1

Studi di Inggris Sebut 5 Negara yang Bakal Selamat Usai ‘Kiamat’

Kabar6-Apakah peradaban seperti yang kita kenal berakhir dalam 100 tahun mendatang? Apakah masih ada tempat yang berfungsi lagi? Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin terdengar seperti fiksi distopia. Namun berita utama tentang cuaca ekstrem, perubahan iklim, pandemi yang sedang berlangsung, dan melemahnya rantai pasokan global membuat kita kembali berpikir tentang ‘kiamat’.

Kini dua akademisi Inggris, Aled Jones, direktur Global Sustainability Institute di Anglia Ruskin University di Cambridge, Inggris, dan rekan penulisnya, Nick King, berpikir mereka punya jawaban.

Analisis mereka bertujuan untuk mengidentifikasi tempat-tempat yang memiliki posisi terbaik untuk melanjutkan ketika atau jika negara lain berantakan. Mereka menyebut tempat-tempat yang beruntung ini sebagai ‘titik-titik kompleksitas yang terus ada’. Melansir Nytimes, ini lima negara selamat dari ‘kiamat’:

1. Selandia Baru
Selandia Baru berada jauh dari garis khatulistiwa sehingga secara alami daerahnya akan lebih dingin dibanding negara lain dunia. Ini membantu ketika peningkatan suhu besar terjadi di Bumi.

Selain itu, hampir 40 persen pasokan energi utama negara ini berasal dari sumber energi terbarukan dan negara ini menghasilkan energi yang cukup untuk memenuhi 75 persen kebutuhan energinya.

2. Islandia
Islandia adalah ‘rumah’ dari energi terbarukan. Di sana, penggunaan tenaga geothermal (panas bumi) dan tenaga air banyak dimanfaatkan. Karena letaknya lebih dekat ke Kutub Utara dibandingkan garis khatulistiwa, iklim Islandia jauh lebih sejuk dibandingkan wilayah lain di planet ini.

Islandia kaya akan perikanan di sepanjang garis pantainya, sehingga persediaan makanan akan aman jika terjadi bencana alam.

3. Inggris
Inggris memiliki banyak lahan pertanian, iklim bersuhu lebih sejuk, dan curah hujan tinggi, sehingga dipercaya mampu membangun kembali masyarakat pasca bencana. Daerah ini juga tidak sering dilanda bencana alam besar, sehingga menjadi pertanda baik bagi kelangsungan hidup di daerah tersebut.

Hampir separuh energi di Inggris berasal dari bahan bakar fosil dan pembangkit listrik tenaga nuklir. Sekira 42 persen listrik di negara ini berasal dari energi terbarukan dan terus meningkat.

4. Australia
Tasmania, negara kepulauan yang terletak tepat di lepas pantai Australia, menghadapi lebih sedikit dampak perubahan iklim. Di sana juga sudah menggunakan banyak pembangkit listrik tenaga air dan pembangkit listrik tenaga angin.

Seperempat dari pulau ini telah digunakan untuk pertanian, dan hal ini dapat ditingkatkan jika terjadi bencana. Tasmania bisa menjadi ‘sekoci’ Australia jika kondisi di benua utama menjadi tidak dapat dihuni.

5. Irlandia
Iklim Irlandia mirip dengan Inggris dengan banyak curah hujan dan tanah subur. Populasi Irlandia juga tidak banyak yang mana berarti permintaan energinya lebih sedikit. Kawasan ini terus memperluas inisiatif energi bersih melalui pembangkit listrik tenaga angin dan pembangkit listrik tenaga air.

Menurut kesimpulan penulis, permintaan energi yang rendah dan peningkatan sumber energi terbarukan menjadikannya tempat yang menjanjikan untuk bunker kiamat.(ilj/bbs)




Ilmuwan Sebut Warga Jepang yang Antisosial Miliki Volume Otak Lebih Kecil

Kabar6-Pada orang usia senja atau orang-orang tua, kurangnya kontak sosial dikaitkan dengan demensia dan alzheimer. Ya, kerap menyendiri, isolasi, dan antisosial ternyata dapat berpengaruh pada kondisi otak seseorang.

Para peneliti di Jepang, melansir Sciencedaily, ingin memahami bagaimana isolasi memengaruhi otak, dengan mengamati 8.896 orang berusia 65 tahun ke atas, yang menjalani pemindaian MRI. Relawan dalam penelitian ditanya seberapa sering mereka berhubungan dengan kerabat dan teman yang tidak tinggal bersama mereka, seperti bertemu atau berbicara di telepon.

