonsumsinya justru membuat berat badan meningkat.

Pada dasarnya, karbohidrat sangat mudah dicerna, menyebabkan lonjakan insulin dan penambahan berat badan. Kelebihan protein akan memicu proses glukoneogenesis yang dilakukan tubuh untuk memecah protein, dapat menyebabkan fluktuasi kadar kortisol, membuat kita mudah merasa lelah. ** Baca juga: Pakar Sebutkan, Kemungkinan Insomnia Ada dalam Gen Anda

Namun, gejala tersebut juga bisa disebabkan oleh faktor lain seperti adanya penyakit tertentu atau faktor gaya hidup yang salah. Lemak sehat dapat menyeimbangkan gula darah dan membantu mengatasi kelelahan terkait dengan diet rendah karbohidrat.(ilj/bbs)