Peneliti Eropa Temukan Fosil Burung Berbobot 450 Kilogram

Kabar6-Fosil burung berukuran tiga kali lebih besar dibanding burung unta, telah ditemukan oleh peneliti Eropa. Temuan fosil di gua daerah Crimea ini menunjukkan adanya bukti bahwa burung raksasa pernah hidup berdampingan dengan manusia sekira 1,5 juta tahun lalu.

Para peneliti, melansir Smithsonianmag, sebelumnya menduga bahwa burung raksasa itu hanya hidup di Pulau Madagaskar, Selandia Baru dan Australia. Diketahui, burung gajah raksasa pernah hidup di Madagaskar, dan burung Moa hidup di Selandia Baru. Peneliti menyebutkan bobot burung ini sekira 450 kilogram. Diduga, burung ini menjadi sumber protein bagi konsumsi manusia zaman dulu.

“Saat saya memegang tulang paha dari burung itu, saya pikir ini pasti fosil burung gajah dari Madagaskar karena burung seukuran ini belum pernah ditemukan di Eropa,” kata Dr. Nikita Zelenkov, kepala peneliti dari Akademi Sains Rusia. ** Baca juga: California Jadi Negara Bagian Pertama yang Larang Diskriminasi Terhadap Gaya Rambut Hitam

Ditambahkan Zelenkov, pemeriksaan struktur fosil tulang menunjukkan adanya perbedaan di antara kedua spesies. Menurutnya, penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui apakah burung kuno ini lebih dekat ke burung unta atau jenis burung lain.(ilj/bbs)




Bagaimana Cara Ilmuwan Beri Nama Fosil Hewan Purbakala yang Ditemukan?

Kabar6-Pernahkan terpikir oleh Anda, bagaimana cara para ilmuwan memberi nama fosil hewan temuan mereka seperti Tyrannosaurus Rex, Compsognatus, Triceratops, dan lain sebagainy?

Para ilmuwan sepakat bahwa orang pertama yang menemukan fosil tersebut bisa memberinya nama sesuka hati mereka. Sebagai contoh, fosil dinosaurus yang ditemukan di Tiongkok diberi nama Lingwulong Shengi dan Caihong Juji, sesuai nama penemunya. Namun bukan berarti namanya bebas karena ternyata ada kaidah-kaidah sendiri dalam memberi nama dinosaurus.

Nama tersebut, melansir menarikdanmenggelitik, harus sesuai dengan Kode Internasional Nomenklatur Zoologi yang mengatur tentang nama ilmiah untuk semua organisme. Lantas, dari mana asal sebutan dinosaurus? Pada 1841, Sir Richard Owen yang merupakan ahli biologi asal Inggris memberi nama Dinosaurus yang diambil dari bahasa Yunani Deinos yang berarti menakutkan, dan Sauors yang berarti kadal. Secara keseluruhan, Dinosaurus artinya adalah kadal yang menakutkan.

Selain itu, setiap harinya selalu ditemukan spesies dinosaurus baru. Saat ini sudah sekira 1.200 spesies dinosaurus yang ditemukan, dan sekira 50 spesies baru diberi nama setiap tahunnya.(ilj/bbs)




Fosil Telur Dinosaurus Langka Ditemukan Secara Tidak Sengaja di Daerah Pedesaan Tiongkok

Kabar6-Saat sedang berjalan-jalan di pinggiran kota Pingxiang, Provinsi Jiangxi, beberapa waktu lalu, sebanyak empat mahasiswa asal Tiongkok secara tidak sengaja menemukan fosil telur dinosaurus langka.

Berawal ketika mereka menemukan batu berbentuk aneh yang tertutup lumpur merah. Temuan tersebut, melansir mirror.co.uk, segera dilaporkan ke museum lokal untuk pemeriksaan lebih lanjut. Para pakar dari Akademi Sains Tiongkok yang dipanggil mengungkapkan, batu tersebut adalah fosil telur dinosaurus yang berasal dari zaman Cretaceous akhir antara 145 juta hingga 66 juta tahun lalu.

Penemuan fosil telur dinosaurus yang kini disimpan di sebuah museum lokal, ternyata bukan hal baru di Provinsi Jiangxi. Beberapa tahun terakhir, sejumlah fosil telah ditemukan di provinsi yang memang dijuluki ‘kampung halaman dinosaurus Tiongkok’.

