1

Tingkatkan Angka Kelahiran, Wali Kota di Rusia Minta Suami untuk Hamili Istri Mereka

Kabar6-Wali Kota Nevinnomyssk wilayah Stavropol di Rusia, Mikhail Minenkov, meminta para suami untuk menghamili istri mereka, demi meningkatkan jumlah penduduk di kota tersebut. “Suami harus menghamili mereka malam ini juga,” tegas Minenkov.

Bukan tanpa alasan, melansir RT, faktanya di Nevinnomyssk yang berpenduduk sekira 117 ribu jiwa, hanya sekira 700 anak lahir setiap tahunnya. “Ada berbagai alasan mengapa orang enggan memiliki anak, termasuk keyakinan bahwa mereka belum mendapatkan cukup uang atau keinginan untuk hidup sendiri,” kata Minenkov.

Namun Minenkov bersikeras bahwa angka kelahiran yang rendah adalah jalan menuju ‘degradasi’ masyarakat. “Jika jumlah kita sedikit, kita akan kalah di mana pun dan dalam segala hal,” ungkap Minenkov. “Jelas bahwa ada lebih dari 700 perempuan sehat dan kuat yang mampu menjadi ibu di Nevinnomyssk.”

Ditambahkan, “Saya ingin berbicara kepada para pria. Malam ini, sembunyi-sembunyilah ke orang-orang tercinta agar tepat dalam sembilan bulan, bukan 700, tapi 10 ribu anak yang lahir.”

Menurut Minenkov, agar angka kelahiran meningkat, ‘seseorang tidak boleh tidur, makan, atau minum; sebaliknya, seseorang harus jatuh cinta’. Minenkov yang memiliki tiga orang anak ini mengakui bahwa komentarnya ‘mungkin terdengar naif dan lucu’.

Namun dia menegaskan, mengembangkan masyarakat dengan melahirkan lebih banyak anak ke dunia ini adalah ‘program utama pembangunan kota kami, wilayah kami, dan Rusia secara keseluruhan’.

Badan statistik negara Rosstat melaporkan awal bulan ini bahwa 1,16 juta orang lahir di Rusia antara Januari dan November tahun lalu. Dikatakan, penurunan populasi secara alami sebesar 19,3 persen dibandingkan periode yang sama pada 2022.

Rosstat juga mempresentasikan perkiraan demografisnya untuk 2046 pada Januari. Menurut skenario paling optimis, populasi Rusia akan bertambah 4,59 juta orang dan mencapai 150,87 juta orang pada saat itu.

Sementara skenario pesimistis menyebutkan, jumlah penduduk yang tinggal di Rusia bisa berkurang 15,4 juta menjadi 130,6 juta pada 2046.(ilj/bbs)




Stroller Hewan Lebih Laku Ketimbang Stroller Bayi Tunjukkan Krisis Populasi di Korsel

Kabar6-Krisis populasi disebut tengah melanda Korea Selatan (Korsel). Selain menurunnya angka kelahiran, untuk pertama kalinya penjualan stroller hewan peliharaan lebih laku ketimbang stroller bayi.

Menurut data Gmarket, operator platform e-commerce di Korsel, melansir Koreaherald, sebanyak 43 persen dari total jumlah kereta dorong bayi yang dijual di platform tersebut selama tiga kuartal pertama tahun 2023 adalah untuk bayi manusia, sedangkan 57 persen sisanya adalah kereta dorong bayi yang dirancang untuk hewan, terutama anjing dan kucing.

Rasio penjualan kereta dorong bayi terhadap total kereta dorong bayi terus menurun dari 67 persen pada 2021, 64 persen pada 2020, dan 43 persen pada 2023. Sementara itu, rasio penjualan kereta dorong hewan peliharaan terus meningkat dari 33 persen pada 2021 menjadi 36 persen pada 2022 dan 57 persen pada 2023.

Angka-angka tersebut mencerminkan beberapa tren yang meningkat, seperti rendahnya jumlah bayi baru lahir di negara ini dan meningkatnya jumlah orang yang hidup dengan hewan peliharaan. Menurut Statistik Korea, tingkat kesuburan total adalah 0,78 pada 2022, terendah di dunia. Angka tersebut diperkirakan akan turun lebih jauh lagi.

Organisasi statistik nasional mengatakan, tingkat kesuburan diperkirakan sebesar 0,72 tahun ini dan turun di bawah 0,7 hingga 0,68 pada tahun 2024 sebelum meningkat lagi. Sementara itu, jumlah rumah tangga yang memelihara hewan peliharaan semakin meningkat.

