1

Universitas Moestopo Bedah Buku Dukungan Solidaritas Global untuk Palestina

Kabar6-Konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina sudah sejak beberapa dekade menjadi isu inter-nasional yang tak kunjung terselesaikan. Sudah tak terhitung lagi korban yang berjatuhan di kedua pihak tanpa ada titik terang penyelesaian.

Melihat konflik Israel-Palestina yang terus memakan korban, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) pun berkomitmen terus berpartisipasi aktif secara nasional maupun internasional untuk mencari penyelesaian yang adil bagi konflik ini.

Terkini, Universitas Moestopo menggelar acara bedah buku “Becoming Pro-Palestinian, Testimonies from Global” suntingan antologi Rosemary Sayigh terbitan Bloomsbury Publishing di ruang Podcast Universitas Moestopo, Hang Lekir, Jakarta, yang dimoderatori Setya Ambar Pertiwi, dosen Hubungan Internasional Uni-versitas Moestopo.

**Baca Juga:Survei Populix: Pemilih Nilai Usia Ideal Kepala Daerah adalah 53-55 Tahun

Dalam kesempatan tersebut, Dr. Ryantori, M.Si. sebagai salah satu kontributor penulis Kawasan Asia Timur menjelaskan bahwa buku ini ditulis oleh berbagai latar belakang kebangsaan dan profesi yang berbeda dari berbagai kawasan di seluruh dunia menjabarkan pandangannya atas pengalaman pribadi, motif, dan perasaan yang mengarahkan mereka dalam mendukung perjuangan Palestina.

Sebab menurut Dr. Ryantori, yang juga menjabat sebagai Plt. Wakil Rektor I Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), buku ini adalah buku yang pertama dalam format Palestinografi, kumpulan tulisan berbagai pandangan terhadap isu Palestina.

“Bangsa Palestina, mengutip Noam Chomsky, yang mempopulerkan istilah ‘Samidin” secara harafiah di-artikan sebagai steadfast, orang-orang yang tegar atau memiliki keteguhan sikap. Namun secara spesifik juga dimaknai sebagai para pengungsi yang tinggal di tenda selama bertahun-tahun,” jelas Ryantori dalam keterangan tertulis, Sabtu (6/7/2024).

“Perubahan struktur pada tatanan global, perkembangannya belum jelas, namun ada satu hal yang pasti adalah bahwa apa yang dilakukan Israel, sebagai entitas negara, bukan lagi menjadi sesuatu yang tidak bisa disentuh. Artinya, ini dapat menjadi harapan besar bagi bangsa Palestina dan seluruh dunia untuk melihat perkembangannya ke arah yang lebih positif,” lugasnya.

Hal senada juga diaminkan oleh Broto Wardoyo, Ph.D., pengurus Asosiasi Hubungan Internasional Indone-sia (AIHII) dan Senior Associate Professor Departemen Hubungan Internasional Universitas Indonesia, agar tidak terjebak dalam pemahaman bahwa hal ini bukanlah masalah etnis ataupun agama, tetapi merupakan masalah hak hidup yang mendasar.

Broto Wardoyo menjelaskan bahwa buku ini mengonfirmasikan hilangnya kebenaran tunggal saat ini dengan suara-suara kesaksian dari mereka yang memiliki pengalaman pribadi terhadap Palestina, dimana selama ini suara orang-orang Palestina diberangus.

“Ini menjadi salah satu yang penting ditampakkan dalam buku ini agar tercipta narasi yang imbang antara narasi tentang Palestina dan Israel,” ungkapnya.

Lebih lanjut Broto Wardoyo menjelaskan bahwa pada kajian Timur Tengah secara akademik, problem utama terletak pada cara bercerita pada kedua bangsa ini, dimana bangsa Arab lebih banyak bercerita secara ver-bal, sedangkan bangsa Yahudi lebih banyak melalui catatan tertulis. Hal ini seringkali menjadi perdebatan secara akademis yang membuat seakan-akan narasi teks menjadi lebih valid dibandingkan yang oral histo-ry.

