Warga Melintasi RW 08 Kirana Solear Wajib Pakai Masker

Kabar6.com

Kabar6 – Prihatin terhadap kurangnya kesadaran masyarakat dalam mencegah penyebaran virus Covid-19, RT/RW 08 Perumahan Taman Kirana Surya, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, menerapkan aturan wajib pakai masker bagi warga yang melintas, Minggu (26/4/2020)

Ketua RW 08 Wahyu Diono mengatakan, Kepatuhan dan kesadaran masyarakat menjadi kunci utama agar terbebas dari penyebaran wabah Corona virus Disease (Covid-19).

” Salah satunya, ketidakpatuhan serta masih rendahnya warga untuk pakai masker sebagai Alat Pelindung Diri (APD), menjaga jarak atau social/physical distancing, yang akan mengancam jiwa masyarakat itu sendiri,” ungkap Wahyu.

Wahyu menjelaskan, imbauan wajib memakai masker bagi warga  yang melintas di wilayah RW 08 sebagai langkah pencegahan terhadap penyebaran Covid-19, sekaligus mendukung program  pemerintah dalam menerapkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang telah diberlakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang.

” Sebagai langkah pencegahan terhadap penyebaran Covid-19, warga yang melintas di sini wajib pakai masker, kalau tidak ya putar balik cari jalan lain,  selain itu juga untuk membantu pemerintah dalam penerapan PSBB yang saat ini sudah diberlakukan,” ungkap Ketua RW 08 Wahyu di pos pemantau.

Lebih lanjut Wahyu menuturkan, selain wajib pakai masker bagi warga yang melintas, dirinya bersama RT, tokoh masyarakat dan karang taruna juga memasang portal sebagai upaya meminimalisir angka kriminal yang terjadi di wilayah RW 08 Kirana Surya.

**Baca juga: Griya Anabatic Tampung Dua Pasien Positif Covid-19.

” Saya harap warga mendukung program ini sebagai upaya pencegahan Covid-19, selain itu, ada beberapa jalan akses kita portal dengan tujuan untuk menekan angka kriminal di wilayah RW 08, ya kalau bukan kita yang peduli terhadap lingkungan, lalu siapa lagi,” pungkas Wahyu

Pantauan di lokasi, masih banyak warga dijalan umum, pasar malam, bahkan di tempat ibadah yang belum sadar akan pentingnya masker sebagai Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya virus Covid-19 yang mematikan. (Vee)




Griya Anabatic Tampung Dua Pasien Positif Covid-19

Kabar6.com

Kabar6-Rumah Singgah Covid-19 di Griya Anabatic, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang telah merawat 11 pasien. Rinciannya yakni 2 pasien terkonfirmasi positif dan 9 orang dengan pengawasan (ODP).

Penanggung Jawab Rumah Singgah Griya Anabatic, Muchlis mengatakan, bahwa rumah singgah covid-19 di Griya Anabatic sudah merawat 11 pasien.

Jumlah pasien tersebut diprediksi akan bertambah lantaran adanya beberapa warga Kabupaten Tangerang menunjukan hasil rapid test reaktif.

“Sampai saat ini, Griya Anabatic merawat 11 pasien, 2 terkonfirmasi positif covid-19, 9 reaktif hasil rapid tes dan menunggu hasil lab selanjutnya,” kata Muchlis kepada wartawan, Minggu (26/4/2020).

Muchlis menjelaskan, Griya Anabatic ini bisa menampung sebanyak 100 pasien dengan fasilitas TV, Wifi dan perlengkapan lainnya. Namun saat ada pasien masuk, pihak keluarga tidak bisa dijenguk. Meskipun tidak bisa dijenguk, keluarga pasien tidak usah khawatir karena segala sesuatu kebutuhan pasien disiapkan petugas medis di Griya Anabatic.

“Pasien yang masuk ke rumah singgah Griya Anabatic tidak dipungut biaya sepeserpun,” jelasnya.

**Baca juga: Satu dari Tujuh Mobil Tak Bertuan di Bandara Soetta Diduga Hasil Kejahatan.

Muchlis berharap dengan didirikannya Rumah Singgah di Griya Anabatic bisa memutus mata rantai penyebaran covid-19.

