36 Ribu Kepala Keluarga di Tangsel Terima Bantuan dari Kemensos

Kabar6.com

Kabar6-Kementerian Sosial (Kemensos) memberikan bantuan berupa Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) kepada 36 ribu kepala keluarga di Tangerang Selatan.

Walikota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany mengatakan dengan bantuan 36 ribu KK dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) sudah terpenuhi.

“Dan bahkan tadi pak menteri sudah menyampaikan segera usulkan lagi untuk bantuan yang lainnya,” ujarnya kepada wartawan di Kelurahan Sawah Lama, Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Selasa (21/4/2020). **Baca juga: Alasan Airin Evaluasi Kinerja Gugus Tugas RT RW di Tangsel.

Menurut Airin, untuk saat ini ada sekitar 30 ribu KK yang baru masuk dan nantinya ada kemungkinan sebagian diusulkan ke Kemensos.(eka)




Ramadhan 2020, Tak Ada Sholat Tarawih di Masjid Al Azhom Kota Tangerang

Kabar6.com

Kabar6-Masjid Raya Al Azhom Kota Tangerang tidak akan menggelar sholat tarawih atau aktivitas yang menimbulkan keramaian selama bulan suci Ramadhan tahun ini.

Ketua Harian Masjid Raya Al Azhom KH. Chaerudin mengatakan ditiadakannya kegiatan yang bersifat keramaiab karena saat ini Kota Tangerang tengah melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19.

“Sebelum diberlakukan PSBB di Kota Tangerang, sejak Maret sudah tidak menyelenggarakan sholat jumat, semua pengajian rutin dihentikan,” ujar saat dihubungi oleh Kabar6.com, Selasa (21/4/2020).

“Termasuk sholat terawih, sampai situasi sudah kondusif.” tambahnya

Chaerudin mengatakan, pembatasan aktivitas tersebut sesuai fatwa MUI dan Peraturan Walikota nomor 17 tahun 2020 perihal Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Tangerang.

Tidak ada kegiatan yang menimbulkan kerumunan banyak orang dalam bulan suci di masjid milik pemerintah kota Tangerang itu seperti pengajian maupun acara buka puasa bersama. “Ga ada, mudah-mudahan tidak berlangsung lama,” katanya.

**Baca juga: Anggaran Covid-19 di Kota Tangerang 241 M, Dilaporkan ke Kemendagri 349,8 M.

Chaerudin mengimbau masyarakat Kota Tangerang agar dapat mentaati ajakan pemerintah. Mengingat situasi dan kondisi saat ini penyebaran virus Covid-19 ini ditengah masyarakat begitu masif.

Baik untuk selalu menggunakan masker, menjaga jarak dan selalu berprilaku hidup bersih dan sehat. “Serta sabar menghadapi ujian ini, banyak-banyak berdoa,” tandasnya. (Oke)




Nominal Bantuan Covid-19 Banten Naik, Tapi Kuota Turun

Kabar6.com

Kabar6-Pemerintah akhirnya menaikan nilai bantuan kepada masyarakat terdampak covid-19 dari APBD Provinsi Banten dari sebelumnya Rp 500 ribu per Kepala Keluarga (KK), naik menjadi Rp 600 ribu per KK.

Meski begitu, kenaikan tersebut berbanding terbalik dengan kuota penerimanya, dari sebelumnya direncanakan untuk dialokasikan kepada 670 ribu KK, turun menjadi 421.177 KK.

Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Banten, Rina Dewiyanti membenarkan hal tersebut. Sisi lain nominal bantuan yang diberikan kepada masyarakat dari APBD Banten mengalami kenaikan. Namun, pada sisi lainnya lagi, kuota penerimanya mengalami penurunan.”Iya betul,” terang Rina, kepada Kabar6.com, Selasa (21/4/2020).

Sebelumnya, Pemprov Banten berencana akan memberikan bantuan kepada 670 ribu KK di Banten yang terdampak covid-19. Dimana, masing-masing KK mendapatkan Rp 500 ribu, dan saat ini mengalamikenaikan menjadi Rp 600 ribu kepada 421.177 KK penerimanya.

Sementara itu, Gubernur Banten Wahidin Halim (WH) mengatakan sebanyak 421.177 KK. Penerima bantuan tersebut berasal dari data Non Data Terpadu Kesejahteraan sosial (DTKS), namun termasuk dalam kelompok masyarakat rentan terdampak resiko sosial COVID 19.