Sejumlah fosil kerangka dinosaurus ditemukan di antara reruntuhan bangunan di pusat peninggalan budaya Pingxiang pada 2008 lalu. Kemudian pada April 2010, sebuah fosil telur dinosaurus dengan kulit telur ditemukan di lokasi pembangunan gedung. Pada 2017, sejumlah tumpukan telur dinosaurus yang menjadi fosil dengan sempurna ditemukan oleh pekerja konstruksi yang menggali fondasi untuk sekolah baru. ** Baca juga: Seekor Burung Bertelur Dekat Gawang Sebabkan Lapangan Sepak Bola di New Jersey Ditutup

Diketahui, kota Pingxiang dan wilayah di sekitarnya adalah salah satu daerah oviraptorosaurian paling produktif di dunia, dengan tujuh dinosaurus oviraptorosaurian (mirip burung dan berbulu) telah diberi nama berdasarkan wilayah itu.(ilj/bbs)




Ditemukan Fosil Paus Purba Berkaki 4 di Peru

Kabar6-Sebuah temuan menakjubkan terdapat di Peru. Penemuan itu berupa sebuah fosil paus purba berusia 43 juta tahun dengan empat kaki berselaput dan kuku. Palaeontolog meyakini tubuh mamalia laut sepanjang 13 meter itu beradaptasi untuk berenang dan berjalan di darat.

Dengan empat anggota badan yang mampu membawa bobot dan ekor yang kuat, melansir BBC Indonesia, paus semi-akuatik ini telah dibandingkan dengan berang-berang. Para peneliti percaya, penemuan ini dapat menjelaskan evolusi paus dan bagaimana penyebarannya. “Ini adalah spesimen paling lengkap yang pernah ditemukan untuk paus berkaki empat di luar India dan Pakistan,” kata Olivier Lambert, seorang ilmuwan di Institut Ilmu Pengetahuan Alam Belgia dan salah satu penulis penelitian tersebut.

Paus purba ini ditemukan di sedimen laut satu kilometer dari pesisir pasifik Peru di Playa Media Luna. Lokasi ini menarik minat para peneliti, karena paus pertama diperkirakan berevolusi pertama kali di Asia Selatan sekira 50 juta tahun yang lalu.

Ketika tubuh semakin beradaptasi dengan air, mereka bermigrasi lebih jauh ke Afrika Utara dan Amerika Utara, tempat fosil ini ditemukan. Penemuan terbaru menunjukkan, paus purba berhasil berenang ke dari Amerika Selatan.

“Paus adalah contoh ikon evolusi ini,” kata Travis Park, seorang peneliti paus purba di Natural History Museum di London. “Mereka beralih dari mamalia kecil berkuku ke paus biru yang kita miliki hari ini. Sangat menarik untuk melihat bagaimana mereka menaklukkan lautan.” ** Baca juga: Sempat Disangka Monster, di Brasil Ada Anak Sapi dengan 2 Kepala

Tim ahli paleontologi internasional dari Peru, Prancis, Italia, Belanda, dan Belgia menggali fosil pada 2011 lalu. Mereka menamainya Peregocetus pacificus, yang berarti ‘paus pengelana yang tiba d Pasifik’.(ilj/bbs)




Ditemukan Gigi Langka dari Hiu Raksasa Purba di Pantai Australia

Kabar6-Phillip Mullay, seorang penggila fosil, menemukan satu set gigi langka dari hiu raksasa zaman prasejarah yang dua kali lebih besar dari hiu putih, saat sedang berjalan di sepanjang area di Jan Juc, Great Ocean Road, 100 kilometer dari Melbourne.

“Saya sedang berjalan di sepanjang pantai untuk mencari fosil. Kemudian, saya melihat sesuatu yang bersinar di sebuah batu besar. Saya langsung bersemangat. Itu sangat sempurna dan merupakan penemuan penting yang perlu diberi tahu kepada banyak orang,” katanya.

Erich Fitzgerald, kurator senior paleontologi vertebrata di Museum Victoria, seperti dilansir businesstimes, mengonfirmasi bahwa gigi berukuran tujuh sentimeter tersebut berasal dari spesies predator yang telah punah, dikenal dengan nama hiu bergerigi besar (Charcharocles angustidens).

Spesies hiu yang berkelana di lautan Australia sekira 25 juta tahun lalu ini, memakan paus-paus dan penguin kecil. Ia dapat tumbuh hingga sembilan meter, hampir dua kali lipat dari hiu putih besar di masa sekarang.

“Gigi yang baru ditemukan itu memiliki signifikansi internasional karena mewakili satu dari tiga pengelompokkan gigi Charcharocles angustidens di dunia. Juga menjadi yang pertama kali ditemukan di Australia,” kata Fitzgerald.