“Saya juga berharap, virus corona bisa benar-benar hilang di Kabupaten Tangerang, sehingga kehidupan kembali normal,” jelasnya. (Vee)




Kapan Physical Distancing COVID-19 Berakhir?

Kabar6-Pandemi COVID-19 telah mengubah cara berinteraksi masyarakat dunia. Berada di rumah dan menjaga jarak fisik saat berada di ruang publik sudah merupakan suatu keharusan.

Kondisi seperti ini membuat banyak orang bertanya-tanya, kapan physical distancing akan berakhir? Melansir idntimes, berikut lima hal yang bisa menjawab kapan physical distancing akan berakhir:

1. Pemahaman utuh karakteristik virus SARS-CoV-2
Para ilmuwan dunia terus melakukan pelbagai observasi dan eksperimen terhadap virus SARS-CoV-2. Langkah itu dilakukan untuk semakin mengenali dan mendalami karakteristik virus penyebab COVID-19 itu.

Berbagai aspek yang diteliti antara lain, proses mutasi virus, pengaruh cuaca terhadap daya tahan virus, dan potensi virus menyerang kembali pasien yang sudah sembuh.

Pemahaman yang tepat akan karakteristik virus SARS-CoV-2 juga membawa dampak positif bagi pengembangan obat dan vaksin COVID-19. Dengan begitu, semakin ilmuwan tahu secara menyeluruh karakteristik virus SARS-CoV-2, semakin dekat interaksi sosial antar anggota masyarakat kembali seperti sediakala.

2. Pemahaman yang baik mengenai daya tahan sistem imunitas tubuh manusia terhadap virus SARS-CoV-2
Para pakar dan ilmuwan masih terus mempelajari antibodi yang terbentuk di tubuh pasien yang pernah terinfeksi COVID-19. Antibodi pada tubuh pasien sembuh flu berat dan penyakit SARS serta MERS juga menjadi obyek penelitian.

Sistem imunitas mereka yang sembuh dari flu berat bisa bertahan selama setahun. Adapun imunitas pada pasien sembuh SARS dan MERS bisa berlangsung 2-3 tahun.

Pemahaman akan sistem imunitas tubuh terhadap virus SARS-CoV-2 kemudian juga bisa memudahkan pakar dalam melacak sebaran virus dan mengidentifikasi penderitanya.

Menurut ahli paru-paru dari Cleveland Clinic bernama Joseph Khabbaza, dengan kemudahan pelacakan dan semakin banyaknya orang yang imun terhadap virus corona, maka semakin terbuka lebar pembukaan kembali interaksi sosial seperti sebelum masa pandemi COVID-19.

3. Penambahan kasus yang melandai dan penyebaran virus yang berkurang
Sebagai negara yang berhasil menekan laju penambahan kasus COVID-19, Tiongkok sudah mencabut status karantina wilayah atau lockdown pada pekan kedua April. Dengan begitu, aktivitas sosial dan ekonomi di Tiongkok kini mulai berjalan.

Beberapa negara dengan penambahan kasus yang semakin menurun juga mempertimbangkan untuk mencabut status darurat atau mulai melonggarkan kebijakan jaga jarak bagi warganya.

Meskipun belum sepenuhnya berakhir, setidaknya pemerintah dapat menurunkan tensi ketat kebijakan jaga jarak, misalnya jaga jarak masih berlaku hanya kepada mereka yang terkategori rentan.

4. Penemuan vaksin dan obat COVID-19
Para pakar kesehatan di seluruh dunia terus berupaya menemukan obat untuk penyakit COVID-19. Sejumlah studi dan uji klinis penggunaan obat yang sudah ada juga dilakukan.

Selain obat, penemuan vaksin juga terus diupayakan oleh para ilmuwan. Namun, temuan mengenai mutasi virus SARS-CoV-2 berdampak pada tes yang semakin banyak serta pembaruan yang terus menerus. Adapun jangka waktu ideal penemuan vaksin berlangsung 12-18 bulan.

5. Tidak akan berakhir, malah mengubah cara berinteraksi antarmanusia
Sejumlah pakar menganggap physical distancing akan menjadi kebiasaan baru manusia dalam berinteraksi. Pakar penyakit menular asal Amerika Serikat bernama Anthony Fauci, bahkan berpikir tidak akan ada lagi keharusan untuk berjabat tangan usai pandemi COVID-19.