Mereka dapat memilih jawaban setiap hari, beberapa kali seminggu, beberapa kali sebulan atau jarang. Hasilnya, orang dengan tingkat kontak sosial terendah memiliki volume otak yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang paling banyak melakukan kontak sosial.

Total volume otak mereka, yang merupakan jumlah materi putih dan abu-abu, sebagai persentase dari total volume di dalam tengkorak, adalah 67,3 persen pada kelompok kontak terendah dibandingkan dengan 67,8 persen pada kelompok kontak tertinggi.

Relawan juga memiliki volume otak yang lebih rendah di daerah otak termasuk hippocampus dan amigdala, yang berperan dalam memori dan terkait dengan demensia. Hippocampus adalah salah satu area pertama yang terkena penyakit Alzheimer.

Kurangnya kontak sosial disebut mempercepat penyusutan otak secara bertahap yang terjadi seiring bertambahnya usia. Namun orang yang terisolasi juga cenderung memiliki gaya hidup yang lebih tidak sehat, yang mungkin berdampak buruk bagi otak mereka.

Dr Toshiharu Ninomiya, penulis senior studi tersebut, dari Universitas Kyushu di Jepang, mengatakan bahwa isolasi sosial adalah masalah yang berkembang untuk orang dewasa yang lebih tua. Hasil tersebut menunjukkan bahwa memberikan dukungan bagi orang-orang dalam membantu mereka memulai dan mempertahankan hubungan dengan orang lain bermanfaat untuk mencegah atrofi otak dan perkembangan demensia.

Hubungan antara kurangnya kontak sosial dan otak yang lebih kecil, yang ditemukan pada orang Jepang yang lebih tua, ditemukan sebagai kasus bahkan ketika faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi otak, termasuk berat badan, kebiasaan merokok dan alkohol seseorang dan apakah mereka menderita diabetes.

Namun studi yang diterbitkan dalam jurnal tersebut mencatat, orang yang kehilangan volume otak mungkin mengalami perubahan kepribadian, seperti menjadi lebih apatis. Kondisi tersebut mungkin menyebabkan mereka lebih jarang melihat orang, daripada melihat orang lebih jarang menjadi penyebab perubahan otak.

Orang-orang yang terisolasi secara sosial dalam penelitian ini juga memiliki area kerusakan otak yang lebih kecil, yang disebut lesi materi putih, daripada orang-orang yang sering melakukan kontak sosial. ** Baca juga: Gara-gara Tongkat Selfie Seorang Turis di Tiongkok ‘Diblacklist’ Lihat Panda Seumur Hidup

Proporsi volume intrakranial yang terdiri dari lesi materi putih adalah 0,30 persen untuk kelompok yang terisolasi secara sosial, dibandingkan dengan 0,26 untuk kelompok yang paling terhubung secara sosial.

Para peneliti menemukan, depresi yang terkait dengan penyusutan otak, sebagian menjelaskan hubungan antara isolasi sosial dan volume otak.(ilj/bbs)




‘Rumah Paling Sepi di Dunia’ Dijual Sekira Rp5 Miliar

Kabar6-Sebuah rumah mungil yang terletak di pulau Duck Ledges, di antara Taman Nasional Acadia dan perbatasan Kanada, dekat pantai Maine di Amerika Serikat (AS), dijual seharga sekira Rp5 miliar.

Tempat tinggal yang disebut sebagai ‘rumah paling sepi di dunia’ ini, melansir Dailyexpertnews, benar-benar terisolasi dan memiliki pemandangan laut yang sangat menakjubkan. Rumah ini diibangun pada 2009 lalu, di atas tanah seluas 1,5 hektare, hanya seluas 540 kaki persegi dengan satu kamar tidur dan dapur kecil. Hal yang unk, pulau itu penuh dengan anjing laut.

“Karena tidak memiliki pohon, pulau ini menawarkan pemandangan alam yang tidak dapat ditemukan di tempat lain,” demikian tulis layanan properti dalam daftarnya.

