1

Juni 2021, Vaksin COVID-19 dalam Bentuk Pil Mulai Uji Klinis

Kabar6-Perusahaan produsen vaksin tersebut Oravax, tengah mengembangkan vaksin Corona dalam bentuk pil. Menurut rencana, tahun ini vaksin Corona dalam bentuk pil tersebut akan melakukan uji klinis.

Pihak Oravax, melansir Sindonews, mengumumkan bahwa mereka akan memulai uji klinis tahap pertama pada manusia pada Juni 2021 mendatang. Langkah tersebut hanyalah tahap paling awal dari pengembangan vaksin. Namun tidak ada jaminan keberhasilan dalam uji coba klinis mendatang. Meskipun berhasil, mungkin perlu waktu satu tahun atau lebih sebelum diizinkan untuk digunakan.

Vaksin oral adalah salah satu pilihan yang sedang dinilai untuk vaksin generasi kedua yang dirancang agar lebih mudah diberikan dan lebih sederhana untuk didistribusikan. Oravax sendiri adalah usaha patungan perusahaan Israel-Amerika Oramed dan perusahaan India Premas Biotech.

“Vaksin oral memungkinkan orang untuk menggunakannya sendiri vaksin itu di rumah,” kata Nadav Kidron, CEO Oramed dalam rilisnya. ** Baca juga: Penelitian Ungkap, Tragedi Pompeii 2.000 Tahun Silam ‘Habiskan’ Penduduk Hanya dalam Waktu 15 Menit

Kidron mengatakan, vaksin COVID-19 ini dapat dikirim dalam lemari es normal dan disimpan pada suhu kamar. “Ini membuatnya lebih mudah secara logistik untuk mendapatkannya di mana pun di seluruh dunia,” ujarnya.

Sementara itu, Prof Paul Hunter dari University of East Anglia, menyampaikan catatan kehati-hatiannya. “Kami membutuhkan studi yang benar untuk membuktikan manfaat (vaksin oral),” tegasnya. Kendati begitu, vaksin oral ini mungkin bisa diterima bagi orang yang fobia terhadap jarum suntik.

“Hasil penelitian pada hewan mungkin menggembirakan tapi jangan berasumsi bahwa hasil pada hewan bisa langsung diterjemahkan baik pula untuk manusia. Untuk itu kami membutuhkan uji klinis pada manusia untuk memastikannya,” terang Prof Hunter.

Jenis lain dari vaksin generasi kedua yang sedang dilakukan penelitian adalah dengan inhaler. Ilmuwan juga mempelajari apakah vaksin dapat dikirimkan melalui tambalan.

Sejauh ini, satu-satunya tes vaksin COVID-19 oral yang dilakukan pada manusia belum berhasil. Pada akhir 2020, sebuah perusahaan bernama Vaxart mengumumkan hasil yang baik pada uji coba pada hewan, namun pada uji coba manusia yang pertama hasilnya mengecewakan.(ilj/bbs)




PPKM di Tangsel, Panggung Musik Hidup Dibatasi Maksimal Enam Orang

Kabar6.com

Kabar6-Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) melonggarkan penyelenggaran acara sosial budaya saat pandemi Covid-19. Meski begitu acara orgen tunggal yang digelar partai Golkar dibubarkan secara paksa oleh aparat Mapolsek Pamulang.

“Untuk kegiatan yang sifatnya resepsi,” kata Sekretaris Dinas Pariwisata, Heru Agus Santoso saat Rapimda di Balai Kota Tangsel, Selasa kemarin.

Ia menjelaskan, bahwa untuk kegiatan seni sosial budaya yang menimbulkan kerumunan diberikan dispensasi. Namun jumlah orang yang ada di sekitar area kegiatan tetap dibatasi.

Kegiatan tersebut biasanya digelar di pemukiman warga. Heru mencontohkan pelonggaran dalam regulasi Pembatasan Pemberlakuan Kegiatan Masyarakat (PPKM) jenisnya seperti pagelaran musik hidup.

“Jumlah orang di atas panggung maksimal hanya enam orang,” jelas Heru. Menurutnya, event boleh boleh diselenggarakan dengan catatan yang hadir minimal 50 persen dan atau tidak ada kerumunan orang.