Dijelaskan, hampir semua fosil hiu di seluruh dunia merupakan gigi tunggal. Sangat sulit menemukan banyak gigi dari satu hiu yang sama. Hal itu karena hiu, yang memiliki kemampuan untuk menumbuhkan kembali giginya, bisa kehilangan giginya setiap hari. Dan gigi-gigi yang copot tersebut tidak mudah menjadi fosil.

Menurut Fitzgerald, gigi yang ditemukan Mullay tersebut, berasal dari satu individu dan kemungkinan masih banyak yang terkubur di bawah batu. Ia kemudian memimpin sekelompok ahli paleontologi untuk menggali situs di dekat pantai Australia. Hasilnya, ada lebih dari 40 gigi yang ditemukan. Kebanyakan berasal dari hiu raksasa, namun ada juga milik hiu sixgill (Hexanchus) yang masih hidup hingga saat ini. ** Baca juga: Tantangan Langsing di Tiongkok, Taruh Ikan dalam Air di Cekungan Tulang Selangka Dekat Leher

Tim Ziegler, ahli paleontologi dari Museum Victoria menjelaskan, gigi sixgill berasal dari individu yang berbeda-beda. Diketahui bahwa gigi mereka copot karena memakan bangkai hiu bergerigi besar yang sudah mati. (ilj/bbs)




Di Prancis, Arkeolog Temukan Gigi Susu Anak-anak Usia Ratusan Tahun

kabar6.com

Kabar6-Ada penemuan luar biasa yang dilakukan relawan arkeolog dari Prancis dan Spanyol. Mereka menemukan gigi susu anak-anak yang berasal dari 560 ribu tahun lalu. Fosil tersebut ditemukan di Arago, gua prasejarah yang luas di Tautavel, sisi pegunungan Pyrenees di Prancis yang membatasi Spanyol.

Hasil laboratorium, seperti dilansir Dailymail, mengungkapkan bahwa gigi tersebut milik subspesies manusia, homo heidelbergensis, yang memiliki ciri gabungan manusia modern dan sang leluhur homo erectus.

“Itu kemungkinan berasal dari seorang anak berusia lima atau enam tahun yang masih memiliki gigi susu,” kata Tony Chevalier, ahli paleoantropologi dari University of Perpignan dan pusat penelitian di Tautavel.

Gigi tersebut berusia lebih tua dari kerangka ‘Pria Tautavel’ yang ditemukan dalam situs yang sama pada 1971. Disebutkan peneliti, temuan ini luar biasa karena sisa-sisa manusia dari periode tersebut sangat langka, meskipun beberapa gigi pernah ditemukan di gua Arago sebelumnya.

Menurut Chevalier, gigi susu yang pertama kali ditemukan ini akan memberikan kita informasi mengenai perilaku manusia pada masa itu. Para peneliti sendiri telah lama bergulat dengan pertanyaan mengenai kehidupan manusia purba di gua di Tautavel. ** Baca juga: Mendatang, Dubai Bangun Pertanian Vertikal Terbesar di Dunia

Namun belum diketahui apakah lokasi tersebut menjadi penampungan sementara saat mereka berhenti berburu atau rumah permanen. Gigi susu yang baru ditemukan ini diharapkan bisa memecahkan misteri tersebut.(ilj/bbs)




Penemuan Laba-laba Berekor di Myanmar Tunjukkan Hewan Ini Sudah Ada Selama 280 Juta Tahun

Kabar6-Sebuah fosil yang ditemukan di Myanmar menunjukkan bentuk makhluk mirip laba-laba yang aneh. Ya, fosil tersebut memiliki ekor yang panjang, dan terbungkus resin pohon yang diperkirakan berusia 100 juta tahun lalu, atau berasal dari pertengahan Zaman Kapur. Penemuan ini juga menunjukkan, keluarga arakhnida (laba-laba) sudah menjelajahi bumi setidaknya selama 280 juta tahun

Namun para ilmuwan, seperti dilansir Kompas, hingga kini masih belum sepakat menempatkan jenis laba-laba itu di bagian evolusi mana. Hal ini terutama karena ekor panjang yang dimilikinya tidak sesuai jika ditempatkan pada keluarga laba-laba. Fosil yang diberi nama Chimerarachne yingi ini sebetulnya memiliki banyak ciri yang mirip dengan laba-laba modern.

Misalnya seperti delapan kaki, dua pedipalpus (alat capit) pada jantan, taring, dan pemintal benang juga dimiliki oleh fosil ini. Meski punya banyak ciri mirip dengan laba-laba modern, fosil ini punya ekor panjang berukuran tiga milimeter. Inilah yang membedakannya dengan laba-laba modern.