Data dari Kementerian Pertanian, Pangan, dan Pedesaan menunjukkan bahwa lebih dari enam juta rumah tangga memiliki hewan peliharaan pada tahun lalu, dibandingkan dengan 3,6 juta rumah tangga pada 2012.(ilj/bbs)




Singapura Izinkan Wanita Bekukan Sel Telur Akibat Penurunan Tingkat Kesuburan

Kabar6-Pemerintah Singapura mengizinkan wanita yang berusia 21-38 tahun membekukan sel telurnya karena alasan non-medis. Mereka secara legal dapat memilih untuk menjalani pembekuan sel telur sesuai dengan peraturan Layanan Bantuan di bawah Undang-Undang Layanan Kesehatan.

Bukan tanpa lasan, melansir channelnewsasia, langkah penting ini diharapkan dapat mengatasi penurunan tingkat kesuburan di Singapura, yang tercatat sebesar 1,1 bayi per wanita pada 2020, angka yang termasuk terendah di dunia saat ini, dengan rata-rata global 2,4 bayi per wanita. Pemerintah mengatakan, langkah tersebut diambil setelah meninjau bukti-bukti internasional dan lokal, serta mempertimbangkan keinginan wanita untuk mempertahankan kesuburan mereka karena ‘kondisi pribadi’ seperti tidak dapat menemukan pasangan ketika mereka masih muda.

Usia rata-rata wanita yang baru pertama kali menjadi ibu di negara tersebut telah meningkat menjadi 31 tahun pada 2020, dibandingkan dengan 30,3 tahun pada 2013. Pihak berwenang menegaskan kembali bahwa hanya pasangan yang menikah secara sah yang diperbolehkan menggunakan telur beku untuk prokreasi.

Pembekuan sel telur dapat memberikan banyak manfaat bagi wanita di Singapura, khususnya bagi mereka yang ingin menjaga kesuburan untuk kehamilan di masa depan. Dengan tingginya biaya hidup, jam kerja yang panjang, dan pasar kerja yang kompetitif, banyak wanita Singapura mungkin ingin fokus pada karier atau tujuan pribadi mereka sebelum memulai sebuah keluarga.

Kementerian Kesehatan mengizinkan wanita menyimpan sel telur beku mereka selama yang diinginkan. Namun hanya pasangan suami istri yang sah yang boleh menggunakan sel telur beku milik wanita tersebut untuk mencoba mendapatkan bayi melalui program bayi tabung (IVF).(ilj/bbs)




Angka Kelahiran Turun, Jepang Tawarkan Uang untuk Wanita yang Bersedia Bekukan Sel Telurnya

Kabar6-Pemerintah Jepang di Tokyo bakal memberikan uang bagi wanita yang ingin membekukan sel telur mereka, sebagai salah satu upaya untuk mengendalikan penurunan populasi dan angka kelahiran yang sudah mencapai tahap ‘mengkhawatirkan’.

“Kami mengakui bahwa penurunan angka kelahiran berada dalam situasi kritis. Dalam pemahaman saya, berbagai macam faktor berperan, mencegah individu dalam mewujudkan harapan mereka akan pernikahan, kelahiran anak dan pengasuhan anak,” ungkap Yoshihiko Isozaki, Wakil Kepala Sekretaris Kabinet Jepang.

Dalam sebuah program baru, melansir Asahi, pemerintah akan membantu dana sekira Rp33 juta dengan kuota sampai 300 warga Tokyo, yang ingin membekukan sel telur, metode agar wanita tetap bisa hamil di masa depan. ** Baca juga: Texas Dihujani Batu Luar Angkasa Seberat Sekira 500 Kg

“Ada banyak karyawan yang bingung memilih antara meniti karier dan menentukan waktu untuk hamil dan punya anak,” kata seorang perwakilan perusahaan kosmetik Pola. Ia pun menyambut program itu sebagai inisiatif yang baik.

Diketahui, orang yang meninggal di Jepang pada tahun silam sekira dua kali lebih banyak daripada yang lahir, dengan kurang dari 800 ribu kelahiran dan sekira 1,58 juta kematian. PM Jepang sendiri berjanji menggandakan pengeluaran untuk anak-anak dan keluarga dalam upaya untuk mengendalikan penurunan itu.

Populasi telah turun menjadi 124,6 juta dari puncaknya lebih dari 128 juta pada 2008, dan laju penurunan makin meningkat. Sementara proporsi orang berusia 65 tahun atau lebih meningkat jadi lebih dari 29 persen pada 2022.

Meski sebenarnya di Korea Selatan (Korsel) angka kesuburan lebih rendah, populasi Jepang menurun lebih cepat.(ilj/bbs)




Angka Kelahiran Anjlok, Tiongkok Bolehkan Pasangan Punya Anak Tanpa Menikah

Kabar6-Untuk pertama kalinya selama enam dasawarsa terakhir, angka populasi Tiongkok tahun lalu turun, dan kondisi ini menggambarkan krisis demografi yang kian parah di Negeri Tirai Bambu.