Adapun pakar dari Mayo Clinic, Gregory Poland, menganggap jabat tangan adalah kebiasaan kuno yang tidak diperlukan bagi mereka yang paham teori tentang kuman.

Apabila jumlah kasus COVID-19 menurun dan interaksi sosial serta ekonomi mulai berjalan, kebiasaan jaga jarak akan tetap diterapkan seperti yang kini terjadi di Tiongkok dan Korea Selatan. ** Baca juga: Tetap Kuat Jalankan Ibadah Puasa Saat Cuaca Panas Terik

Kedua negara itu tetap mewajibkan jarak antarkursi hingga dua meter di restoran dan menghindari kontak langsung dengan kelompok lanjut usia.(ilj/bbs)




Sejarah Mencatat, Bagaimana 5 Pandemi Terburuk di Dunia Berakhir

Kabar6-Tidak sedikit populasi manusia yang hidup berdampingan dengan hewan, terkadang dengan sanitasi dan sumber daya alam yang terbatas. Hal ini mengakibatkan infeksi penyakit yang kerap menular, menyebar, kemudian mengancam populasi dalam jumlah besar.

Tahukah Anda, jauh sebelum COVID-19, beberapa pandemi buruk yang merenggut banyak nyawa telah terjadi di dunia? Lantas, bagaimana pandemi itu berakhir? Melansir Kompas, berikut catatan sejarahnya:

1. Plague of Justinian
Tiga pandemi paling mematikan di dunia diakibatkan oleh bakteri yang sama, yaitu Yersinia pestis. Plague of Justinian adalah wabah yang menginvasi Konstantinopel, Ibu Kota Kerajaan Byzantine yang kini menjadi Kota Istanbul di Turki. Sejarah mencatat, wabah tersebut tersebar pada 541 Masehi.

Yersinia pestis dibawa dari Mesir melalui Laut Mediterrania. Bakteri tersebut menempel pada tikus hitam yang berkeliaran di kapal. Wabah ini mematikan Konstantinopel dan menyebar seperti kobaran api ke Eropa, Asia, Afrika Utara, dan Semenanjung Arab.

Diperkirakan 30-50 juta orang meninggal, sekira setengah populasi dunia waktu itu. “Pada saat itu yang dilakukan hanya menghindari yang sakit. Besar keyakinan pada waktu itu pandemi berakhir karena orang yang terinfeksi dan masih hidup menghasilkan imunitas,” ungkap Thomas Mockaitis, profesor sejarah di DePaul University.

2. Black Death
800 Tahun usai Plague of Justinian, wabah yang sama melanda Eropa. Pandemi ini terjadi pada 1347, dan disinyalir menewaskan 200 juta nyawa hanya dalam waktu empat tahun.

Mockaitis mengatakan, hingga saat ini belum ada yang mengetahui penyebab berhentinya wabah mematikan ini, namun pasti ada hubungannya dengan karantina.

Pada saat itu, pemerintah kota pelabuhan Ragusa di Italia melakukan karantina terhadap para pelayar untuk membuktikan bahwa mereka tidak membawa penyakit.

Awalnya, para pelayar ditahan di kapal mereka selama 30 hari. Hukum Venesia menamai kondisi ini sebagai trentino. Kemudian, masa isolasi bertambah menjadi 40 hari yang dikenal sebagai quarantine, asal mula kata quarantine dan karantina.

3. The Great Plague of London
Usai Black Death, wabah tersebut kembali setiap 20 tahun mulai dari 1348-1665. Terdapat 40 kali wabah selama 300 tahun. Hingga akhirnya pada awal tahun 1500-an, pemerintah Inggris mengumumkan peraturan untuk memisahkan dan mengisolasi orang sakit. Rumah orang yang terkena wabah diberikan penanda di bagian depannya.

The Great Plague terjadi pada 1665, menewaskan sekira 100 ribu warga London hanya dalam waktu tujuh bulan. Semua ruang public ditutup dan orang yang terinfeksi wajib mengisolasi dalam rumah untuk mencegah penyebaran penyakit. Mereka yang tewas dimakamkan secara massal. Begitulah pandemi ini berakhir.