Hal menarik lainnya dari buku ini adalah pemahaman bahwa ketika menjadi pro-Palestina tidak berarti anti-semit. Oleh karenanya, solidaritas terhadap bangsa Palestina berbeda dengan kebijakan zionis, dan disikapi sebagai keberpihakan terhadap hak hidup yang mendasar.

Buku yang digagas sejak 2021 dan diterbitkan pada 2024 juga menarik, dimana realita saat ini sangat parah di Palestina akibat kebijakan Israel yang bisa dilihat sebagai zionis garis keras, sehingga dapat membangun sense of solidarity terhadap Palestina.

“AIHII memposisikan diri mendukung kebijakan pemerintah Republik Indonesia untuk mendukung Palestina. Perdebatan terhadap solusi dua negara yang ditawarkan oleh Indonesia tidak boleh ada ketimpangan dan harus berdasarkan kesetaraan (on equal basis),” lanjut Broto Wardoyo.

Smith Alhadar, sebagai penasehat The Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) menyampaikan bahwa sangat ironis melihat penganiayaan bangsa Palestina didukung oleh bangsa-bangsa yang beradab di abad ke-21. Buku ini berkontribusi terhadap perubahan sejarah wajah dunia, yang seharusnya tatanan inter-nasional yang berbasis pada keadilan dapat terlihat secara nyata.

“Bangsa Palestina, secara sejarah telah banyak mengalami kemalangan, dan kita sebagai bagian dari masyarakat global dapat mendorong perubahan terhadap nasib bangsa Palestina dengan bersuara,” ajak Smith Alhadar.

Lebih lanjut Smith Alhadar menjelaskan bahwa nurani manusia digedor dengan kenyataan di Palestina yang sudah menghasilkan genosida dan membuat jutaan warga Palestina menderita dan terpaksa menjadi pengungsi, dimana kekerasan dan konflik tak selesai juga hingga sekarang sehingga solidaritas global perlu makin diperkuat lagi untuk menekan semua pihak yang berkepentingan.

Sebagaimana kita ketahui, untuk menyelesaikan konflik tersebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sudah mengeluarkan Resolusi Majelis Umum PBB tanggal 29 November 1947 (No. 181) atau yang lebih dikenal dengan Resolusi Partisi 1947, sebuah resolusi yang berupa pembagian tanah Palestina menjadi tiga bagian: sebagian untuk Israel, sebagian lagi untuk Palestina, dan Yerusalem berada di bawah kendali PBB.

Bagi Indonesia, mendukung Palestina selalu menjadi prioritas kebijakan luar negerinya. Hal ini tidak didasar-kan pada agama, melainkan pada Undang-Undang Dasar 1945. Apalagi sejak Presiden Soekarno sampai Presiden Joko Widodo dan Presiden Terpilih Prabowo Subianto juga mendukung solusi dua negara dengan Palestina yang merdeka.

Untuk penyelesaian konflik yang berlarut tersebut, Dr. Ryantori menyampaikan ada enam poin utama dalam posisi Indonesia terhadap Palestina. Pertama, Palestina harus merdeka dan Indonesia harus mendukung kemerdekaannya. Kedua, Indonesia harus mengembalikan sentralitas isu Palestina di dunia internasional di tengah konflik yang terjadi di Timur Tengah.

Ketiga, Indonesia harus terus mendorong negara-negara anggota PBB dan organisasi internasional untuk mengakui kedaulatan Palestina. Keempat, mendukung inisiatif PBB untuk menghidupkan kembali pe-rundingan perdamaian Palestina-Israel berdasarkan “solusi dua negara”. Kelima, Indonesia harus mengga-lang negara-negara OKI untuk mencari solusi damai bagi masalah Palestina-Israel.