Adapun salah satu kategori kelompok masyarakat rentan terdampak resiko sosial Covid-19 adalah seorang kepala rumah tangga yang diliburkan oleh perusahaan atau cuti diluar tanggungan perusahaan, sehingga kepala keluarga tersebut beserta keluarganya terancam tidak memiliki mata pencarian.

Bantuan sendiri, lanjut WH, berupa uang tunai yang disalurkan melalui 4 (empat) lembaga perbankan yang telah bekerjasama dengan Pemprov Banten yakni  Bank  BJB untuk wilayah Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, BJB Syariah untuk Kota Tangerang Selatan, BRI untuk Wilayah Pandeglang dan Lebak serta Bank Banten untuk wilayah Serang dan Cilegon. Proses penyaluran bantuan mulai dilakukan secara bertahap dimulai hari ini, Selasa (21/4/2020)  untuk wilayah Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.

“Setiap penerima manfaat akan memperoleh bantuan sebesar Rp600.000 per kepala keluarga, yang rencananya akan diberikan selama tiga bulan yaitu April, Mei dan Juni,” kata Gubernur WH.

**Baca juga: Nilai Bansos Dampak Corona di Banten Rp 500 Ribu dan Rp 600 Ribu.

Gubernur WH mengungkapkan, penyerahan bantuan yang dilakukan di Kota Tangerang merupakan penyaluran perdana se-Provinsi Banten. Kota Tangerang akan mendapatkan alokasi jaringan pengamanan sosial sebanyak 86.783 kepala keluarga (KK) dan Kota Tangerang Selatan sebanyak 22.258 KK. Sementara untuk Kabupaten Tangerang sebanyak 149.133 KK, Kabupaten Serang sebanyak 56.100 KK, Kota Serang sebanyak 30.200 KK, Kota Cilegon sebanyak 20.375 KK, Kabupaten Pandeglang sebanyak 44.673 KK dan Kabupaten Lebak sebanyak 11.655 KK.

“Data Calon Penerima Bantuan Jaring Pengaman Sosial merupakan data yang telah ditetapkan dan diusulkan oleh Bupati/Walikota pada masing-masing wilayah. Data yang kami terima merupakan data yang telah di verifikasi dan validasi oleh Kabupaten/Kota.

Legitimasi Data di dukung oleh surat keterangan dari Desa/Kelurahan,”jelasnya.(Den)




Masak di Rumah Selama Pandemi COVID-19 Punya Sejumlah Manfaat Bagi Kesehatan Mental

Kabar6-Salah satu kegiatan yang mulai sering dilakukan orang selama pandemi COVID-19 adalah memasak. Ternyata, memasak tidak hanya sekadar bermanfaat mengisi waktu saja, lho.

Seorang ahli menjelaskan, memasak juga bermanfaat bagi kesehatan mental. Tentu hal ini berdampak baik di tengah Pandemi COVID-19.

“Memasak di rumah baik untuk kesehatan mental, karena memasak adalah tindakan kesabaran, fokus, jalan keluar untuk ekspresi kreatif, sarana komunikasi, membantu meningkatkan harga diri seseorang. Karena si juru masak dapat merasa senang melakukan sesuatu yang positif untuk keluarga, diri mereka sendiri atau orang yang dicintai,” jelas Ohana, pendiri Culinary Art Therapy di West Bloomfield, Michigan.

Lantas, apa saja manfaat yang dimaksud? Melansir Okezone, berikut sejumlah manfaat memasak bagi kesehatan mental:

1. Rasa pencapaian
Saat Anda memasak untuk diri sendiri atau orang lain, Anda menetapkan tujuan yang dapat dicapai untuk diri sendiri. Hal ini cocok dengan jenis terapi yang dikenal sebagai aktivasi perilaku.

Menurut Society of Clinical Psychology, aktivasi perilaku dapat digunakan untuk mengobati depresi dan kecemasan dengan menghasilkan sesuatu. Dalam konteks memasak, makanan buatan rumah adalah hasil positif.

2. Melatih kreativitas
Menjadi kreatif di dapur dapat berdampak positif pada kesehatan mental. Sebuah studi pada 2016 yang diterbitkan dalam Journal of Positive Psychology menemukan, orang yang menghabiskan waktu untuk kreatif, termasuk memasak, tampak menjalani kehidupan yang lebih bahagia.