4. Cacar air
Selama berabad-abad, cacar air merupakan penyakit endemik di Eropa, Asia, dan negara-negara Arab. Penyakit ini menewaskan tiga dari 10 orang yang terinfeksi, sisanya mengalami bekas luka yang cukup parah. Sekelompok orang yang membawa penyakit ini dari masa lampau ke dunia modern adalah para penjelajah Eropa.

Populasi yang kini menempati wilayah Meksiko dan AS memiliki nol imunitas terhadap cacar air. Dengan munculnya para penjelajah Eropa, angka kematian di dua wilayah tersebut mencapai puluhan juta orang.

Beberapa abad kemudian, cacar merupakan virus epidemi pertama yang memiliki vaksin. Butuh waktu setidaknya dua abad kemudian, yaitu 1980-an, World Health Organization mengumumkan cacar air akhirnya kandas dari muka Bumi.

5. Kolera
Pada awal abad ke-19, penyakit kolera menguasai Inggris, menewaskan puluhan ribu orang. Adalah John Snow, dokter yang menyadari bahwa penyakit tersebut berasal dari air minum. Snow kemudian meyakinkan pemerintah setempat untuk mengganti handle di sumber air Broad Street, kemudian infeksi kolera pun berkurang seketika.

Hal yang dilakukan Snow menjadi acuan banyak pihak untuk memperbaiki sanitasi, dan menjaga kebersihan air minum dari kontaminasi bakteri.

Saat ini, kolera telah tereliminasi dari negara-negara maju. Namun di negara-negara dunia ketiga, kolera masih menjadi momok karena terbatasnya akses air bersih. ** Baca juga: Ini Alasan Sebaiknya Buka Puasa dengan Minuman Hangat

Bagaimana dengan pandmei COVID-19? Semoga segera berlalu dan ditemukan vaksin serta obatnya.(ilj/bbs)




Ramadan di Tengah Pandemi Covid-19, Begini Imbauan MUI Lebak

Kabar6.com

Kabar6-Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Lebak mengimbau kepada masyarakat untuk mengisi bulan suci Ramadan dengan penuh kekhusyukan.

Di tengah pandemi Covid-19, MUI meminta masyarakat meningkatkan ketenangan, kewaspadaan dan kesiagaan terhadap meluasnya penyebaran virus yang menyerang sistem pernapasan.

“Memaksimalkan amaliah Ramadan dan kegiatan ibadah lainnya dengan tetap mengikuti protokol kesehatan penanganan Covid-19,” tulis MUI Lebak dalam surat imbauannya.

Umat muslim diminta memperbanyak membaca Alquran, doa, berzikir, istigfar, bersalawat, sedekah dan membaca Qunut Nazilah pada setiap salat 5 waktu agat pandemi Covid-19 segera berakhir.

“Meningkatkan pola hidup sehat dan bersih, membatasi kontak fisik dengan banyak orang dan tidak keluar rumah kecuali keperluan mendadak selama masa tanggap darurat Covid-19 berakhir,” pinta MUI.

**Baca juga: Imbas Corona, Sejumlah UKM di Lebak Setop Produksi.

MUI Lebak juga meminta, masyarakat menghindari maksiat berupa penyebaran hoaks, ujaran kebencian, adu domba, fitnah, provokasi, pencurian, prostitusi, penyimpangan seksual, perjudian, miras dan narkoba.

“Pemilik rumah makan tidak menjual pada siang hari. Tidak membunyikan petasan yang mengganggu ketertiban dan kenyamanan umum,” tutup MUI.(Nda)




Imbas Corona, Sejumlah UKM di Lebak Setop Produksi

Kabar6.com

Kabar6-Ekonomi menjadi salah satu sektor yang terdampak hantaman pandemi Covid-19. Tidak hanya usaha berskala besar, sejumlah pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) akhirnya menyerah dan memilih tidak lagi memproduksi produknya.

“Bukan karena bahan baku yang susah tapi karena udah sama sekali enggak ada yang beli,” tutur Ade Purna, Sabtu (25/4/2020).

Sepinya pembeli, kata Ade, mulai dirasa sejak virus Corona menyebar di Indonesia. Tidak hanya penjualan di gerai UKM secara langsung, pesanan yang biasa ke luar kota kini tidak lagi ada.

