1

Kesulitan Ekonomi, Korban Pencabulan Ayah Tiri di Ciputat Ingin Kerja

Kabar6.com

Kabar6-Ketua Lembaga Advokasi dan Bantuan Hukum Kebangkitan Jawara dan Pengacara (LBH Bang Japar) Kota Tangerang Selatan Ferry Irawan mengetahui kejadian H (16) dicabuli oleh ayah tirinya berawal dari temennya Roby yang curiga.

“Awalnya si korban meminta Roby sebagai temen saya dan juga kerabat korban untuk meminta kerja. Roby menanyakan ke korban umur berapa pengen ngelamar kerja? Korban menjawab umur 16 tahun,” ujarnya kepada Kabar6.com di Mako Polres Kota Tangerang Selatan, Lengkong Gudang Timur, Serpong, Kota Tangerang Selatan. Kamis (10/10/2019).

Ferry menuturkan, saat korban menyatakan umurnya masih 16 tahun Roby kaget kok umur segitu ingin ngelamar kerja.

“Kemudian Roby nanya lagi, kok mau kerja umur segitu? korban menjawab dia udah punya anak. Terus temen saya Roby semakin kaget dong,” jelasnya.**Baca juga: Prihatin, LBH ini Siap Bela Korban Pencabulan Ayah Tiri di Ciputat.

Ferry melanjutkan, temen saya nanya lagi kok bisa? Korban sangat tertutup saat itu dan bilang kejebolan.

“Sampai ditanya-tanya dan ditanya akhirnya nenek korban NH (65) lah yang pertama kali bercerita bahwa korban sudah punya anak akibat di perkosa oleh bapak tirinya atas nama S,” tutupnya.(eka)




136 Koperasi di Tangsel Hidup Segan Mati Tak Mau

Kabar6.com

Kabar6-Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Dahlia Nadaek menyebutkan ada ratusan organisasi ekonomi dalam kondisi tidak sehat.

Tercatat hingga kini terdapat 536 koperasi yang tersebar di tujuh wilayah kecamatan.

“Ada 136 koperasi yang hidup segan mati tak mau,” ungkapnya di Balaikota Tangsel, Jalan Raya Maruga Nomor 1, Serua, Kecamatan Pamulang, Senin (26/8/2019).

Sedangkan kegiatan ekonomi ke-400 koperasi lainnya dalam kondisi sehat. Dahlia mengakui pemerintah daerah masih memberikan kesempatan kepada seluruh koperasi yang kondisinya sakit.

Koperasi sebanyak 136 itu bakal diberikan pembinaan sampai batas waktu yang ditentukan. “Kalau sampai tidak bisa dibina ya kita tutup. Seperti tahun lalu,” tegasnya.

**Baca juga: Jelang Pelantikan Anggota DPRD, Polres Pandeglang Lakukan Sterilisasi.

Terpisah di lokasi yang sama, Ketua Dewan Koperasi Indonesia Daerah (Dekopinda) Kota Tangsel, Dudung E Diredja mengutarakan, ke-136 koperasi sakit bukan merupakan anggota dari lembaga yang dipimpinnya.

“Kalau anggota Dekopinda semua dalam kondisi sehat,” utaranya.(yud)




Tingkatkan Ekonomi Masyarakat, IKPP Tangerang Lakukan Budidaya Lele di Serut

Kabar6.com

Kabar6-PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (IKPP) Tangerang berdayakan masyarakat Serpong Utara (Serut) melalui budidaya lele.

Head of Sustainabilty PT IKPP Tangerang Kholisul Fatikhin mengatakan, program corporate social responsibility (CSR) budidaya ikan lele ini dilakukan di tiga kelurahan, yakni Kelurahan Pakujaya, Pakualam serta Pakulonan.

“Kegiatan ini merupakan program pemberdayaan masyarakat yang bekerjasama dengan Pokdakan 03 Pakujaya,” jelasnya kepada wartawan, Senin (18/3/2019).

Kegiatan budidaya lele itu, lanjut Fatikhin, IKPP Tangerang memberikan bantuan bibit lele sangkuriang, waring serta bamboo ke pokdaran.