Memasak memberi Anda kesempatan untuk bereksperimen di dapur dan menemukan bagaimana masing-masing bahan berperan dalam hidangan.

3. Kesabaran
Seorang psikiater bernama Judith Orloff mengatakan, kesabaran bukan berarti kepasifan atau pengunduran diri, tetapi kekuatan. Ini adalah praktik menunggu dan mengetahui kapan harus bertindak.

Memasak di rumah membutuhkan kesabaran di berbagai langkah. Anda membutuhkan waktu untuk mencacah bawang putih, bawang merah, dan jahe untuk rasa optimal sebelum menikmati hidangan.

4. Terhubung dengan orang lain
Memasak untuk orang lain bisa menjadi pengalaman yang sangat bermanfaat, membantu membangun harga diri Anda. Tetapi, meminta orang lain untuk mengambil peran aktif di dapur dapat menciptakan rasa kebersamaan dan juga meningkatkan komunikasi. Jika memasak bersama keluarga, Anda akan menikmati senangnya berbagi peran di dapur.

5. Tingkatkan perasaan positif ke makanan
Belajar memasak di rumah dapat berdampak positif pada perasaan Anda dengan makanan. Menurut Dr Susan Moore, juru bicara American Dietetic Association, anak-anak yang orangtuanya mengajak mereka memasak bersama berpikir positif tentang makanan sehat.

6. Terorganisir
Setelah terbiasa memasak di rumah, Anda akan mulai terbiasa melakukan sesuatu dengan terencana. Anda akan mulai terbiasa menulis bahan-bahan sebelum membuat sebuah masakan.

Membuat rincian sebelum memasak dapat membantu Anda mengelola anggaran belanja dengan lebih baik, makan lebih sehat dan tetap teratur.

7. Lebih sehat
Menurut sebuah studi dari jurnal Public Health Nutrition, orang memasak di rumah cenderung makan lebih sehat daripada mereka yang keluar makan setiap minggu. ** Baca juga: Apa Perbedaan Karantina dan Isolasi Mandiri?

Studi yang meneliti lebih dari 9.000 peserta berusia 20 tahun ke atas tersebut menemukan, mereka yang memasak di rumah rata-rata mengonsumsi lebih sedikit kalori dan makanan cepat saji di luar.

Sementara menurut Harvard T.H. Chan School of Public Health, 95 persen dari serotonin (neurotransmitter yang mengatur tidur dan nafsu makan, serta mengatur mood) Anda diproduksi di saluran pencernaan.

Makan yang lebih sehat juga dapat meningkatkan kesehatan mental Anda.(ilj/bbs)




Apa Perbedaan Karantina dan Isolasi Mandiri?

Kabar6-Saat ini Anda sering mendengar istilah isolasi mandiri atau karantina. Namun, tidak banyak orang yang mengetahui perbedaan di antara keduanya dan menganggap isolasi mandiri dan karantina merupakan hal yang sama.

Lantas, apa perbedaannya? Melansir Medcom, isolasi baik itu yang dilakukan di rumah sakit atau di rumah adalah tindakan kesehatan masyarakat untuk memperlambat penyebaran COVID-19 dengan menjaga orang sakit jauh dari orang yang sehat.

“Isolasi dilakukan untuk memisahkan orang sakit yang memiliki penyakit menular dari mereka yang tidak memiliki penyakit apa pun,” jelas Krutika Kuppalli, MD, seorang dokter penyakit menular dan wakil ketua Global Health Committee at the Infectious Diseases Society of America (IDSA).

Menurut laporan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), seringkali pasien diisolasi di ruangan khusus rumah sakit, tetapi karena penyebaran COVID-19 yang sangat luas dan kurangnya sumber daya medis berarti akan ada banyak orang diminta untuk melakukan isolasi sendiri di rumah.

Sedangkan menurut Dr Kuppalli, karantina dilakukan untuk memisahkan dan membatasi pergerakan orang-orang yang sehat yang mungkin bisa terpapar penyakit-penyakit menular. “Mereka akan dipantau untuk mengetahui apakah mereka sakit atau tidak.”