“Pas ada Corona saja tidak ada yang beli sampai gerai UKM pun sekarang tutup. Bukan hanya produk sale coklat saya yang tidak lagi produksi, ada beberapa teman-teman UKM lain yang setop karena tidak ada pembeli,” ungkap Ade.

**baca juga: Polres Lebak Tingkatkan Patroli Tekan Kriminalitas Selama Ramadan.

Dia berharap, anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah daerah untuk penanganan dampak ekonomi, dukungan industri dan UMKM bisa membantu mempertahkankan geliat bisnis usaha kecil dan menengah.

“Berharap bisa segera terealisasi, konkrit dan tepat sasaran,” imbuhnya.(Nda)




Kota Tangerang Siapkan 29 RS Non Covid-19, Ini Daftarnya

Kabar6.com

Kabar6-Pemerintah Kota Tangerang menyiapkan 29 rumah sakit bagi pasien non Covid-19 atau yang memiliki keluhan umum. Fasllitas kesehatan ini disiapkan menyusul Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tangerang hanya melayani pasien Covid-19.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Liza Puspadewi menyampaikan pelayanan umum di RSUD Kota Tangerang ditiadakan sementara waktu guna fokus perawatan pasien PDP dan positif Covid-19 dalam upaya penanggulangan pandemi corona di Kota Tangerang. Meski demikian, pelayanan kesehatan tetap di optimalkan kepada masyarakat melalui puskesmas, ataupun rumah sakit swasta lainnya.

“RSUD Kota Tangerang untuk sementara waktu tidak bisa melayani pasien dengan penyakit umum, hanya untuk Covid19,” tegas Liza dalam keterangan pers, Sabtu (25/4/2020).

Ia menambahkan, pihaknya berharap masyarakat dapat memahami kondisi ini dan bisa sama-sama mengerti agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Bagi masyarakat Kota Tangerang yang ingin berobat menggunakan kartu BPJS juga tidak perlu khawatir karena Pemerintah Kota (Pemkot) telah melakukan kerjasama dengan semua rumah sakit yang ada di Kota Tangerang.

Sejak tanggal 28 Febuari 2017 kota Tangerang sudah menerapkan progam Universal Health Coverage (UHC) yang memiliki manfaat untuk memberikan jaminan kepada masyarakat Kota Tangerang dalam mendapatkan pelayanan Kesehatan.

Pada Maret 2017 sudah lebih dulu di tanda-tangani MoU dengan 28 RS se-kota Tangerang yang terafiliasi dengan BPJS dalam pemberiàn pelayanan kesehatan untuk peserta BPJS.

“Awal tahun 2019 ada 29 rumah sakit yang sudah menanda tangani MoU, dari 31 rumah sakit yang ada di Kota Tangerang,” imbuhnya.

**Baca juga: Ramadan Musim Covid-19, Walikota Arief: Ibadah di Rumah Saja.

Ini 29 RS yang terafiliasi BPJS :

1. RSUP dr. Sitanala

2. RS EMC

3. RS Mayapada

4. RS Sari Asih Karawaci

5. RS Primaya

6. RS Sari Asih Ciledug

7. RS An-Nisa

8. RS Bhakti Asih

9. RS Hermina Tangerang

10. RS Melati

11. RS Aminah

12. RS Mulya

13. RSUD Kota Tangerang (saat ini khusus pasien COVID-19)

14. RS Islam Sari Asih Ar-Rahmah

15. RS Dinda

16. RS Sari Asih Sangiang

17. RS Permata Ibu

18. RS Aqidah

19. RS TK IV Daan Mogot

20. RSIA Bunda Sejati

21. RS Karang Tengah Medika

22. RS Medika Lestasi

23. RS Ibu dan Anak Assyifa

24. RS Ibu dan Anak Karunia Bunda

25. RS Ibu dan Anak PKU Muhammadiyah Cipondoh

26. RS Ibu dan Anak Gebang Medika

27. RS Ibu dan Anak Pratiwi

28. RS Ibu dan Anak Makiyah

29. RS Tiara

(ADV)




Polres Lebak Tingkatkan Patroli Tekan Kriminalitas Selama Ramadan

Kabar6.com

Kabar6-Patroli malam ditingkatkan jajaran Satreskrim Polres Lebak dan polsek sebagai upaya menekan aksi kriminalitas selama bulan Ramadan 2020.