“Mengapa memilih antara pulau atau waktu sendirian ketika Anda dapat memiliki keduanya? Pondok Maine ini hadir dengan pulaunya sendiri, di mana anjing laut adalah satu-satunya tetangga Anda.” ** Baca juga: Peneliti AS Lakukan Percobaan dengan Suntikkan Virus Pembunuh Kanker untuk Pertama Kalinya pada Manusia

Rumah itu dibangun dengan baik, hanya beberapa meter dari pantai. Pemandangannya disebut penuh dengan alam yang tidak dapat ditemukan di mana pun.(ilj/bbs)




Persiapan Tempat Isolasi Baru di Lebak 30 Persen

Kabar6.com

Kabar6-Pasien positif Covid-19 dengan gejala ringan atau tanpa gejala di Kabupaten Lebak tidak akan lagi diisolasi di Rumah Sakit Islam (RSI) H Madali. Hal itu karena kontrak pinjam pakai pemerintah daerah dengan manajemen rumah sakit segera berakhir.

Sebagai gantinya, sebagai tempat isolasi baru, Pemkab Lebak menggunakan Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BPPS) milik Dinas Sosial Provinsi Banten, di Jalan Siliwangi.

Kepala Pelaksana BPBD Lebak Febby Rizky Pratama mengatakan, ada 3 gedung yang akan digunakan sebagai fasilitas maupun penunjang tempat isolasi. Dua gedung untuk ruang perawatan pasien, dan satu gedung untuk ruang administrasi tenaga kesehatan.

Persiapan agar gedung tersebut bisa segera digunakan sudah mulai dilakukan. Namun baru 30 persen persiapan yang sudah rampung dikerjakan.

“Sekitar 30 persen sudah selesai. Tiga gedung yang akan digunakan itu sudah siap, karena banyak yang harus kami benahi dan perbaiki, mulai dari ketersediaan air, listrik, beberapa kaca pecah dan lain-lain, termasuk rumput-rumput sudah bersih. Keseluruhan kalau untuk gedung sudah siap,” kata Febby menjelaskan saat dihubungi Kabar6.com, Kamis (29/7/2021).

Kini ujar Febby, tinggal menunggu fasilitas kesehatan dan fasilitas bagi pasien selama menjalani masa isolasi di tempat tersebut. Salah satunya tempat tidur yang jika dimaksimalkan bisa terisi untuk 100 orang pasien.

“Hanya tinggal menunggu suplai fasilitas utamanya saja dari Dinkes, seperti tempat tidur, dan lain-lain. Ya fasilitas mini hospital seperti itu lah,” terang Febby.

**Baca juga: 500 Pedagang di Pasar Rangkasbitung Ditarget Ikut Vaksinasi Covid-19

Sisanya 20 persen adalah fasilitas pendukung, seperti penyediaan baliho, rambu hingga jalur khusus bagi pasien dan tenaga kesehatan. Tentu saja sambung Febby, lebih cepat seluruh fasilitas tersedia akan lebih baik.

“Lebih cepat tentu lebih baik agar bisa secepatnya dioperasionalkan. Tetapi sebelum kontrak pinjam di tempat sebelumnya habis, tempat ini sudah bisa digunakan,” katanya.(Nda)




Update 29 Juni 2021, Tempat Tidur Isolasi di Tangsel Sisa 82

Kabar6-Sebanyak 51 tempat tidur Intensive Care Unit (ICU) di Tangerang Selatan (Tangsel) mencapai 100 persen. Sementara tempat tidur isolasi telah terisi hingga 87 persen.

Adapun 167 kasus terkonfirmasi baru. Total kasus terkonfirmasi positif sebanyak 13.166 kasus.

“BOR ICU kita 100 persen. 51 tempat tidur kita terisi semua,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel, Alin Hendarlin Mahdaniar di Buaran, Kecamatan Serpong, Selasa (29/6/2021).

Alin menyebutkan, saat ini tempat tidur isolasi yang terpakai telah diisi sebanyak 563 tempat tidur atau 87 persen dari ketersediaan tempat tidur yang ada. Baca Juga: Bantu Pemkab Percepat Program Vaksinasi, Polresta Tangerang Gelar Vaksinasi Regular

“Tempat tidur isolasi yang tersisa 82 tempat tidur,” sebutnya.

Alin meminta masyarakat Tangsel, ditengah kondisi saat ini agar tidak panik dan mengetahui cara awal menangani diri ketika terkonfirmasi positif.

