1

Bingungkan Para Ilmuwan, Sebuah Keluarga di Turki Berjalan dengan Merangkak

Kabar6-Para ilmuwan dibuat bingung setelah melihat beberapa anggota sebuah keluarga di Turki Tenggara berjalan dengan merangkak, menggunakan telapak tangan seperti ‘beruang merangkak’.

Hal ini disebut menantang pemahaman dunia tentang evolusi manusia. Melansir Khaleejtimes, sebuah keluarga bernama Ulas pertama kali diperkenalkan ke ranah publik melalui sebuah makalah ilmiah yang disusul dengan film dokumenter pada 2006 di BBC berjudul ‘Keluarga yang Berjalan dengan Empat Kaki’. Profesor Nicholas Humphrey, seorang psikolog evolusioner dari London School of Economics, menemukan bahwa dari 18 anak dalam keluarga ini, enam di antaranya dilahirkan dengan sifat yang belum pernah terlihat pada manusia dewasa modern. Sayangnya, satu dari enam orang tersebut telah meninggal.

“Saya tidak pernah menyangka bahwa bahkan di bawah fantasi ilmiah yang paling luar biasa sekalipun, manusia modern dapat kembali ke kondisi hewan,” kata Humphrey dalam ’60 Minutes Australia’. ** Baca juga: Pecahkan Rekor Baru di Mississippi, Sekelompok Pemburu Tangkap Aligator Seberat 364Kg

Para peneliti di Universitas Liverpool menemukan bahwa anak-anak yang menjadi pusat penelitian memiliki kerangka yang lebih mirip kera dibandingkan manusia dan memiliki otak kecil yang menyusut, suatu kondisi yang biasanya tidak memengaruhi kemampuan manusia lain untuk berjalan dengan kedua kakinya.

Namun, ketika kera menggunakan buku jarinya untuk bergerak, manusia menggunakan telapak tangannya, yang menunjukkan perbedaan yang signifikan. Humphrey juga mencatat bahwa karena anak-anak tidak didorong untuk berdiri setelah berusia sembilan bulan, perkembangan mereka mungkin terpengaruh.

Anak-anak tersebut diberikan fisioterapis serta peralatan yang digunakan untuk membantu mereka berjalan hanya dengan dua kaki, yang menghasilkan peningkatan mobilitas yang signifikan ketika Humphrey kembali ke Turki.(ilj/bbs)




Spesies Misterius, Tulang Paha Manusia Berusia 400 Ribu Tahun Mengandung ‘DNA Alien’

Kabar6-Tim ilmuwan menemukan DNA manusia tertua yang mengandung bukti adanya spesies misterius dari tulang paha berusia 400 ribu tahun, pada November 2013 lalu.

DNA dari nenek moyang manusia yang berusia ratusan ribu tahun ini, melansir Nytimes, memperlihatkan betapa rumitnya evolusi dari Neanderthal dan manusia modern. Tulang itu adalah tulang manusia, tetapi mengandung ‘DNA alien’. Temuan yang luar biasa ini membuat ilmuwan mempertanyakan kembali segala yang mereka tahu tentang evolusi manusia.

Materi genetik dari tulang berusia 400 ribu tahun itu memiliki kaitan dengan Neanderthal di Spanyol, tetapi ciri khasnya mirip dengan populasi manusia dari Siberia yang dikenal dengan nama manusia Denisovan.

Lebih dari 6.000 fosil manusia dari 28 sosok itu ditemukan di lokasi Sima de los Huesos, ruang di dalam sebuah gua yang berada 30 meter di bawah permukaan di Spanyol. Fosil itu cukup awet karena berada di bagian dalam gua yang suhunya konstan dingin dan kelembapannya tinggi.

Peneliti yang menganalisis temuan itu mengatakan fosil tersebut memperlihatkan ‘mata rantai tidak lazim’ dari dua spesies yang sudah punah. Penemuan ini bisa mengungkap misteri tidak hanya bagi manusia purba yang pernah hidup di gua Sima de los Huesos, tapi juga populasi misterius di masa Pleistosen.

Analisis sebelumnya dari tulang itu membuat peneliti berasumsi manusia Sima de los Huesos cukup dekat hubungannya dengan Neanderthal dari struktur tengkoraknya. Namun DNA mitokondrianya jauh lebih mirip dengan Denisovan, populasi manusia purba yang diduga terpisah dari Neanderthal sekira 640 ribu tahun lalu.

Ilmuwan kemudian menemukan sekira satu persen dari genom Denisovan berasal dari kerabat lain yang juga misterius. Ilmuwan menyebut kerabat misterius itu ‘manusia super kuno’. ** Baca juga: Cuti Sejak 1990, Seorang PNS India Akhirnya Dipecat

Diperkirakan manusia modern saat ini masih memiliki 15 persen gen dari ‘manusia super kuno’ itu. Karena itu, penelitian memperlihatkan manusia Sima de los Huesos sangat dekat dengan Neanderthal, Denisovan, dan populasi manusia purba yang tidak dikenal.

Salah satu kemungkinannya adalah Homo erectus, nenek moyang manusia yang hidup di Afrika sekira satu juta tahun lalu. Masalahnya, ilmuwan tidak pernah menemukan DNA Homo erectus.