Kasat Reskrim Polres Lebak Iptu David Adhi Kusuma, mengatakan, tidak kurang 25 personel yang dikerahkan dalam patroli malam untuk mencegah tindak kriminalitas 3C (Curas, Curanmor dan Curat).

“Gabungan dari Satreskrim, Resmob, Jatanras dan polsek jajaran melaksanakan patroli wilayah untuk mengantisipasi berbagai aksi kejahatan,” kata David, Sabtu (25/4/2020).

Perwira yang pernah mengemban tugas sebagai Kasat Narkoba Polres Pandeglang ini patroli dilakukan secara mobile hingga memastikan wilayah aman.

**Baca juga: Lebak Zero Kasus Positif Covid-19, Warga Tetap Diimbau Tak Bukber dan SOTR.

“Masyarakat kami imbau tetap berhati-hati, waspada serta melapor kepada kami jika melihat hal-hal yang mencurigakan agar bisa segera ditindaklanjuti,” harapnya.

“Ditambah di tengah wabah Corona, kami berharap masyarakat yang tidak memiliki kepentingan mendesak untuk tetap di rumah. Dan ketika keluar rumah agar mematuhi protokol kesehatan serta menerapkan physical distancing,” jelas David.(Nda)




PSBB Covid-19 Disebut Tidak Efektif, Begini Respon Airin

Kabar6.com

Kabar6-Pembatasan sosial skala besar atau PSBB di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terancam tidak efektif. Program tersebut diklaim untuk memutus mata rantai penyebaran corona virus disiase 2019 (Covid-19) karena sudah termasuk zona merah.

“Karena bagi saya check point yang lebih efektif di tingkat RT dan RW,” kata Walikota Airin Rachmi Diany menjawab pertanyaan kabar6.com di RS Aria Sentra Medika, Kedaung, Kecamatan Pamulang, Kamis kemarin.

Pantauan di lapangan, titik check point PSBB hanya kencang sesaat. Belum genap sepekan pelaksanaan para petugas lebih asik duduk-duduk santai sambil bercengkrama dengan sejawatnya.

“Dik mundur. Jaga jarak, ini PSBB,” perintahnya dengan nada tinggi. Airin mengaku setiap malam terus melakukan evaluasi PSBB.

Evaluasi melibatkan perwira menengah pimpinan TNI/Polri serta kepala organisasi perangkat daerah setempat.
Lantas apa sih indikator penyebab PSBB kurang efektif?

**Baca juga: Dinkes Tangsel Lagi Pengadaan 10 Ribu Alat Rapid Test..

“Nih kamu enggak satu meter. Kamu enggak satu meter,” ungkap Airin menunjuk ke arah kerumunan wartawan di depannya.

“Ini salah satu contohnya. Udah dibilangin berkali-kali masih enggak nurut,” ketusnya.(yud)




Dinkes Tangsel Lagi Pengadaan 10 Ribu Alat Rapid Test

Kabar6.com

Kabar6-Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) berencana menggelar pemeriksaan cepat atau Rapid Test pendeteksian corona virus disiase 2019 (Corona-19). Setiap hari kasusnya terus ditambah, apalagi daerah termuda di Banten ini termasuk zona merah.

“Kita lagi pengadaan 10 ribu alat rapid test,” ungkap pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Tangsel, Deden Deni kepada kabar6.com di Kedaung, Kecamatan Pamulang, Kamis kemarin.

Apakah benar proses pengadaan alat rapid test lewat penunjukan langsung?. “Iya langsung,” singkatnya.

Deden jelaskan, Pemerintah Kota Tangsel sebelumnya mendapatkan bantuan dari pusat lewat Pemerinrah Provinsi Banten. Tapi jumlahnya masih sangat sedikit.

**Baca juga: Rumah Lawan Covid di Tangsel Rawat Tiga OTG Positif.

Makanya untuk memenuhi kebutuhan layani rapid test Covid-19 secara massal perlu belanja alat tambahan. Tentu sumber dananya dari pergeseran APBD 2020 Kota Tangsel.

“Yang 10 ribu ini nantinya buat masyarakat umum,” jelas Deden seraya mengutarakan sudah berjalan rapid test khusus untuk pegawai pelayanan di kantor-kantor pemerintahan.(yud)