**Baca juga: Praduga Mercy Klasik Punya Warga BSD Ditembak Orang Misterius.

Pemkot Tangsel mempertimbangkan, dari pelonggaran kegiatan tersebut diharapkan bisa menumbuhkembangkan perekonomian di Tangsel yang sempat loyo akibat pagebluk corona.

“Sehingga kegiatan sosial budaya boleh digelar bila penerapan protokol kesehatan bisa dilaksanakan,” tegas Heru.(yud)




Vaksin COVID-19 Dijadikan Sebagai Alat Penipuan Kelompok Kriminal di Inggris

Kabar6-Kelompok kriminal di Inggris dilaporkan menggunakan vaksin COVID-19, dengan target publik agar menyerahkan uang tunai atau rincian keuangan. Penipuan individu berkisar dari permintaan ‘bayar untuk suntikan’ hingga beberapa penipu bahkan mengiklankan vaksin cadangan di web gelap.

Seorang Dosen Senior Psikologi di Universitas Aberystwyth bernama Gareth Norris, melansir Sindonews, mengungkapkan mengapa hal ini bisa terjadi dan langkah-langkah yang dapat diambil orang untuk melindungi diri dari menjadi korban penipuan ini.

Norris menuturkan, penipuan semacam ini cukup umun, tapi mengenai jumlah pastinya berapa banyak orang yang menjadi korban penipuan dengan menggunakan vaksin sebagai alat. Namun dikatakan belum ada data pasti mengenai hal itu.

“Kami tidak tahu berapa banyak upaya penipuan yang dilakukan karena kita sangat jarang melaporkan. Kecuali jika rumah kita dirampok, Anda dapat melaporkannya ke polisi, tetapi sangat tidak mungkin melakukannya setiap kali kita menerima email atau teks penipuan,” jelasnya.

“Jadi, kami tidak benar-benar tahu berapa banyak percobaan yang ada, tetapi pasti ada banyak contoh orang tertipu atau hampir tertipu atau melaporkannya.”

Terkait dengan target penipuan, Norris menyebut tidak ada target spesifik. Kadang-kadang, jelasnya, mencari secara acak dan mereka mungkin akan menargetkan demografi tertentu.

Atau, mereka mungkin mendapatkan alamat email dari forum atau grup online tertentu, bahkan nomor telepon, sehingga kadang-kadang mereka dapat melakukannya di tempat yang mungkin ingin mereka targetkan, misalnya orang tua.

Para penipu percaya bahwa orang tua lebih putus asa untuk vaksin ini atau lebih mungkin untuk ditipu, meskipun sebenarnya setiap orang dapat menjadi korbannya. ** Baca juga: Berenang di Pantai Florida, Pria AS Ini Tak Sengaja Temukan Bungkusan Kokain Seberat 30 Kg

“Sebagian besar penipuan ini hanya mengirimkan pesan ke daftar email, daftar nomor telepon yang telah mereka beli atau temukan secara online, dan mereka hanya mengirimkannya secara massal,” ungkap Norris.

Ditambahkan, “Hal yang paling penting adalah jika Anda mendapatkan pesan dan Anda berpikir bahwa seseorang menghubungi Anda, Anda kemudian pergi ke sumber yang sebenarnya, jadi akan ada instruksi di sana tentang apa yang harus dilakukan dengan Anda, akan mendapatkan vaksin Anda, apa yang harus dilakukan? yang perlu Anda lakukan.” (ilj/bbs)




India Pernah Terjangkit Wabah Penyakit Langka, Penderita Kehilangan Tulang Rahang dan Buta

Kabar6-Saat tengah menghadapi pandemi COVID-19, di India terjangkit wabah penyakit langka yang dikenal sebagai mucormycosis, yang hampir mendekati 10 juta kasus. Menurut dokter, penyakit yang dipicu oleh COVID-19 itu memuliki angka kematian hingga 50 persen.

Pihak berwenang di negara bagian di utara dan barat India, melansir Okezone, telah memperingatkan orang-orang setelah rumah sakit melaporkan penyebaran cepat infeksi jamur mematikan mukormikosis di seluruh wilayah tersebut. Setidaknya, sembilan orang dilaporkan telah meninggal dunia karena penyakit langka itu, dan lebih dari 100 lainnya telah dirawat di rumah sakit di Delhi dan Ahmedabad.