Ekor ini, menurut para peneliti, digunakan untuk pengindraan. “Ekor tersebut cenderung berfungsi seperti anterna,” kata Paul Selden, ahli paleontologi dan arachnologist (ahli laba-laba) dari University of Kansas, AS.

Ditambahkan, “Ekor ini untuk merasakan lingkungan. Hewan yang punya ekor panjang cenderung memilikinya untuk tujuan indrawi.” Hewan ini juga diperkirakan tinggal di pohon atau sekitarnya.

Selden sendiri sebenarnya hanyalah salah satu dari dua tim internasional yang meneliti fosil tersebut. Dia bekerjasama dengan Bo Wang dari Chinese Academy of Science. Sedangkan tim lain yang juga mempelajari fosil ini dipimpin oleh Diying Huang.

Kedua tim ini memiliki kesimpulan berbeda terhadap Chimerarachne yingi. Tim Selden dan Wang menyimpulkan bahwa Chimerarachne yingi termasuk dalam keluarga laba-laba modern, Araneae. Kelompok ini masih bersaudara dengan Uraraneida, nenek moyang laba-laba yang telah mengembangkan pemintal tapi belum menghilangkan telson (segmen tubuh laba-laba).

Sedangkan tim Huang percaya bahwa fosil ini termasuk dalam kelompok Uraraneida. “Fosil baru ini, sangat terpelihara dengan baik, menunjukkan semua karakter atau ciri yang digambarkan merujuk pada Uraraneida dan kerabatnya, seperti perut tersegmentasi dengan ekor panjang. Sementara ciri yang diketahui merujuk Araneae hanya modifikasi palpus (mungkin berfungsi sebagai orang untuk mentransfer sperma) dan pemintal laba-laba yang khas dengan spigot,” tulis laporan tim Huang. ** Baca juga: Porsi Raksasa, Bakal Kenyang Maksimal Makan di Restoran Thailand Ini

Selain itu, tim Huang juga mencatat bahwa laba-laba hidup berdampingan dengan Uraraneida selama Zaman Kapur (yang diketahui dari fosil tersebut). Ini membuktikan bahwa Uraraneida tidak berevolusi menjadi Araneae atau laba-laba modern.(ilj/bbs)




Ditemukan Fosil Dinosaurus Raksasa Pertama di Barat Laut Argentina

kabar6.com

Kabar6-Para peneliti menemukan fosil terbaru dinosaurus di barat laut Argentina, yang memberikan bukti baru tentang keberadaan hewan raksasa tersebut. Peneliti yakin, itu adalah spesies baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

“Kami memberi nama Ingentia prima, yang berarti raksasa pertama dalam bahasa Latin,” kata dr. Cecilia Apaldetti dari Universidad Nacional de San Juan.

Menurut peneliti, seperti dilansir Telegraph, dinosaurus tersebut berasal dari periode Trias, sekira 30 juta tahun lalu. Hewan ini termasuk dalam kelompok sauropoda, berevolusi menjadi makhluk berkaki empat dan menjadi hewan terbesar yang pernah berjalan di daratan.

Ingentia prima memiliki leher dan ekor yang panjang, meskipun tidak seukuran Diplodocus. Kira-kira panjangnya sekira 10 meter. Ingentia prima memiliki kantung udara seperti burung yang mungkin diperlukan untuk menjaganya tetap dingin dan memasok oksigen dalam jumlah besar.

Lingkaran yang terlihat di tulangnya menunjukkan bahwa dinosaurus tersebut tumbuh sangat cepat. “Kita bisa mengamati dari tulangnya bahwa mereka memiliki periode pertumbuhan tinggi yang nyata,” jelas dr. Apaldetti. ** Baca juga: Telanjur Janji, Seorang Pria Tato Tubuhnya dengan 23 Nama Timnas Inggris di Piala Dunia 2018

Hasil penyelidikan bersama dengan timnya menunjukkan, Ingentia prima termasuk dinosaurus berukuran super. Namun, Dr. Apaldetti menyatakan, mungkin masih ada dinosaurus yang lebih besar dan aneh yang belum ditemukan.(ilj/bbs)




Ditemukan Bayi Bunglon Berusia 99 Juta Tahun dalam Batu Amber

Kabar6-Seekor bayi bunglon yang terindentifikasi hidup 99 juta tahun lalu ditemukan. Meskipun tidak lagi dalam kondisi hidup, karena sudah menjadi fosil yang terjebak di batu amber, penemuan makhluk berukuran 18 mm itu telah menorehkan sejarah. Menurut ilmuwan, bunglon yang hidup di Zaman Kapur itu adalah bunglon tertua di dunia, mengalahkan temuan sebelumnya yang berusia 78 juta tahun.