“Keenam, Indonesia harus terus mengadvokasi agar Palestina, khususnya Kompleks Masjid Al-Aqsa, ditempatkan di bawah perlindungan internasional,” pungkas Dr. Ryantori.(red)




Peneliti: Gagasan & Tindakan ST Burhanuddin Raih Kepercayaan Publik

Kabar6-Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung Dr. Ketut Sumedana menjadi moderator dalam launching dan bedah buku berjudul “Gagasan, Langkah dan Tindakan Jaksa Agung ST Burhanuddin Dalam Meraih Kepercayaan Publik Institusi Kejaksaan”, dengan menghadirkan Dr. Fachrizal Afandi selaku peneliti dan Tenaga Ahli Kejaksaan RI.

Dr. Fachrizal Afandi menyampaikan, buku ini menjadi legacy dan guidance bagi Jaksa Agung berikutnya karena menunjukkan banyak perubahan serta peningkatan kinerja dalam memperoleh kepercayaan publik. Hal ini berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Indonesia 2023 yang menunjukkan kepercayaan publik terhadap Kejaksaan mencapai 81,2%, dan menjadikannya tertinggi dibanding lembaga penegak hukum lainnya.

“Pencapaian tersebut tak lepas dari gagasan, ide, dan upaya Jaksa Agung ST Burhanuddin dalam rangka meraih kepercayaan publik, yakni penegakan hukum humanis melalui spirit Pancasila serta kiprah Jaksa Agung dengan slogan “Tajam ke Atas Humanis Ke Bawah,” kata Dr. Fachrizal Afandi, dalam acara bedah buku di Hotel Bidakara, Kamis (13/7/2023).

Selain itu, Dr. Fachrizal Afandi menuturkan gagasan dan ide lain dari Jaksa Agung yakni melahirkan keadilan subtantif dalam penegakan hukum, konsep penegakan hukum humanis adalah penegakan hukum modern dan masa depan, mengelaborasi nilai-nilai dasar keadilan restoratif dalam penegakan hukum humanis, keadilan hati nurani mengedepankan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat, serta mengimplementasikan keadilan restoratif di tengah masyarakat seperti launching Rumah Restorative Justice dalam rangka menciptakan keharmonisan, kedamaian, dan mendekatkan keadilan di masyarakat, serta inovasi program baru Jaksa Menjawab yang dinilai lebih humanis.

**Baca Juga: Kejaksaan Bertekad Optimalkan Penanganan Korupsi

Lebih lanjut Dr. Fachrizal Afandi mengatakan bahwa peningkatan kepercayaan publik juga tak lepas dari penanganan perkara-perkara besar dari tindak pidana umum seperti perkara pembunuhan berencana Ferdy Sambo, perkara narkotika Teddy Minahasa Putra, penganiayaan Mario Dandy, dan perkara tindak pidana pencucian uang Indosurya serta perkara-perkara korupsi tindak pidana khusus dari korupsi Asabri, BTS 4G, Duta Palma Grup, Waskita Karya, dengan kerugian sekitar Rp140 Triliun.

Selanjutnya, Kapuspenkum menyampaikan bahwa Kejaksaan RI melaunching 14 buku dan memamerkan 46 buku, yang merupakan karya insan Adhyaksa seluruh Indonesia. Adapun buku ini diharapkan menjadi bahan literasi untuk kepentingan penegakan hukum baik bagi praktisi maupun akademisi, guna berkarya lebih baik khususnya karya ilmiah. Selain itu, buku ini juga diperuntukkan bagi seluruh insan Adhyaksa dimana kegiatan penegakan hukum tidak hanya untuk dipublikasikan, namun juga dapat dijadikan karya ilmiah sebagai catatan sejarah di masa kini dan mendatang.

Hadir dalam acara ini yaitu Wakil Jaksa Agung RI, Para Jaksa Agung Muda, Kepala Badan Diklat Kejaksaan RI, Para Staf Ahli Jaksa Agung RI, Para Pejabat Eselon II, III dan IV di lingkungan Kejaksaan Agung. (Red)




Bedah Buku Zikiran Sultan Banten, Asda Komarudin: Ikhtiar Menggali Peradaban yang Terlupakan

Kabar6.com

Kabar6-Asisten Pemerintahan Sekretariat Daerah (Asda I) Provinsi Banten Komarudin memuji penulis buku Zikiran Sultan: Tradisi yang Terlupakan Ahmad Syaikhu.