Lebih jauh Fatikhin menjelaskan, CSR pengembangan budidaya lele di Kelurahan Pakulonan sudah dimulai sejak 2016 dan telah membina lima kelompok. Empat kelompok pembesaran dan satu kelompok lain pembibitan.

**Baca juga: H Agus Pramono Ajak Masyarakat Tangsel Perangi Hoaks.

Di Kelurahan Pakualam, IKPP Tangerang telah membina satu kelompok sejak April 2015 yang menghasilkan panen 500 kilogram per tiga bulan.

“Alhamdulillah sekarang sudah panen. Saya berharap panen ini bisa membantu masyarakat dalam meningkatkan perekonomian masyarakat,” terangnya. (fit)




Getar: Bangkitkan Ekonomi Tangsel Tanpa Riba Butuh Peran Pemerintah

Kabar6.com

Kabar6-Wujudkan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) bebas riba, kumpulan pengusaha, pelaku UKM, koperasi, yayasan serta komunitas dan perbankan deklarasikan Gerakan Tangsel Tanpa Riba (Getar).

Ketua Getar, Aris Hardy Halim menjelaskan, deklarasi tersebut didasari keprihatinan terhadap kondisi ekonomi di Tangsel yang masih sebagian berurusan dengan utang piutang.

Visi Getar adalah untuk mewujudkan ekonomi di Tangsel bersih dari riba dan tanpa hutang. Diyakini Aris jika ini terjadi, ekonomi di Tangsel dan masyarakat lebih sejahtera.

“Kami juga membuka pendaftaran bagi para pengusaha yang menginginkan bebas riba dan pejuang anti riba Tangsel,” jelas Aris di Serpong Utara, Kamis (31/1/2019).

Dan untuk mewujudkan Tangsel bebas riba ini, dibutuhkan keterlibatan dan sinergitas dengan pemerintah setempat yaitu Pemkot Tangsel.

“Namun sayangnya pemerintah Tangsel belum merespon untuk gerakan anti riba ini. Padahal riba itu sendiri menjadi persoalan yang butuh solusi di Tangsel ini,” tuturnya.

Aris berharap Pemkot Tangsel mendukung terwujudnya Tangsel tanpa riba. Karena, tanpa dukungan pemerintah, Getar tak mungkin mewujudkan Tangsel sebagai kota bebas riba.

**Baca juga: Tingkatkan Wawasan Kecantikan, Ratusan Emak-emak di Pakulonan Ikuti Beauty Class.

“Pengusaha dan masyarakat dapat maju tanpa riba. Dan, mari bersama-sama berjuang untuk pemerintah bebas riba,” paparnya. (fit)




Imbas Perbup 47 Tahun 2018, Geliat Ekonomi di Jalur Legok-Parung Lumpuh

Kabar6.com

Kabar6-Imbas dari pemberlakuan Peraturan Bupati Nomor 47 Tahun 2018, geliat ekonomi di jalur Legok- Parung Panjang lumpuh.

Sudah puluhan pedagang disepanjang Jalan Legok-Parung menutup usahanya karena tidak pemasukan yang didapat. Dari penjual nasi goreng, penjual gorengan hingga warung kopi di jalur Legok-Parung gulung tikar.

Sainul, warga Malangnengah Pagedangan yang menggelar usaha gorengannya di Kampung Cirarab Legok, sudah hampir genap sebulan dirinya harus menutup usaha gorengannya.

“Pembeli yang paling banyak itu dari kalangan sopir truk, jadi saat pemberlakuan Perbup 47 itu dimulai, semenjak itu jugalah usaha saya mulai menurun dan akhirnya tutup,” ketus Sainul kepada Kabar6.com, Senin (28/1/2019).

Biasanya, usaha semata wayang yang dikelolanya itu dapat meraup keuntungan hingga 200 ribu per hari. Namun semenjak pemberlakuan perbup, jualan hingga pukul 04.00 WIB dinihari-pun gorengannya tak habis, apalagi untung.

“Boro-boro mendapatkan keuntungan bang, nombokin iya. Ketimbang ga jelas, makanya saya tutup usaha gorengan itu,” ungkap Sainul.