Karantina juga biasanya diberlakukan pada seluruh komunitas. Untuk individu, biasanya karantina dilakukan selama satu kali masa inkubasi. Pada kasus covid-19 ini baisanya sekitar 14 hari.

Isolasi biasanya dilakukan untuk seseorang yang sakit, sedangkan karantina merpakan cara terbaik untuk secara cepat mendeteksi seseorang yang melakukan kontak dengan pasien terinfeksi yang kemudian terlacak.

Menurut National Library of Medicine, berdasarkan lokasi dan situasi, karantina bisa menjadi pasif atau lebih aktif untuk melakukan pemantauan gejala. ** Baca juga: Bagaimana Puasa Saat Pandemi COVID-19?

“Karantina dan isolasi adalah dua dari beberapa jenis strategi mitigasi masyarakat yang diterapkan dalam kesehatan masyarakat ketika kita berhadapan dengan penyakit menular yang tidak ada tindakan pencegahan khusus seperti vaksin atau obat antivirus,” kata Suzet McKinney, DrPH, CEO Illinois Medical District.

Dan menurut CDC, pemerintah secara hukum dapat memaksakan tindakan isolasi dan karantina untuk mencegah penyebaran penyakit antara negara dan negara.(ilj/bbs)




Bagaimana Puasa Saat Pandemi COVID-19?

Kabar6-Puasa Ramadan tinggal beberapa hari lagi. Banyak kaum muslim, mungkin juga termasuk Anda, yang bertanya-tanya, “Apakah puasa dapat meningkatkan risiko terkena COVID-19 karena dehidrasi?”

Hal ini karena orang disarankan untuk menjaga asupan cairan agar selaput lendir tetap lembap. Seorang ahli penyakit menular di Vanderbilt University bernama William Schaffner, melansir tempo.co, mengatakan bahwa sementara para profesional medis biasanya merekomendasikan menjaga asupan cairan ketika sakit, minum lebih banyak air tidak akan menjaga seseorang dari tertular virus.

“Kami selalu memperingatkan siapa pun yang sehat dan orang yang sakit untuk menjaga asupan cairan dan menjaga selaput lendir tetap lembap. Itu membuat seseorang merasa lebih baik, tetapi tidak ada indikasi yang jelas bahwa itu secara langsung melindungi terhadap komplikasi,” ungkap Dr. Schaffner.

Studi ilmiah terbaru menunjukkan, puasa adalah rahasia hidup yang lebih sehat dan lebih lama. Menurut National Institute on Aging yang berbasis di Inggris, bukti dari beberapa dekade penelitian hewan dan manusia menunjukkan manfaat kesehatan yang luas dari puasa.

Lembaga ini melakukan tinjauan penelitian, yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, menunjukkan ratusan penelitian pada hewan dan sejumlah uji klinis pada manusia bahwa puasa dapat meningkatkan kondisi kesehatan seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, kanker dan gangguan neurologis.

Namun, review mengatakan masih banyak penelitian yang diperlukan untuk menentukan apakah puasa menghasilkan manfaat atau bahkan layak untuk manusia ketika dipraktikkan dalam jangka panjang, seperti selama bertahun-tahun.

Dalam Horizon Documentary berjudul ‘Eat, Fast and Live Longer’, Michael Mosley menetapkan bagi dirinya tujuan yang benar-benar ambisius. Dia ingin hidup lebih lama, tetap muda dan menurunkan berat badan, serta menemukan ilmu baru yang kuat di balik gagasan tentang puasa.

Mosley menguji ilmu puasa pada dirinya sendiri dengan hasil yang mengubah hidup, dia mengeksplorasi rahasia kesehatan yang baik dan umur panjang. Tidak berhenti di situ, dia melanjutkan untuk menemukan apa yang disebut puasa intermiten.

Hal yang menarik adalah, ia menemukan efek puasa pada penuaan otak. Meskipun percobaan dilakukan pada tikus, hasil penelitian menunjukkan bahwa manusia memiliki peluang bagus untuk mengurangi penyakit otak dengan berpuasa. ** Baca juga: Sarapan yang Tepat untuk Jaga Daya Tahan Tubuh

Selamat berpuasa.(ilj/bbs)




6 Turis di India Terpaksa Tinggal dalam Gua Karena Kehabisan Uang Saat Lockdown

Kabar6-Penetapan lockdown di India membuat banyak orang ‘terjebak’, tidak bisa pulang ke rumah sendiri dan harus tinggal di stasiun kereta. Hal itu juga yang dialami enam orang turis asing.