“Di tengah kepanikan ini jangan semua orang ingin ke IGD. Silahkan menscreening diri sendiri, jangan juga tergantung pada puskesmas. Media sosial sudah banyak, saya ada di posisi mana, saya OTG, gejala saya sudah dimana. Apakah saya perlu RS atau tidak, ini yang perlu kita pahami bersama,” jelasnya.(yud)




Jepang Punya ‘Menteri Kesepian’ untuk Bantu Kurangi Beban Masyarakat Selama Pandemi

Kabar6-Angka bunuh diri yang terus meningkat selama 10 tahun terakhir, menunjukkan tingkat kesepian yang cukup tinggi di Jepang, sehingga menyebabkan stres di kalangan masyarakat pun melonjak.

Rasa kesepian yang dialami oleh kebanyakan perempuan di Jepang, melansir Wionews, membuat Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menunjuk Tetsushi Sakamoto untuk menjadi ‘Menteri Kesepian’, yang bertugas mencari cara untuk bisa mengurangi beban masyarakat yang merasa sendiri dalam situasi sulit.

“Perempuan terutama merasa lebih terisolasi dan angka bunuh diri mengalami peningkatan. Saya ingin Menteri Kesepian mengusut masalah ini dan mengajukan strategi yang komprehensif,” kata Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga.

Mengenai angka bunuh diri yang cenderung meningkat, Perdana Menteri Jepang juga berharap bisa segera dibentuk forum darurat untuk menawarkan solusi secepatnya. Sementara itu, Menteri Kesepian Tetsushi Sakamoto sendiri berharap bisa menawarkan aktivitas positif untuk mencegah peningkatan rasa kesepian dan sendiri pada warganya.

Diketahui, Jepang bukan negara pertama yang mengambil langkah untuk mengatasi masalah kesepian pada warganya. Di Inggris, dibentuk kabinat dengan beberapa menteri untuk melawan kesepian pada 2018 lalu. ** Baca juga: Huek…Seorang Pembeli di Skotlandia Temukan Kotoran Manusia pada Kemasan Nugget yang Dijual

Hal ini menjadi upaya pemerintah Inggris untuk membantu orang-orang yang sudah lanjut usia yang kerap mengalami masalah kesepian di usia senjanya.(ilj/bbs)




PSBB di Lebak Kembali Diberlakukan, Bil Group Bagikan 20 Ton Beras untuk Warga

Kabar6-Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) kembali diberlakukan oleh Pemerintah Kabupaten Lebak untuk menekan kasus penyebaran Covid-19. Tercatat, hingga Selasa, 2 Februari 2021, angka konfirmasi positif sebanyak 1.571 orang, 586 orang di antaranya masih menjalani isolasi.

Dengan penerapan PSBB yang kembali diberlakukan hingga 17 Februari 2021 mendatang, maka sejumlah aktivitas masyarakat dilarang dan dibatasi. Salah satu sektor yang kembali dibatasi adalah ekonomi dan perdagangan yang hanya boleh beroperasi sampai pukul 22.00 WIB.

Untuk membantu meringankan beban masyarakat di tengah situasi pandemi yang belum juga berakhir, pimpinan Bil Group Moch. Nabil Jayabaya membagikan 20 ton beras.

“Bantuan ini sebagai bentuk support kami untuk mereka yang membutuhkan,” kata Nabil dalam keterangan yang diterima, Rabu (3/2/2021).

Selain beras, Ketua BPC Gapensi Lebak ini juga memberi bantuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari kepada masyarakat yang membutuhkan.

“Sasaran kami warga tidak mampu, yatim piatu, fakir miskin, jompo dan lainnya yang berhak. Kita manfaatkan momentum seperti ini untuk berlomba-lomba dalam kebaikan,” ucap Nabil.

Salah seorang warga, Emi menuturkan, bantuan yang diberikan sangat membantu di saat usaha dagang sayurnya terdampak Covid-19.**Baca juga: 11 Subsektor Ekraf sedang Berkembang di Lebak.

“Terima kasih Pak Nabil, bantuan beras sangat bermanfaat untuk kami,” katanya.(Nda)




ASN Pemprov Banten Positif Corona, Pejabat di Lebak Isolasi Mandiri

Kabar6.com

Kabar6-Seorang pejabat di salah satu dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebak, mengaku, tengah menjalani isolasi mandiri.

I mengaku, menjalani isolasi mandiri karena sebelumnya pernah rapat bersama dengan A seorang ASN Pemprov Banten yang dinyatakan positif virus Corona.

Diketahui, A dinyatakan positif dari hasil swab. Pada 26 Mei, ia sempat melakukan perjalanan ke daerah berstatus zona merah. Dua hari setelah itu, A menjalani tes swab dan hasilnya keluar pada 8 Juni 2020.