“Sejak laporan awal penyakit langka ini menyebar melalui berbagai media termasuk media, lebih banyak orang telah menghubungi rumah sakit. Sampai sekarang, lebih dari seratus orang sedang dirawat karena infeksi jamur hitam ini di rumah sakit yang berbeda di Delhi saja,” jelas Dr Manish Munjal, Konsultan Senior di Rumah Sakit Sir Ganga Ram.

Dokter mengatakan, mengabaikan tanda-tanda awal penyakit langka ini bisa berakibat fatal. “Hidung tersumbat, bengkak di mata atau pipi, dan hitam kering kerak di hidung adalah gejala awal infeksi. Tanda-tanda ini harus segera dilakukan biopsi di OPD dan dimulainya terapi antijamur sedini mungkin,” tambah Munjal.

Dokter mengaku juga menemukan beberapa kasus pada pasien non-COVID, namun sebagian besar infeksi ditemukan pada pasien COVID-19 yang sembuh. Dikatakan, frekuensi kasus serta morbiditas dan mortalitas yang tinggi belum pernah terlihat sebelumnya dan mengkhawatirkan.

Kepala Negara Bagian Rajasthan, Ashok Gehlot, juga telah memberitahu orang-orang tentang negara bagian itu tentang mucormycosis. ** Baca juga: Sekira 10 Persen Penduduk Dunia Disebutkan WHO Miliki Kekebalan Terhadap COVID-19

“Pada penyakit ini, terdapat risiko kerusakan banyak organ tubuh termasuk otak. Peringatan untuk penyakit tersebut telah dikeluarkan di Mumbai dan Ahmedabad,” kata Gehlot.

Mucormycosis sendiri paling sering menyerang sinus atau paru-paru, dengan orang lain yang menderita penyakit kehilangan penglihatan, hidung, dan tulang rahang.(ilj/bbs)




Sekira 10 Persen Penduduk Dunia Disebutkan WHO Miliki Kekebalan Terhadap COVID-19

Kabar6-Menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kurang dari 10 persen populasi global memiliki antibodi terhadap virus Corona. WHO menyebut, ini masih jauh untuk bisa mendapatkan kekebalan kawanan.

Kepala ilmuwan WHO bernama Soumya Swaminathan, melansir Sindonews, menuturkan bahwa di beberapa negara sudah lebih dari separuh penduduknya memiliki antibodi terhadap COVID-19. Tapi secara global, jumlah yang memiliki kekebalan masih terbilang sedikit.

“Kurang dari 10 persen populasi dunia sebenarnya memiliki antibodi terhadap virus ini. Tentu saja di beberapa tempat, seperti khususnya di pemukiman perkotaan dengan kepadatan sangat tinggi, ada kantong di mana 50-60 persen populasinya telah terpapar virus dan memiliki antibodi,” terang Swaminathan.

Ditambahkan, “Satu-satunya cara untuk mencapai kekebalan kawanan massal adalah melalui vaksinasi.” ** Baca juga: Gara-gara Pindah ke Partai Pesaing, Suami Ancam Ceraikan Sang Istri

Menurut Swaminathan, vaksin yang saat ini disetujui menawarkan perlindungan yang baik terhadap penyakit parah, rawat inap dan kematian akibat COVID-19. Efektivitas vaksin, dikatakan Swaminathan, terkait penyakit ringan dan infeksi virus Corona asimtomatik masih dipelajari.

Lebih dari 114 juta kasus virus Corona telah dikonfirmasi secara global sejak dimulainya pandemi musim semi lalu. Menurut data Universitas Johns Hopkins, jumlah kematian COVID-19 global mencapai lebih dari 2,5 juta jiwa.(ilj/bbs)




Banyak Kota di Meksiko Tolak Vaksinasi COVID-19

Kabar6-Presiden Meksiko, Andrés Manuel López Obrador, mengumumkan bahwa vaksin COVID-19 akan mulai berdatangan sedikit demi sedikit ke negara tersebut. Namun di sisi lain, sudah ada tanda-tanda yang jelas bahwa tidak setiap orang Meksiko siap atau ingin mendapatkan suntikan vaksin tersebut.

Sejumlah warga di sebuah kota kecil bernama Aldama, melansir Okezone, mengatakan mereka tidak akan divaksinasi, terlepas dari rencana vaksinasi apa pun atau dari mana asalnya vaksin tersebut. Aldama berpenduduk sekira 7.000, terletak di dataran tinggi tengah negara bagian Chiapas, Meksiko selatan.