Sebelumnya, seperti dilansir gigazine, mereka belum pernah menemui kadal yang hidup di hutan tropis kuno. Fosil bunglon mungil itu terbilang utuh seperti cakar, gigi, hingga bantalan kakinya masih awet.

“Fosil semacam ini langka karena kulit dan tulang kadal kecil biasanya tidak awet, apalagi di daerah tropis. Itulah yang membuat fosil amber ini sangat langka dan perlu diversifikasi lebih lanjut,” kata Edward Stanley, salah seorang peneliti spesimen tersebut dari University of Florida. ** Baca juga: Ilmuwan Ciptakan Mobil Pintar yang Mampu Kurangi Angka Kecelakaan di Jalan

Demi mempelajari bunglon ini lebih lanjut, tim peneliti sudah memindai fosil tersebut ke model 3D tanpa mengeluarkan dari batu amber. Rekonstruksi bunglon itu sudah menguak secuil informasi baru, seperti lidahnya yang mirip dengan bunglon modern dan juga berguna untuk menangkap mangsa.(ilj/bbs)




Temuan Mengejutkan, DNA Bayi 11.500 Tahun Lalu Tunjukkan Penduduk Asli Amerika Tertua adalah Orang Asia

Kabar6-Para ilmuwan dari Universitas Cambridge menemukan dua fosil bayi, merupakan bukti kuat tentang migrasi pertama kali yang dilakukan orang Asia Timur ke Amerika Utara. Diklaim, temuan tersebut adalah penduduk asli tertua di Amerika.

“Ini mewakili keturunan tertua penduduk asli Amerika yang sejauh ini ditemukan. Ini adalah fakta bahwa kelompok dari fosil ini lebih tua dari semua penduduk asli Amerika lainnya dan yang menempati Amerika untuk pertama kalinya,” kata Profesor Eske Willerslev, salah satu peneliti sekaligus ahli genetika evolusioner dari Universitas Cambridge.

Fakta tersebut, seperti dilansir The Japan Times, ditemukan setelah para ilmuwan melakukan tes DNA. Disebutkan, kemungkinan Alaska sudah memiliki penduduk sejak 25 ribu tahun lalu. Ini berarti 10 ribu tahun lebih awal dari yang diperkirakan para arkeolog selama ini.

Temuan ini, dikatakan para ilmuwan, berasal dari populasi Beringian kuno. Sisa-sisa bayi yang disebut “Xach’itee’aanenh T’eede Gaay” yang artinya ‘anak perempuan matahari’ terbit memberi wawasan baru bagi profesor Willerslev dan koleganya tentang prasejarah Amerika.

Kedua bayi itu diprediksi hidup 11.500 tahun lalu di situs yang dikenal sebagai Upward Sun River (USR) di Alaska. “Informasi baru ini akan membantu kita menampilkan gambaran prasejarah asli orang Amerika yang lebih akurat. Ini lebih kompleks dari yang kita duga,” kata Dr Ben Potter, seorang antropolog dari University of Alaska Fairbanks yang terlibat dalam penelitian.

Tim peneliti juga mengurutkan genom dari salah satu fosil yang ditemukan di USR dan membandingkannya dengan penduduk asli Amerika. Perbandingan jumlah kemiripan dan perbedaan genetik pada manusia kuno dan kontemporer ini menuntun para ilmuwan untuk melihat pergerakan orang-orang kuno Asia ke Amerika Utara yang jauh lebih awal.

Analisis mereka menunjukkan Beringian kuno dan nenek moyang penduduk asli Amerika lainnya berasal dari satu populasi yang berpisah dari orang Asia Timut sekira 25 ribu tahun lalu.

Hasil tes DNA menunjukkan, fosil bayi perempuan itu tidak sesuai dengan profil genetik yang dimiliki orang-orang Amerika asli kuno dari utara. Hal ini menunjukkan populasi Beringian kuno terbelah dari penduduk asli Amerika sekira 20 ribu tahun lalu. Sebagian ada yang pindah ke selatan di sepanjang pantai Pasifik. ** Baca juga: Mandi Setahun Sekali, Wanita Ini Dicerai Sang Suami

Saat berpisah, penduduk asli Amerika terbagi menjadi dua kelompok genetik berbeda. Satu yang ada di utara, dan lainnya di selatan. “Temuan ini menciptakan peluang bagi penduduk asli Alaska untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang hubungan mereka dengan penduduk asli Amerika Utara dan orang Beringian kuno,” ujar Dr Potter.(ilj/bbs)