1

Bocah Tidak Berhenti Nangis, Penumpang Maskapai Dubai Kompak Nyanyikan Lagu ‘Baby Shark’

Kabar6-Sebuah peristiwa kocak terjadi dalam penerbangan Flydubai dari Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) ke Albania. Saat itu, seorang bocah menangis tanpa berhenti dalam pelukan ayahnya.

Momen lucu tersebut dibagikan oleh akun TikTok @parikshitbalochi, seorang presenter radio di Dubai yang memiliki nama lengkap Parikesit Balochi. Dalam video, melansir Lovin, tampak para penumpang berusaha ikut membantu menenangkan bayi yang menangis. Mereka mulai bertepuk tangan, sembari membawakan lagu ‘Baby Shark’. Melalui akun Instagramnya @parikshitbalochi, Balochi menuturkan anak tersebut semula duduk di sebelahnya dan menangis tanpa henti.

“Saya sedang dalam penerbangan ke Tirana (ibu kota Albania) dan anak yang duduk di sebelah saya menangis tanpa henti,” kata Balochi. ** Baca juga: Pasangan Kekasih di Australia Tertangkap Kamera Google Maps Bercinta di Pinggir Jalan

Ia juga menceritakan bagaimana momen lucu tersebut terjadi. Awalnya, orang-orang dalam pesawat mencoba mengalihkan perhatian anak tersebut, namun hasilnya nihil.

“Pertama, orang-orang yang duduk di sekitarnya mencoba mengalihkan perhatiannya, tetapi ketika ini tidak berhasil, sekelompok pria termasuk saya sendiri mulai menyanyikan Baby Shark, dan semakin banyak orang bergabung,” ujarnya.

Setelah dinyanyikan Baby Shark oleh para penumpang di pesawat, anak tersebut terlihat menjadi lebih tenang.(ilj/bbs)




Lagu ‘Baby Shark’ Jadi Metode Pemkot Florida untuk Usir Tunawisma

Kabar6-Lagu anak-anak berjudul Baby Shark dan sejenisnya, diputar berulangkali di Waterfront Lake Pavilion, tempat yang sering digunakan untuk mengadakan acara pribadi seperti pernikahan dan bar mitzvah.

Bukan tanpa tujuan, lagu tersebut sengaja diputar oleh pejabat Pemerintah Kota (Pemkot) Florida untuk mengusir tunawisma dari area publik. Menurut Direktur Rekreasi dan Taman West Palm Beach bernama Leah Rockwell, melansir MSN, metode yang dipilih pejabat kota tersebut dinilai efektif dan merupakan tindakan sementara.

“Kami tidak memaksa individu untuk tinggal di teras paviliun untuk mendengarkan musik. Musiknya terdengar hanya jika Anda berada di teras, area yang sangat kecil dibandingkan dengan daerah tepi laut lainnya,” kata Rockwell.

Namun hal ini menuai kritik dari beberapa orang tunawisma dan dari para advokat yang berupaya untuk membebaskan mereka dari jalanan.

Dikatakan, kota itu seharusnya mengundang orang daripada mengusir mereka, dan bahwa taktik tersebut mengabaikan akar penyebab tunawisma.

Sementara itu kota-kota telah lama menggunakan penghalang seperti paku-paku logam, bangku-bangku miring yang aneh dan penghalang trotoar untuk mencegah para tunawisma. ** Baca juga: Dianggap Anugerah dari Dewa, Sakal Tidak Keramas & Potong Rambut Sejak 40 Tahun Lalu

Di sisi lain, para tunawisma mengatakan bahwa taktik itu bermusuhan dan diskriminatif.(ilj/bbs)