“Mengapa saya harus divaksinasi? Saya tidak sakit. Tidak baik jika mereka mencoba memaksa kami untuk divaksinasi. Saya tidak tahu,” kata María Magdalena López Santís, seorang warga Aldama.

Komunitas adat seperti Aldama diketahui memiliki sejarah ketidakpercayaan terhadap pemerintah federal. Para pemimpin komunitas mengungkapkan, dalam beberapa kasus mereka kerap diabaikan. Dalam kasus terburuk, mereka menjadi sasaran perampasan tanah, diskriminasi, pelecehan, dan serangan.

Kota-kota adat seperti Aldama bersifat otonom. Konstitusi Meksiko mengizinkan kota-kota seperti ini untuk mengatur diri mereka sendiri di bawah prinsip ‘tradisi dan adat istiadat’.

Pada 2018, terdapat 421 kotamadya di Meksiko dengan status otonom dari total 2.469 (17 persen). Dan itu bukan satu-satunya kota di Meksiko selatan di mana orang-orang menolak untuk divaksinasi.

Awal bulan ini, José López López, walikota San Juan Cancuc, kota adat lain yang terletak di dataran tinggi tengah Chiapas, mengirim surat kepada otoritas kesehatan negara bagian, memberitahu mereka tentang keputusan daerahnya untuk menolak vaksin apa pun.

Dalam surat itu, López menulis sebanyak 24 ribu kotamadya, yang terdiri dari 45 komunitas, mengadakan pertemuan pada akhir Januari lalu. Dari pertemuan itu para tetua kota memutuskan ‘kampanye vaksinasi tidak akan diizinkan’. Surat itu juga berbicara tentang ‘manfaat dan kemungkinan efek samping’ dari vaksin.

Departemen Kesehatan Negara Bagian Chiapas menjawab, mereka menghormati otonomi penduduk asli, meskipun para pejabat bersikeras bahwa mereka akan terus mempromosikan dialog dengan komunitas tersebut demi kesehatan semua orang.

Gubernur Chiapas, Rutilio Escandón, baru-baru ini fokus pada mendiskreditkan teori konspirasi dan kebohongan tentang vaksin COVID-19. ** Baca juga: Kembali Hidup Normal, Texas dan Mississippi Bakal Cabut Aturan Wajib Pakai Masker

“Saya meminta masyarakat Chiapas untuk tidak menjadi mangsa kebohongan dari mereka yang mencoba memanfaatkan keadaan darurat kesehatan, mereka yang menjual ‘vaksin’ di media sosial. Vaksin tidak tersedia secara pribadi. Mereka gratis dan akan tersedia untuk semuanya,” cuit Escandón di Twitter.

Sementara itu, saat ditanya secara khusus tentang penolakan komunitas adat Chiapas untuk memvaksinasi selama konferensi pers harian paginya, Presiden López Obrador menekankan tidak ada yang akan dipaksa untuk mengikuti vaksin virus Corona.

“Semuanya sukarela,” kata Presiden. “Saya ulangi: tidak ada yang dipaksakan, tetapi semuanya berdasarkan akal dan hak. Kita harus meyakinkan, membujuk, menginformasikan, mengarahkan, menyadarkan, tanpa memaksakan apa pun.”(ilj/bbs)




620 Atlet Kota Tangerang Divaksin Covid-19

Kabar6.com

Kabar6 – Sebanyak 620 atlet di Kota Tangerang melakukan suntik vaksin sinovac Covid-19 di Pusat Pemerintah Kota Tangerang, Jumat, (5/3/2021)

Dimana, ratusan atlet itu terdiri dari Puslacab, Formi, Difabel dan para pengurus cabang olahraga serta KONI Kota Tangerang.

Kepala Bidang Olahraga pada Dinas Pemuda dan Olahraga, Ujang Hendra mengatakan, vaksinasi itu diberikan kepada para atlet yang nantinya akan berlaga di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Banten ke-6 yang berlokasi di Kota Tangerang 2022 mendatang.

“Kita dapat kuota vaksin sebanyak 620, baik itu atlet dan pengurus. Dimana, untuk atlet sekitar 500 san, dan nantinya para atlet itu pun, akan dipilih untuk bertanding di Porprov 2022,” katanya.