“Iya lagi isolasi mandiri. Setelah melakukan tes swab di Dinkes Banten, Jum’at sore kemarin saya langsung isolasi mandiri,” kata I kepada Kabar6.com, Sabtu (13/6/2020).

Pria yang menjabat sebagai kepala bidang (Kabid), menuturkan, rapat yang dilakukan pada hari Selasa di Serang itu berlangsung selama hampir 3 jam. I mengatakan, bahwa dirinya tidak melakukan kontak erat dengan pegawai pemprov tersebut.

“Enggak, enggak salaman juga, rapat juga pakai masker dan jaga jarak. Tetapi instruksi Dinkes Banten peserta rapat harus uji swab,” ujar I yang meminta lokasi tempatnya menjalani isolasi mandiri tidak disebutkan.

“Bukan, bukan di rumah. Saya sendiri lah di sini, kalau pun butuh apa-apa yang tidak ada di sini paling diantarkan ke sini, saya enggak ke luar,” tambah I.

**Baca juga: Update Corona di Lebak: 17 Kasus Positif, 70 OTG Dipantau.

Dia berharap, hasil swab yang diperkirakan baru akan keluar 14 hari menunjukkan bahwa dirinya negatif virus Corona.

“Paling nanti istri sama anak rapid tes. Ya semoga aja hasilnya baik, negatif. Tapi sejauh ini kondisi badan baik dan sehat, enggak ada gejala apa-apa,” katanya.(Nda)




Apa Perbedaan Karantina dan Isolasi Mandiri?

Kabar6-Saat ini Anda sering mendengar istilah isolasi mandiri atau karantina. Namun, tidak banyak orang yang mengetahui perbedaan di antara keduanya dan menganggap isolasi mandiri dan karantina merupakan hal yang sama.

Lantas, apa perbedaannya? Melansir Medcom, isolasi baik itu yang dilakukan di rumah sakit atau di rumah adalah tindakan kesehatan masyarakat untuk memperlambat penyebaran COVID-19 dengan menjaga orang sakit jauh dari orang yang sehat.

“Isolasi dilakukan untuk memisahkan orang sakit yang memiliki penyakit menular dari mereka yang tidak memiliki penyakit apa pun,” jelas Krutika Kuppalli, MD, seorang dokter penyakit menular dan wakil ketua Global Health Committee at the Infectious Diseases Society of America (IDSA).

Menurut laporan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), seringkali pasien diisolasi di ruangan khusus rumah sakit, tetapi karena penyebaran COVID-19 yang sangat luas dan kurangnya sumber daya medis berarti akan ada banyak orang diminta untuk melakukan isolasi sendiri di rumah.

Sedangkan menurut Dr Kuppalli, karantina dilakukan untuk memisahkan dan membatasi pergerakan orang-orang yang sehat yang mungkin bisa terpapar penyakit-penyakit menular. “Mereka akan dipantau untuk mengetahui apakah mereka sakit atau tidak.”

Karantina juga biasanya diberlakukan pada seluruh komunitas. Untuk individu, biasanya karantina dilakukan selama satu kali masa inkubasi. Pada kasus covid-19 ini baisanya sekitar 14 hari.

Isolasi biasanya dilakukan untuk seseorang yang sakit, sedangkan karantina merpakan cara terbaik untuk secara cepat mendeteksi seseorang yang melakukan kontak dengan pasien terinfeksi yang kemudian terlacak.

Menurut National Library of Medicine, berdasarkan lokasi dan situasi, karantina bisa menjadi pasif atau lebih aktif untuk melakukan pemantauan gejala. ** Baca juga: Bagaimana Puasa Saat Pandemi COVID-19?

“Karantina dan isolasi adalah dua dari beberapa jenis strategi mitigasi masyarakat yang diterapkan dalam kesehatan masyarakat ketika kita berhadapan dengan penyakit menular yang tidak ada tindakan pencegahan khusus seperti vaksin atau obat antivirus,” kata Suzet McKinney, DrPH, CEO Illinois Medical District.

Dan menurut CDC, pemerintah secara hukum dapat memaksakan tindakan isolasi dan karantina untuk mencegah penyebaran penyakit antara negara dan negara.(ilj/bbs)




Apakah Penularan COVID-19 Bisa Lewat Toilet dan Benda yang Berkontak dengan Pasien?

Kabar6-Studi tentang virus SAR-CoV-2 ini masih terus dilakukan oleh para peneliti dari berbagai bidang ilmu. Salah satu penelitian terbaru dari Singapura menerbitkan, pasien positif COVID-19 secara ekstensif bisa mengontaminasi kamar tidur dan kamar mandi mereka.