Di sisi lain, sejumlah kalangan memiliki dugaan yang bikin penasaran. Mereka menyebut 97 persen dari gen yang tidak terpetakan itu adalah tanda dari bentuk kehidupan di luar Bumi.

Menurut mereka, di masa lalu DNA manusia direkayasa oleh semacam ras makhluk luar bumi yang cerdas dan nenek moyang dari manusia Sima de los Huesos boleh jadi adalah bukti dari evolusi itu.

Hubungan dengan makhluk luar Bumi atau alien atau spesies manusia tak dikenal itu kian memperumit sejarah evolusi manusia modern. Misteri itu menjadi bagian dari diri kita sebagai manusia selama jutaan tahun.(ilj/bbs)




Peneliti Temukan Tengkorak Kera Mirip Nenek Moyang Manusia Berumur 3,8 Juta Tahun di Ethiopia

Kabar6-Tengkorak kera mirip nenek moyang manusia berumur 3,8 juta tahun ditemukan oleh peneliti bernama Prof. Yohannes Haile-Selassie. Tengkorak ini ditemukan di tempat bernama Miro Dora, yang berada di Distrik Mille, Afar, Ethiopia.

Penemuan baru yang dilaporkan dalam jurnal Nature, melansir Smithsonianmag, berpeluang mengubah gagasan bagaimana manusia pertama berevolusi dari nenek moyang yang mirip kera. Ide bahwa manusia pertama antara lain berevolusi dari kera yang diberi nama Lucy, mungkin harus dipertimbangkan ulang.

“Saya bilang ke diri saya sendiri, ‘Ya Tuhan, benarkah yang saya lihat ini?’ Tiba-tiba saya melompat kegirangan ketika tahu inilah yang saya impikan selama ini,” kata Prof. Haile-Selassie.

Dijelaskan, spesimen ini merupakan contoh terbaik dari makhluk mirip kera yang dianggap jadi nenek moyang manusia bernama Australopithecus anamensis. Ia merupakan australopithecine tertua yang pernah hidup sekira 4,2 juta tahun lalu.

Diperkirakan A. anamensis merupakan nenek moyang langsung dari spesies yang diberi nama Australopithecus afarensis. Sedangkan A. afarensis diperhitungkan menjadi nenek moyang langsung kelompok (genus) manusia, yang dikenal dengan sebutan Homo, termasuk di dalamnya manusia yang hidup saat ini.

Penemuan pertama kerangka afarensis pada 1974 menimbulkan sensasi. Ia diberi nama julukan Lucy oleh para ilmuwan, berasal dari lagu The Beatles, Lucy in the Sky With Diamonds, yang diputar di situs penggalian.

Lucy disebut sebagai ‘kera pertama yang berjalan'” dan berhasil menarik perhatian publik. Namun Profesor Fred Spoor dari Natural History Museum, London, mengatakan bahwa anamensis ‘tampaknya akan menjadi ikon dari evolusi manusia’.

Alasannya karena anamensis dan afarensis ternyata pernah hidup berdampingan. Anggapan bahwa anamensis berevolusi secara langsung menjadi afarensis seperti yang diduga sebelumnya, bisa jadi keliru. Kesadaran ini muncul dari interpretasi ulang terhadap fosil potongan tengkorak berusia 3,9 juta tahun.

Potongan ini dianggap anamensis, tapi ternyata, setelah dibandingkan dengan fosil baru ini, potongan itu adalah milik afarensis. Jelas bahwa kedua spesies ini pernah hidup berdampingan selama sekira 100 ribu tahun.

Kemungkinannya, sekelompok kecil anamensis terisolasi dari populasi utama dan kemudian berevolusi menjadi afarensis ketika beradaptasi dengan kondisi setempat.

Kedua spesies berdampingan sebelum sisa-sisa anamensis punah. Penemuan ini penting karena menunjukkan tumpang tindih spesies mirip kera bisa terjadi, membuka kemungkinan berbagai rute evolusi menuju spesies manusia pertama.

Penemuan ini tidak membantah bahwa Lucy menghasilkan genus Homo. Namun ini membuka perdebatan tentang adanya kemungkinan spesies lain yang bisa jadi asal usul manusia.

“Selama ini afarensis dianggap penjelasan terbaik nenek moyang manusia, tapi kini tidak begitu lagi. Kita bisa melihat berbagai spesies yang ada di masa itu dan meneliti, yang mana yang paling mungkin berevolusi jadi manusia pertama,” jelas Prof. Haile-Selassie

Istilah ‘tautan yang hilang’ (missing link) dalam jurnalisme dan wacana populer untuk menggambarkan fosil yang dianggap ‘separuh kera separuh manusia’ sangat tak disukai para ilmuwan.

Ini terutama ada banyak tautan dalam sejarah evolusi manusia, dan kebanyakan memang belum ditemukan. Anamensis merupakan tautan terbaru dalam rangkaian penemuan terakhir, yang memperlihatkan tak ada satu garis tunggal evolusi menuju manusia modern. ** Baca juga: Jadi yang Terbanyak di Dunia, Wanita Ini Koleksi Ribuan Cangkir Kopi

Diketahui, Prof. Haile-Selassie merupakan salah satu dari sedikit ilmuwan Afrika yang meneliti tentang evolusi manusia.(ilj/bbs)