Lanjutnya, dengan vaksinasi yang diberikan kepada para atlet, diharapkan akan membuat atlet lebih tenang dan fokus dalam melaksanakan latihan menjelang Porprov Banten 2022.

“Kita harap dengan vaksinasi ini, atlet bisa lebih tenang dam fokus menjalani pertandingan di tahun depan,” ujarnya.

Sementara itu, Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah mengatakan, bila pihaknya menargetkan proses vaksinasi Covid-19 pada 26 ribu penerima vaksin bisa selesai hari ini.

**Baca juga: Rakor Bersama Gubernur Banten, Arief Sebut Kasus Covid-19 Kota Tangerang Turun.

“Saat ini masih ada 8.000 orang yang sedang proses suntik vaksin termasuk para atlet. Dan kita harap, selesai hari ini juga. Jadi, target kita yang 26 ribu bisa diselesaikan semua pada hari ini, tapi kalau masih ada sisa, ya dilanjutkan sampai besok paling lambat,” ungkapnya.

Nantinya, setelah proses vaksinasi terhadap atlet, guru, pedagang, sopir, pelayan publik hingga pegawai pemerintah selesai. Maka, tahap (penyuntikan) selanjutnya akan dilakukan pada para lansia.(Vee)




Kembali Hidup Normal, Texas dan Mississippi Bakal Cabut Aturan Wajib Pakai Masker

Kabar6-Dua negara bagian di Amerika Serikat (AS), Texas dan Mississippi, segera mencabut aturan wajib mengenakan masker. Hal itu dilakukan karena kemanjuran vaksin dan terapi sudah bisa diandalkan untuk melindungi publik dari COVID-19.

Gubernur Texas bernama Greg Abbott, melansir Sindonews, mengatakan bahwa selain akan mencabut aturan wajib mengenakan masker, pihaknya juga akan meningkatkan kapasitas semua bisnis dan fasilitas di negara bagian itu menjadi 100 persen. Ini seperti menjadi isyarat wilayah tersebut akan memasuki hidup normal.

Perintah eksekutif barunya mulai berlaku pada Rabu (10/3/2021) mendatang. Aturan itu akan membatalkan sebagian besar perintah eksekutif gubernur sebelumnya, terkait penanganan pandemi virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

“Dengan kemajuan medis dari vaksin dan obat terapi antibodi, Texas sekarang memiliki alat untuk melindungi orang Texas dari virus,” terang Abbott dalam pidatonya.

Dikatakan, “Sekarang kita harus berbuat lebih banyak untuk memulihkan mata pencaharian dan keadaan normal orang Texas dengan membuka Texas 100 persen. Jangan salah, COVID-19 belum hilang, tetapi jelas dari pemulihan, vaksinasi, pengurangan rawat inap, dan praktik aman yang digunakan orang Texas bahwa mandat negara tidak lagi dibutuhkan.”

Abbott menambahkan, perintah eksekutifnya memastikan bahwa semua bisnis dan keluarga di Texas memiliki kebebasan untuk menentukan nasib mereka sendiri. Sementara itu Gubernur Mississippi, Tate Reeves, membuat pengumuman serupa tak lama kemudian. Bahkan, aturannya berlaku lebih cepat dari aturan di Texas.

“Mulai besok, kami mencabut semua mandat county (kabupaten) kami dan bisnis akan dapat beroperasi dengan kapasitas penuh tanpa aturan yang diberlakukan negara bagian. Jumlah rawat inap dan kasus kami anjlok, dan vaksin sedang didistribusikan dengan cepat. Ini saatnya!” cuit Reeves di Twitter.

Langkah itu dilakukan hanya beberapa hari setelah Direktur CDC Rochelle Walensky memperingatkan bahwa kemajuan di AS melawan virus itu ‘terhenti’. “Segalanya renggang. Sekarang bukan waktunya untuk melonggarkan pembatasan,” kata Walensky.

Kedua negara bagian itu diketahui telah mengalami penurunan dalam jumlah harian rata-rata kasus baru COVID-19. Dalam seminggu terakhir, The New York Times melaporkan, Texas telah mencatat rata-rata 7.693 kasus per hari atau turun 18 persen dari rata-rata dua minggu sebelumnya. Jumlah kematian harian rata-rata telah menurun 13 persen selama periode itu.