Apakah ini berarti penularan COVID-19 bisa melalui toilet dan lokasi-lokasi yang berkontak dengan pasien positif? Journal of the American Medical Association (JAMA), melansir Hellosehat, mengeluarkan sebuah fakta baru bahwa pasien yang positif coronavirus ini bisa mengontaminasi kamar tidur dan kamar mereka. Penelitian ini dilakukan setelah banyaknya kasus di Tiongkok, di mana virus SARS-CoV-2 ini menyebar secara luas di rumah sakit, menginfeksi puluhan pekerja, perawat, dan pasien penyakit lain.

Hal ini membuat para ilmuwan percaya adanya bentuk transmisi lain, yakni kontaminasi dari pasien positif ke lingkungannya. Meskipun hasilnya belum jelas sejauh mana penularan COVID-19 dari kontaminasi lingkungan, misalnya virus yang tertinggal di toilet, ini pada pada orang lain.

Dalam studi tersebut, para peneliti di National Centre for Infectious Diseases (NCID) dan DSO National Laboratories mengamati kasus tiga pasien yang dirawat di ruang isolasi.

Mereka melakukan pengetesan pada peralatan-peralatan yang digunakan oleh pasien. Pada ruangan pasien satu dan dua dilakukan pembersihan dan penyemprotan disinfektan secara rutin dan berkala. Sedangkan sampel dari ruangan pasien tiga diambil sebelum dilakukan pembersihan rutin.

Sebagai informasi, ketiga pasien ini dalam kondisi sakit ringan sedang. Pasien satu dan dua batuk, demam, dan sedikit sesak napas, sedangkan pasien tiga hanya mengalami batuk.

Benda seperti toilet dan wastafel dari kamar pasien tiga terbukti terkontaminasi COVID-19, namun belum diketahui kemungkinan potensi penularan. Benda yang diuji tersebut adalah kursi, rel tempat tidur, jendela kaca, lantai, dan saklar lampu, wastafel, gagang pintu, dan toilet.

Hasil uji sampel udara terbukti negatif, tetapi sampel (swab) yang diambil dari saluran keluar udara positif menunjukkan bahwa droplet yang sarat virus dapat dibawa oleh aliran udara dan tertangkap di ventilasi.

Dua kamar yang diuji setelah pembersihan tidak memiliki hasil positif. “Kontaminasi lingkungan yang signifikan oleh pasien dengan (Covid-19) melalui tetesan pernapasan dan pengeluaran feses menunjukkan lingkungan sebagai media penularan yang potensial. Ini juga menunjukkan perlunya kepatuhan yang ketat terhadap kebersihan lingkungan dan tangan,” demikian catatan para penulis.

Sebelumnya, sebuah penelitian menunjukkan adanya kemungkinan penularan COVID-19 terjadi melalui feses manusia yang ada di toilet. Hal ini disimpulkan setelah peneliti menemukan virus SARS-CoV-2 telah terdeteksi pada tinja beberapa pasien yang didiagnosis dengan COVID-19.

Sampel-sampel positif tersebut menunjukkan, pelepasan virus COVID-19 dalam tinja atau toilet dapat menjadi rute penularan yang potensial. Hasil negatif dari sampel ruangan yang telah dibersihkan menunjukkan bahwa tindakan pembersihan atau disinfektan sudah cukup membasmi virus di lingkungan.

Virus SARS-CoV-2 yang menempel di lingkungan dapat terbunuh dengan melakukan pembersihan permukaan dua kali sehari. Langkah-langkah sederhana ini sudah cukup tapi dengan syarat dilakukan dengan patuh.

Dengan fakta ini, para peneliti menekankan masyarakat untuk perhatian terhadap kebersihan lingkungan dan benda-benda yang mereka gunakan. Misalnya dengan secara rutin membersihkan benda kebutuhan sehari-hari, seperti meja kerja, benda-benda yang berada di kamar mandi dan toilet, serta yang lainnya.

Peneliti mengatakan, penyakit mematikan yang sebenarnya hanya akan dipahami dengan lebih baik dari waktu ke waktu. Termasuk penelitian ini juga membutuhkan studi lebih lanjut. ** Baca juga: 5 Jenis Vitamin yang Bikin Kulit Sehat

Jadi, selalu jaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar, ya.(ilj/bbs)