Bagaimana kisahnya? Semula keenam turis tadi, melansir moneycontrol, tinggal di sebuah hotel wilayah Muni Ki Reti. Namun, terlalu lama tinggal di hotel membuat mereka kehabisan uang dan harus meninggalkan hotel tersebut. Karena tidak tahu harus ke mana, mereka pun memutuskan untuk bersembunyi di sebuah gua di daerah Rishikesh sejak 24 Maret lalu.

Diketahui, keenam turis ini berasal dari Prancis, Amerika Serikat, Ukraina, Turki, dan Nepal. Mereka tidak meninggalkan gua demi mencegah penyebaran virus, dan hanya satu orang yang setiap hari berbelanja makanan keluar, yaitu turis asal Nepal. Demi menghemat uang, mereka membeli makanan dengan cara patungan.

“Mereka telah menghemat uang untuk membeli makanan dan persediaan lainnya,” kata Inspektur Polisi Rajendra Singh Kathait.

Hingga suatu hari, setelah berhari-hari telantar di gua, keenam turis tadi akhirnya ditemukan oleh polisi setempat yang sedang berpatroli. Meskipun tidak ada yang menunjukkan gejala terinfeksi COVID-19, mereka tetap dibawa ke Swarg Ashram untuk dikarantina selama 14 hari.

Selain keenam turis ini, dikabarkan ada 700 pelancong lain yang masih terjebak di India. Untuk menangani hal itu, Pemerintah India meluncurkan situs ‘Stranded in India’ agar para pelancong itu bisa pulang ke negaranya. ** Baca juga: Sosial Distancing Ala Warga Islandia yang Unik

Dengan adanya situs tersebut, kini beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Inggris telah mencarter penerbangan untuk membawa para pelancong ini pulang. (ilj/bbs)




Sosial Distancing Ala Warga Islandia yang Unik

Kabar6-Salah satu cara yang dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 adalah dengan social distancing atau pembatasan sosial. Nah, warga di Islandia memiliki cara unik untuk melampiaskan rasa rindu dan demi menjaga jarak dengan orang lain selama pandemi COVID-19.

Dinas Kehutanan Islandia, melansir MSN, mendorong orang-orang untuk memeluk pohon. Menurut Direktur Icelandic Forest Service (IFS), Throstru Eysteinsson, hal tersebut dilakukan tak hanya untuk mengurangi rasa bosan, tapi juga sebagai pengingat untuk selalu mencintai alam.

“Kamu melihat ini sebagai kontribusi untuk krisis yang sedang terjadi. Tidak banyak yang kita lakukan terhadap hutan kita selain, ‘Hei, mari datang ke hutan’,” kata Eysteinsson.

Para ranger dan polisi hutan di Hutan Nasional Hallormsstaour di Islandia Timur pun membersihkan jalur yang tertutup salju untuk memastikan bahwa penduduk setempat dapat menikmati alam bebas. Termasuk tanpa melakukan kontak dengan orang lain, tetapi tetap dekat dengan ‘teman-teman alam mereka’.

Ditambahkan Eysteinsson, ada banyak manfaat saat berada di alam, bahkan saat memeluk pohon. Berjalan-jalan di hutan juga sangat baik untuk kesehatan dan mental ketika melalui hal yang sulit.

“Sesimpel saat kamu berada di dalam lingkungan yang berbeda dibandingkan di kantor ataupun di rumah. Entah bagaimana saat berada di hutan kamu akan merasa segar. Hal tersebut juga menyegarkan pikiran,” kata Eysteinsson.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh seorang ranger di hutan tersebut, Por Porfinnsson. “Ketika memeluk sebatang pohon, kamu akan merasakannya pertama kali di ibu jari kaki kemudian ke kaki, dada, dan ke kepala. Perasaan relaksasi yang luar biasa dan kemudian kamu siap untuk menjalani hari dan tantangan baru.”

Diketahui pada masa pandemi seperti sekarang, kontak dekat apalagi berpelukan sangat tidak dianjurkan, karena risiko terpapar COVID-19. Sebagai gantinya, pohon bisa menjadi alternatif lain.