Di Mississippi, penurunan lebih terlihat. Jumlah rata-rata kasus baru setiap hari di negara bagian itu menurun sebesar 27 persen dibandingkan rata-rata dua minggu sebelumnya, dan kematian harian rata-rata menurun sebesar 34 persen pada periode yang sama.

Lebih dari 43 ribu orang telah meninggal karena COVID-19 di Texas, dan ada lebih dari 2,6 juta kasus yang dikonfirmasi di negara bagian tersebut.

Departemen Layanan Kesehatan Negara Bagian Texas mencatat, negara bagian saat ini memiliki persediaan vaksin yang terbatas. Menurut pelacak vaksin NPR, Texas telah memberikan lebih dari 5,5 juta dosis vaksin. Sekira 12,7 persen orang Texas telah menerima setidaknya satu dosis, dan 6,5 persen telah divaksinasi penuh.

Di Mississippi, lebih dari 6.600 orang telah meninggal karena COVID-19, dan negara bagian telah mencatat hampir 300 ribu kasus yang dikonfirmasi. ** Baca juga: Setrum Ibu Kandung Hingga Tewas Demi Asuransi, Pemuda Tiongkok Ini Dieksekusi Mati

Sekira 14,1 persen dari penduduk negara bagian telah mendapatkan setidaknya satu dosis, dan 7,6 persen telah divaksinasi penuh. Negara bagian ini telah memberikan lebih dari 630 ribu dosis vaksin.

Semoga akan lebih banyak lagi kota-kota di seluruh dunia yang dapat mengikuti jejak Texas dan Mississippi, sehingga seluruh warga dapat kembali ke kehidupan normal.(ilj/bbs)




Wilayah Kabupaten Tangerang Masuk Zona Kuning Covid-19

Kabar6.com

Kabar6-Pemerintah Kabupaten Tangerang berhasil menurunkan angka kasus positif Covid-19. Hal ini dibuktikan dengan Kabupaten Tangerang yang memasuki zona kuning atau resiko rendah penyebaran Covid-19 sejak Selasa (2/3/2021).

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Dr. Hendra Tarmizi menjelaskan, indikasi dari zona kuning tersebut dilihat dari adanya penurunan kasus Covid-19 di wilayah Kabupaten Tangerang.

“Selain terjadinya penurunan kasus, hal ini juga diindikasikan dengan adanya peningkatan kapasitas tempat tidur pada rumah sakit. Pasien yang dirawat dan yang diisolasi juga sudah menurun jumlahnya, salah satunya pada rumah singgah Hotel Yasmin,” jelas dr. Hendra Tarmizi pada Jumat (5/3/2021).

Dari beberapa kriteria tersebut, lanjut dr Hendra, Kemeterian Kesehatan RI dan juga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menetapkan Kabupaten Tangerang sebagai zona kuning dan penyebaran Covid-19 dianggap dapat terkendali.

**Baca juga: Pemkab Tangerang Patut Menjadi Sampel Stunting PSN.

Posko PPKM Mikro juga tetap dijalankan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 sehingga kasus penularan tidak terjadi dan adanya penurunan kasus.

“Kita berharap tetap menjalankan PPKM Mikro dengan sistem yang sama, sehingga setiap orang yang diduga positif pun tetap harus isolasi mandiri. Sehingga jika benar-benar positif, tidak akan menularkan kepada keluarga ataupun orang lain,” tutup dr. Hendra Tarmizi (Han)




Vaksin Sinovac Miliki Efikasi 65.3 persen Cegah Tidak Tertular

Kabar6.com

Kabar6-Ajak masyarakat mengenal dan memahami lebih jauh tentang virus corona, Ramsay Sime Darby Health Care Indonesia, Bintaro, Tangerang Selatan, menggelar webinar kesehatan dengan menghadirkan tiga dokter Prof dr Menaldi Rasmin dari RS Premier Jatinegara, Prof DR dr Jusak Nugraha dari RS Premier Surabaya dan DR dr Tubagus Rachmat Sentika dari RS Premier Bintaro yang juga merupakan bagian KOMDA KIPI Banten.

Dalam webinar tersebut Prof dr Menaldi Rasmin menjelaskan definisi tentang klasifikasi diagnosis covid-19. Mulai dari orang yang terkonfirmasi positif dengan hasil pemeriksaan yang akurat, terduga atau orang yang memiliki gejala seperti demam, batuk, kelelahan yang sangat, gangguan saluran pernafasan akut, penurunan nafsu makan dan lainnya.