Pengusaha tambal ban asal Legok mengeluhkan hal serupa. Sebagai tambal ban dengan pelanggan mayoritas dari kalangan truk, Sueb sang pengelola pusing tujuh keliling. Sejak pemberlakuan Perbup 47, usaha yang digawanginya ‘hidup segan mati tak mau’.

“Waduuh, ga usah bicara untung bro, untuk penglaris aja belum nemu nih udah sore begini,” celoteh Sueb dengan wajah kesal.

Sueb berencana untuk menutup usahanya kalau tidak ada perubahan. “Ketimbang capek ati. Harusnya pemerintah ngajak kita dong sebelum pembentukan perbup. Kalau sudah seperti ini mau gimana lagi. Kan yang sengsara rakyat-rakyat kayak ane begini,” beber Sueb.

Njum, pedagang nasi di jalur Legok-Parung. Semenjak diberlakukannya Perbup 47 Tahun 2018, usaha yang dirintisnya sejak lama itu mengalami penurunan pendapatan drastis.

“Biasanya para sopir selalu makan di warung ini, sejak diberlakukannya Perbup 47, warung saya sepi banget. Tolong dengarkan suara hati kami pak bupati,” cetusnya.

Kampe, pengelola Tagio Variasi di kawasan Legok harus merumahkan tiga karyawannya sejak setengah bulan silam, karena tak sanggup lagi untuk membayarkan upahnya.

Tadinya Tagio Variasi dipenuhi beragam aksesoris truk, saat ini tak menyisakan apapun, hanya beberapa gulungan kaca film yang terlihat berdebu.

Kata Kampe, sejak diberlakukannya Perbup 47, usaha yang dirintisnya itu tak bisa lagi menghitung berapa pemasukan yang didapat.

“Terkadang dua hari saya tidak ada pemasukan. Sementara anak istri di rumahkan butuh makan juga. Penantian dua hari lalu, baru ini saya dapat penglaris,” terang Kampe.

**Baca juga: Ulama Kampung Poncol Lestari: H Agus Pramono Sosok Agamis dan Santun.

Kampe berharap agar Pemerintah Kabupaten Tangerang mengajak warga Legok dan Pagedangan untuk duduk bersama dan mendengarkan keluh kesah mereka dan segera mencarikan solusinya agar mereka tetap dapat berusaha sebagaimana mestinya.

“Tolong dengarkan suara hati kami pak bupati. Jangan biarkan usaha yang sudah kami rintis sekian lama harus hancur percuma. Tolong pak bupati, tolong kami,” papar Kampe memelas. (jic)




Finlandia Berniat Hilangkan Semua Mata Pelajaran dari Kurikulum Sekolah

Kabar6-Diakui, Finlandia menjadi salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, dan selalu berada dalam posisi 10 besar. Kini, negara yang terletak di Eropa Utara, serta anggota dari Uni Eropa tersebut sedang berupaya untuk melakukan perombakan besar-besaran dalam sistem edukasi mereka.

Ya, Finlandia berniat menghilangkan semua mata pelajaran dari kurikulum sekolah mereka. Dikutip Intisari, perombakan itu dijelaskan Marjo Kyllonen, Menteri Departemen Pendidikan Finlandia, berarti tidak akan ada lagi mata pelajaran fisika, matematika, bahasa, sejarah, atau geografi.

Sejak 1900-an, sekolah di sana mengajar dengan cara yang tradisional. Kini, kebutuhan sudah berubah, dan siswa akan diajari untuk melihat satu fenomena dengan pendekatan interdisipliner.

Misalnya saja Perang Dunia II (PD 2) akan dilihat dari perspektif sejarah, geografi, dan matematika. Lalu, siswa juga bisa mengambil kursus ‘Bekerja di Café’ untuk menyerap semua ilmu tentang bahasa, ekonomi, dan komunikasi.

