1

Inspektorat Tangsel Sebut Lurah Saidun Langgar Etika dan Disiplin

Kabar6.com

Kabar6-Inspektur Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Uus Kusnadi mengungkapkan, pihaknya telah periksa berkas kasus yang menjerat Lurah Pondok Benda Baru, Kecamatan Pamulang Saidun. Proses tetap berjalan meski pihak kepolisian menghentikan kasus dilakukan Saidun di SMA Negeri 3 Tangsel.

“Soal sanksi tim nanti yang akan putuskan bukan inspektorat. Inspektorat hanya memeriksa, memberi rekomendasi. Nanti tim yang diketuai oleh sekda,” ungkap Uus, Kamis (3/9/2020).

Ia menyebutkan, dari alat bukti yang ada Lurah Saidun telah terbukti melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Aparatur Sipil Negara. Bentuk pelanggaran berupa pelanggaran etika dan disiplin tidak sampai non job.

“Kalau sanksi mengacu pada itu, nanti itu urusan tim. Kalau non job, pelanggaran berat jenisnya. Itu pelanggaran sedang,” kata Uus.

**Baca juga: Begini Modus Pelaku Pencurian Sepeda Brompton di Tangsel.

Kasus itu bermula dari sikap Lurah Saidun yang mengamuk pada Jum’at, 7 Juli 2020 lalu. Ia kecewa karena warga titipan saat Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) tidak lolos ke SMAN 3 Tangsel.

Kaki kiri Saidun menyepak kaleng biskuit dan tumpukan gelas air mineral di atas meja ruangan kerja Aan Sri Analiah. Aksi tersebut terekam kamera pengintai atau CCTV yang dijadikan alat bukti oleh polisi.(yud)




Tidak Sekadar ‘Ngobrol’, Ada 5 Etika yang Sebaiknya Diperhatikan dalam Grup Chat

Kabar6-Zaman sekarang, jarak dan waktu bukan lagi menjadi halangan untuk berkomunikasi. Tidak hanya dengan saudara atau rekan kerja, Anda pun bisa mengetahui kabar terkini dari sahabat yang tinggal jauh di negara lain.

Ya, dengan adanya grup chat, Anda bisa bertukar kabar atau informasi tentang hal apa saja.  Biasanya tiap orang memiliki lebih dari satu grup chat, entah itu grup kantor, keluarga besar, alumni SMA, teman kuliah, dan lain sebagainya.

Meskipun hanya ‘berjumpa’ secara online, tetap diperlukan etika berkomunikasi agar Anda tetap terlihat profesional. Melansir Pesona, ada lima hal yang sebaiknya diperhatikan saat berkomunikasi lewat chat grup, agar tidak jadi masalah. Apa sajakah itu?

1. Hindari membahas urusan pribadi
Grup chat kantor mungkin ‘dihuni’ orang-orang dari berbagai divisi, atau bahkan atasan Anda. Biasanya grup chat kantor dibuat untuk mempermudah komunikasi berkaitan dengan pekerjaan, sehingga tak etis rasanya berbagi urusan pribadi di grup kantor.

Ingat, tak semua orang perlu tahu dan ingin tahu masalah Anda. Jika ingin curhat dengan salah satu teman, langsung gunakan japri saja.

2. Bicara seperlunya
Kalau ada teman Anda berbicara panjang-lebar di grup chat kantor atau jualan di grup chat sekolah, jangan lakukan hal yang sama. Usahakan bicara seperlunya. Jika ada hal yang tidak berkaitan langsung dengan Anda, tak perlu panjang lebar menimpali.

Selain merusak suasana, rekan lain yang tidak berkepentingan juga bisa merasa terganggu notifikasi. Kecuali, jika yang Anda katakan memiliki nilai informasi penting berkaitan dengan topik pembahasan.

3. Aturan bercanda
Boleh sesekali bercanda, tapi pastikan lelucon yang Anda lontarkan dimengerti oleh sebagian besar grup chat. Ketahui juga batasannya, sikap respek tetap harus Anda jaga. Jangan sampai sok bercanda, tapi malah membuat banyak anggota grup chat tersinggung.

4. Dilarang bergosip
Usahakan untuk tidak bergosip di grup chat kantor. Apalagi membicarakan rekan lain yang masih satu lingkungan kerja. Anda tentu tidak mengetahui kalau saja ada mata-mata si oknum yang digosipkan di dalam grup. Gosip plus salah paham bisa jadi bumerang buat Anda sendiri.

5. Jaga ucapan
Think before you write. Jangan sampai apa yang ditulis dalam grup chat berdampak panjang karena tanpa Anda sadari telah menyinggung orang lain. Hindari hal-hal yang bersifat SARA, ejekan, cemooh, dan lainnya. ** Baca juga: Tetap Sehat Menghadapi Musim Pancaroba

Hindari juga mengirim atau membagikan gambar/video/tulisan yang tidak perlu, apalagi berbau pornografi. Yuk, lebih bijaksana lagi berkomunikasi dalam grup chat.(ilj/bbs)




Kalimat pada Tato di Tubuh Pria Ini Bikin Dokter Ragu Selamatkan Nyawanya

Kabar6-Para dokter yang merawat seorang pria di sebuah rumah sakit di Florida, menjadi ragu mengambil tindakan medis, setelah membaca tato yang tertulis pada dada pria berusia 70 tahun itu.

Pasien yang tidak disebutkan identitasnya tadi menderita masalah kesehatan serius dan tingkat alkohol tinggi dalam darahnya. Di dadanya terdapat tato yang bertuliskan ‘do not resuscitate’ atau jangan diresusitasi, yang artinya tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang berorientasi pada otak.

Kasus tato penolakan tindakan medis tersebut, seperti dilansir Sciencealert, tidak hanya memunculkan perdebatan para dokter di rumah sakit, tapi juga menjadi perdebatan dalam dunia medis dalam hal etika kedokteran. Kasus tersebut kemudian diangkat dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine.

Studi tersebut mengeksplorasi teka-teki etika dari staf medis saat dihadapkan dengan seorang pasien yang menuliskan penolakan pengobatan yang berpotensi menyelamatkan nyawa lewat tato di kulitnya. Menurut penelitian yang ditulis oleh tim profesional medis dari University of Miami, para dokter yang merawat pria tersebut awalnya mengabaikan tato tadi, karena tidak ada cara untuk benar-benar yakin kalau itulah yang diinginkan pria tersebut.

“Awalnya kami memutuskan untuk tidak menghormati tato tersebut, dengan meminta prinsip untuk tidak memilih jalan yang ireversibel saat menghadapi ketidakpastian,” tulis studi tersebut.

Para dokter memilih untuk merawat pasien dengan antibiotik dan tindakan penyelamatan lainnya. Namun, mereka memanggil konsultan etika rumah sakit yang ternyata memiliki pendapat berbeda.

Hukum tentang tidak menyadarkan pesanan terkadang rumit dan bervariasi dari satu negara bagian ke negara lain. Menurut sebuah artikel di Journal of General Internal Medicine, dokter secara moral dan hukum berkewajiban untuk menghormati preferensi pasien agar tidak menjalani perawatan yang menopang kehidupan. ** Baca juga: Edan, Gu Simpan Seribu Telur Curian dalam Kulkas

Akhirnya, perintah untuk tidak resusitasi dikeluarkan, dan orang itu meninggal. Penulis penelitian tersebut mengatakan bahwa mereka lega menemukan permintaan DNR tertulisnya, namun kebingungan awal mengenai tato tersebut membawa sebuah isu aneh yang telah diperdebatkan di komunitas medis beberapa kali.(ilj/bbs)