Lalu ada juga probable. Tahap ini merupakan tahapan yang lebih dekat dengan terkonfirmasi karena biasanya diiringi dengan gejala spesifik seperti gangguan penciuman dan perasa serta kontak erat dengan pasien terkonfirmasi.

Untuk klasifikasi derajat berat penyakit, lanjutnya, tahapannya dimulai dari tanpa gejala, gejala ringan, gejala sedang, berat dan gejala kritikal.

“Bagi pasien yang terkonfirmasi positif dengan gejala sedang, berat dan kritikal harus segera dirawat di rumah sakit,” kata Menaldi, ditulis Minggu (28/2/21).

Dari data yang didapatkan dari RS Persahabatan menunjukkan, 17 persen dari pasien dengan gejala sedang dapat menjadi pasien kritis. Sedangkan pada gejala berat sekitar 30 persen masuk ke dalam kasus kritis. Dan, untuk angka kematian pada kasus kritis sebsar 53 persen.

“Pasien dengan gejala ringan dapat ditangani sungguh-sungguh agar tidak berkembang menjadi gejala sedang, berat serta kritis,” harapnya.

Masih menurut Menaldi, untuk cara pencegahannya dapat dilakukan dengan dua tahap, yakni tahap primer dan sekunder. Tahap primer dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan dan 5M yakni
memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, membatasi mobilitas serta menghindari kerumunan. Untuk pemerintah atau pengelola dapat menerapkan 3T yakni tes, telusur serta terapi.

“Tahap sekunder dapat dilakukan dengan vaksinasi covid, agar tercipta herd immunity secara etis,” jelasnya.

Mengenai asal usul, karakteristik serta jenis virus corona, Prof DR dr Jusak Nugraha mengatakan bahwa virus ini 79.1 persen menyerang manusia dengan rentang 19-59 tahun dan 10.4 persen menyerang diatas usia 60 tahun dengan kasus fatal yang semakin meningkat pada usia lanjut dan pasien dengan penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, jantung serta penyakit kronis lainnya dengan tingkat kematian sebesar 3.4 persen.

Untuk pemeriksaan dapat dilakukan di laboratorium berdasarkan tingkat efektifitasnya. Seperti pemeriksaan BSL3, tes molekuler atau yang dikenal dengan istilah PCR serta melalui diagnosis seperti tes antigen dan tes serologi yakni tes yang mendeteksi SARS-2.

“Untuk pemeriksaan BSL3 sedikit sekali di Indonesia,” paparnya.

Sementara, DR dr Rachmat Sentika dari RS Premiere Bintaro yang juga merupakan bagian dari KOMDA KIPI Banten menjelaskan tentang pola hidup sehat dapat menekan penyebaran covid-19.

“Cegah penyebaran covid19 dengan menerapkan protokol kesehatan, 5M, serta berolahraga rutin, jaga pola makan sehat serta bagi anggota keluarga yang beraktifitas di luar rumah agar segera mandi serta berganti pakaian setibanya di rumah dan sebelum menyentuh anggota keluarga lainnya,” tukas Rachmat.

Selain itu, lakukan vaksin sinovac yang terbukti bermutu dan berkualitas karena memiliki sero konversi pembentukan antibody pada H14 pasca vaksin kedua sebesar 99.7 persen, dan tetap terjaga pada H90 sebesar 99.3 persen.

**Baca juga: 20 Wartawan Kabupaten Tangerang Terima Vaksin Covid-19

Lanjut Rachmat, vaksin ini juga sangat bermanfaat karena memiliki efikasi sebesar 65.3 persen bisa cegah tidak tertular.

“Vaksin ini aman karena KIPI nya kurang dari satu persen dengan gejala ringan seperti kemerahan, nyeri yang akan hilang kurang dari 24 jam,” ujarnya.

Sebagai dokter spesialis anak, DR Rachmat juga menyampaikan kekhawatiran tentang penurunan pelayanan kesehatan akibat dampak dari pandemi.

“Khawatir dengan berkurangnya orang yang memeriksakan kesehatan atau gizi secara rutin, terutama pada anak. Maka kemungkinan besar salah satunya akan dapat meningkatkan angka stunting atau resiko lainnya,” tutupnya.(fit)