Meskipun begitu, Porfinnsson mendesak agar pengunjung ke hutan nasional untuk melakukan tindakan pencegahan dengan tidak memeluk pohon yang sama. ** Baca juga: Terobos Medan yang Sulit, di India Ada Ambulans Sepeda Motor untuk COVID-19

“Lima menit benar-benar baik, jika kamu dapat meluangkan waktu selama lima menit sehari untuk memeluk sebatang pohon, itu pasti sudah cukup,” ujar Porfinnsson.(ilj/bbs)




Baru Lahir, Bayi Berstatus PDP Covid-19 di Tangsel Meninggal

Kabar6.com

Kabar6-PK,21 tahun, seorang wanita yang berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Corona melahirkan dan menjalani perawatan di RSU Tangsel. Sayangnya, bayi laki-laki yang baru saja dilahirkan perempuan itu meninggal dunia.

Ketika dikonfirmasi manajemen RSU Tangsel menolak memberikan penjelasan secara langsung. Kepala Bidang Pelayanan Medis RSU Tangsel, Enji Sepraliana meminta agar mengirimkan surat resmi wawancara untuk mendapatkan penjelasan itu. “Jadi harus bersurat dulu secara resmi untuk mendapat penjelasan,” ujarnya Senin (20/4/2020).

Meninggalnya bayi itu berdasarkan data Surat Keterangan Kematian (SKK) Nomor A.02.01/SKK RSU Tangsel/IV/2020 dijelaskan, bahwa bayi tersebut meninggal dengan keterangan “Lahir Mati” dan berstatus PDP Covid-19.

**Baca juga: PSBB Tangerang Raya, Gubernur Wahidin Pastikan KRL Tetap Beroperasi.

Jenazah bayi malang itu akhirnya dimakamkan di TPU Jombang, pada Minggu 19 April 2020 pagi. Proses pemakamannya disebutkan mengikuti protokol keselamatan Covid-19 lengkap pakai alat pelindung diri.

Berdasarkan data yang dihimpun tim Gugus Tugas Covid-19 Kota Tangsel per Senin, 20 April 2020 pukul 15.00 jumlah warga PDP meninggal bertambah tiga jiwa dari sehari sebelumnya. Kini PDP meninggal totalnya 41 orang.(yud)




PSBB Tangerang Raya, Gubernur Wahidin Pastikan KRL Tetap Beroperasi

Kabar6.com

Kabar6-Gubernur Banten Wahidin Halim atau WH memastikan KRL tetap beroperasi selama penerapan pembatasan sosial berskala besar di Tangerang Raya. “KRL atau commuter line di stasiun Tangerang Raya tetap beroperasi, tetapi ada pembatasan jam operasional,” ujarnya saat melakukan peninjauan langsung beberapa titik check point di ruas jalan di Kota Tangerang dan Tangerang Selatan serta beberapa stasiun KRL, Senin (20/04/2020).

Selain pembatasan jam operasional, kata Wahidin, dilakukan pembatasan jumlah penumpang, menerapkan protokol kesehatan yang ketat? petugas dengan ketat mengawasi pelaksanaan physical distancing seperti pengecekan suhu tubuh dan jaga jarak aman penumpang.

Peninjauan tersebut dalam rangka memantau serta memastikan pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di wilayah Tangerang Raya berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkan. “Jam 5 pagi tadi saya melakukan tinjauan ke Stasiun Kereta Api Serpong Tangerang Selatan serta melakukan check point dibeberapa ruas jalan di Kota Tangerang dan Tangerang Selatan,”ujar Gubernur WH.

Gubernur WH ingin memastikan bahwa petugas di stasiun melakukan penjagaan ketat untuk penerapan social distancing sesuai protokol kesehatan yang berlaku.

**Baca juga: Penindakan PSBB, Puluhan Pengendara di Serpong Diminta Putar Balik.

Diketahui bahwa sejak diberlakukannya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejumlah stasiun di Tangerang Raya melakukan pembatasan diantaranya keberangkatan.

Awalnya kereta dari Stasiun Tangerang sebelumnya pukul 04.30 WIB, berubah menjadi pukul 05.50 WIB. Sementara keberangkatan terakhir kereta dari Stasiun Tangerang yang sebelumnya pukul 22.15 WIB, kini menjadi pukul 17.49 WIB. (*/Oke)