Menurutnya, buku tersebut istimewa karena menggali jejak-jejak pribumisasi Islam dalam bentuk zikiran yang masih dilestarikan hingga sekarang.

“Dari buku ini kita tahu, bicara tentang Sultan Banten itu bukan hanya soal figur atau pemimpin, tapi di situ ada tradisi, ada peradaban,” katanya saat menjadi Keynote Speaker pada acara bedah buku tersebut, Kamis (28/7/2022).

Komar menjelaskan, para Sultan Banten, utamanya Maulana Hasanuddin, merupakan pelopor sekaligus pembangun peradaban Islam di tanah Jawara.

Ia begitu dihormati sehingga namanya sering disebut dalam tradisi zikiran yang konon telah dipraktikkan secara turun temurun.

Namun, lanjutnya, karena peradaban itu tertimpa oleh dinamika zaman, seperti adanya kolonialisasi dan globalisasi, akhirnya banyak masyarakat yang kehilangan jejak.

“Jadi kalau hari ini saudara Ahmad Syaikhu menulis buku ini saya kira itu adalah bagian dari ikhtiar kita untuk menggali peradaban di masa lalu, sebuah tradisi yang terlupakan,” ujarnya.

Komar memandang peradaban di masa lampau penting sebagai khazanah atau sumber pijakan untuk mengisi peradaban sekarang dan akan datang.

Meski peradaban bersifat dinamis, nilai-nilai kearifan di masa lalu disebut jadi kekuatan dalam membentuk masa depan.

“Penulis seperti Akhmad Syaikhu ini langka, belum tentu dari ribuan orang ada yang nulis seperti ini, mudah-mudahan karya ini jadi amal jariyah, jadi legacy yang berkontribusi bagi peradaban,” tandas Komar.

Sementara itu, Ahmad Syaikhu membeberkan alasannya mengapa ia mengangkat tema Zikiran Sultan. Di samping menggali khazanah intelektual di Banten, dirinya juga hendak menggugah kesadaran masyarakat untuk giat berliterasi.

“Bahwa kita punya lho tradisi keislaman yang unik, salah satunya ya tradisi Zikiran Sultan ini yang sudah dipraktikan sejak lama,” ungkapnya.

Ia memaparkan, Zikiran Sultan pada dasarnya adalah refleksi dan penghormatan terhadap para Sultan di Banten, di antaranya Maulana Hasanuddin dan Abul Mafakhir.

Penghormatan diwujudkan dalam bentuk penyebutan atau pemujaan nama baik melalui tawassul (perantaraan seperti menghadiahkan bacaan Surat Al-Fatihah), manaqiban (pembacaan biografi), doa-doa, dan sejenisnya.

“Isi amalan Zikiran Sultan banyak shalawatan, juga hizib, dan sebagainya. Ada yang menyebut wiridan ba’da tarawih, ada juga menyebut Shalawatan Kenari,” terangnya.

Saat ini, lanjut Syaikhu, hanya ada satu tempat di mana masyarakat masih kuat mengamalkan Zikiran Sultan, yaitu Kampung Selatip, Desa Lontar, Kemiri, Kabupaten Tangerang.

**Baca juga: Kejati Banten Sita Aset Tersangka Korupsi Uang Pajak Samsat Kelapa Dua Tangerang

Mereka melakukan zikir saat menjelang atau setelah salat tarawih, Idul Fitri, dan Idul Adha. “Praktik zikiran diiringi dengan langgam khas dan bedug, dilakukan berjama’ah di masjid atau mushola,” imbuhnya.

Kegiatan bedah buku Zikiran Sultan Banten dihadiri sejumlah tokoh, akademisi, dan pegiat literasi. Selain Komarudin, hadir pula Hadisa Mansyur (Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip, Masykur Wahid (penulis Buku Dialektika Teks Kitab Suci), dan Subandi Musbah (penulis buku Menuju Demokrasi Substansial).(eka)