Namun konsep ini tidak akan diterapkan untuk semua jenjang usia, karena baru mulai diterapkan ketika siswa sudah berusia 16 tahun. Ide dari konsep ini adalah membiarkan siswa memilih topik atau fenomena tertentu yang ingin dipelajari. ** Baca juga: Hanya Demi Sebotol Anggur, Pria Ini ‘Terobos’ Toko Gunakan Kendaraan Lapis Baja

Benar-benar sistem pendidikan yang sudah maju.(ilj/bbs)




TPID Kota Tangsel Sukses Turunkan IHK 2017

Kabar6-Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan (Tangsel) berhasil mengendalikan gejolak harga sejumlah bahan pangan pokok yang beredar di pasaran. Indikator sukses itu didasari telah menurunnya angka Indeks Harga Konsumen (IHK) 2017.

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Tangsel bersama para pihak pemangku kepentingan atau stakeholder secara intens dan masif terus melakukan koordinasi. Alhasil, melalui progam kerjasama lintas sektoral ini sangat efektif dalam upaya menjaga serta memonitoring disparitas harga yang cenderung bergerak fluktuatif.

“Memasuki Agustus kemarin harga-harga kebutuhan pokok dan jasa di Kota Tangerang Selatan secara umum mengalami penurunan,” ungkap Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah, Wijaya Kusuma, Rabu (22/11/2017).**Baca Juga: Wah, Ada Pameran Foto Sejarah Tangsel di Pamulang.

Ia memaparkan, penurunan dapat dilihat dari berubahnya angka IHK pada periode Juli 2017 yang jumlahnya mencapai 136,09. Memasuki satu bulan berikutnya di tahun yang sama terjadi perubahan indeks -0,06 persen.

Wijaya menyebutkan deflasi terjadi karena dua dari tujuh kelompok pengeluaran mengalami penurunan indeks secara beruntun. Yakni, pada kelompok bahan pangan turun sebesar -1,12 persen, serta kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mencapai -0,64 persen.

Sedangkan lima kelompok pengeluaran lainnya yang mengalami kenaikan yaitu, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,45 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebanyak 0,14 persen.

Berikutnya kelompok sandang 0,18 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,05 persen, serya kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga meningkat 0,50 persen. “Laju angka inflasi tahun kalender berjalan (2017,) tercatat sebesar 2,36 persen. Sedangkan inflasi YoY (Year of Year) tercatat sebesat 3,94 persen,” papar Wijaya.

Ia menambahkan, per triwulan tahun anggaran berjalan TPID Kota Tangerang Selatan mengagendakan rapat koordinasi. Walikota Airin Rachmi Diany pun bahkan tak pernah absen untuk untuk ikut hadir dan memimpin kegiatan rapat koordinasi. Menurutnya, belum lama ini kegiatan tersebut dilaksanakan di salahsatu hotel di kawasan Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang.

“Tujuan strategis dari kegiatan rakor TPID adalah untuk saling bertukar data dan informasi sekaligus menyamakan persepsi antara pihak terkait. Ya tentu saja yang dibahas seputar perkembangan ekonomi terkini di tingkat regional,” tambah Wijaya.

Di lokasi yang sama, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang Selatan, Achmad Widyanto, menyebutkan bahwa dari hasil pencacahan pada periode 2017 ada sebanyak 180 komoditi yang didata. Hasil tabulasi tercatat sebanyak 104 komoditi mengalami kenaikan harga, dan 66 lainnya menurun.

Sedangkan jeniz komoditi yang lainnya tidak berubah. “Beberapa komoditi yang mengalami kenaikan cukup tinggi antara lain rokok kretek, taman kanak-kanak, rokok kretek filter, dan telur ayam ras,” ujarnya merinci.

Sementara komoditi yang mengalami penurunan cukup tinggi, Windyanto bilang, jenis bawang merah dan putih, kelapa serta cabai rawit. Adapun pada periode Agustus 2017 juga ada beberapa kelompok-kelompok komoditi yang memberikan andil terjadinya deflasi di Kota Tangerang Selatan.

Mencakup pada kelompok bahan makanan -0,2426 persen, kelompok makanan jadi dan minuman, rokok serta tembakau sebanyak 0,0911 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,0321 persen.

Kemudian pada kelompok sandang menyumbang deflasi sebesar 0,0078 persen, kesehatan 0,0030 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebanyak 0,0436 persen.

“Dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,0045 persen,” tambahnya.(az/hms)