Untuk mengatasi angka kelahiran yang anjlok, Pemerintah Provinsi Sichuan mengumumkan aturan, pasangan boleh memiliki anak tanpa perlu menikah. Melansir theguardian, saat ini pemerintah Sichuan membolehkan pasangan menikah untuk punya dua sampai tiga anak, namun mulai 15 Februari mendatang, semua warga termasuk yang belum menikah, bisa mendaftarkan jumlah anak mereka sebanyak-banyaknya.

Di Tiongkok, mendaftarkan kelahiran anak membuat orangtua bisa mendapatkan berbagai fasilitas seperti asuransi bersalin. Selain itu, anak nantinya juga bisa mendapat jaminan sosial seperti kesehatan dan pendidikan.

Seorang pejabat dari Komisi Kesehatan Sichuan mengatakan, kebijakan ini bertujuan menjaga hak-hak ibu tunggal, bukan untuk mendorong pasangan tanpa menikah menjadi orangtua. Pihak komisi mengumumkan, kebijakan ini akan ‘menyeimbangkan populasi dalam jangka panjang’.

Dengan kebijakan ini, maka orangtua tunggal di Sichuan mendapatkan akses terhadap fasilitas seperti yang didapat pasangan menikah, seperti asuransi bersalin yang mencakup kesehatan sebelum melahirkan, biaya melahirkan, dan cuti melahirkan.

Saat ini, populasi Provinsi Sichuan mencapai 83 juta jiwa, kelima terbanyak di Tiongkok. Krisis demografi di Tiongkok yang diperkirakan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun mendatang membuat para pembuat kebijakan khawatir.

Akhirnya pada 2015, Pemerintah Tiongkok mencabut kebijakan lama yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun, yaitu aturan hanya boleh punya ‘satu anak’. Kebijakan satu anak'” itu ternyata meningkatkan populasi lansia dan memperkecil jumlah angkatan kerja yang bisa mengganggu stabilitas sosial dan ekonomi negara.

Untuk mengatasi anjloknya angka kelahiran, pemerintah Tiongkok lantas membolehkan pasangan menikah punya dua anak. Namun setelah sempat naik pada 2016, angka kelahiran terus turun. ** Baca juga: Pria di Kolombia 3 Kali Jadi Korban Salah Tangkap Karena Punya Nama yang Sama dengan Raja Narkoba

Pada 2021 pemerintah kemudian membolehkan pasangan menikah punya tiga anak dan mendukung jumlah keluarga yang lebih besar.(ilj/bbs)




Sejumlah Desa di Tiongkok Berikan Insentif Uang Tunai pada Pasangan yang Punya Banyak Anak

Kabar6-Pemerintah Tiongkok yang tengah menghadapi krisis demografi, mengesahkan kebijakan meningkatkan batas jumlah keluarga yang diizinkan, dengan memperbolehkan setiap pasangan memiliki tiga anak.

Sayangnya, tidak sedikit pasangan yang masih ragu untuk menambah jumlah anggota keluarga mereka. Karena itulah, melansir Globaltimes, beberapa desa di Tiongkok kini menawarkan insentif uang tunai untuk mendorong lebih banyak kelahiran. Desa Huangzhugen di Kota Lianjiang, Provinsi Guangdong selatan, akan membayar penduduknya hingga sekira Rp7 juta per bulan untuk bayi yang lahir setelah 1 September.

Keluarga akan menerima subsidi bulanan hingga bayi mereka berusia dua setengah tahun, yang bisa berjumlah lebih dari Rp213 juta per bayi. Menurut data resmi pendapatan tahunan rata-rata di Lianjiang adalah Rp46 juta per orang pada 2019.

Kebijakan tiga anak adalah langkah terbaru dalam upaya pemerintah Tiongkok untuk meningkatkan tingkat kesuburan negara di tengah populasi yang menua dengan cepat dan angkatan kerja yang menyusut. ** Baca juga: Segerombolan Babi Hutan yang Kelaparan Serbu Kota Roma

Pemerintah Tiongkok mengumumkan perubahan kebijakan hanya beberapa minggu setelah sensus 2020 diterbitkan, yang menunjukkan populasi di Negeri Tirai Bambu itu tumbuh pada tingkat paling lambat dalam beberapa dekade.

Langkah-langkah serupa juga telah diterapkan di negara-negara Asia lainnya yang mengalami krisis demografis serupa, seperti Kota Nagi di Jepang. Di Singapura, yang memiliki salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia, pemerintahnya tahun lalu menawarkan insentif satu kali kepada calon orang tua selama pandemi virus Corona.(ilj/bbs)




Angka Kelahiran Turun Drastis, Tiongkok Ubah Kebijakan dengan Izinkan Pasutri Miliki 3 Anak

Kabar6-Pemerintah Tiongkok melakukan perubahan kebijakan besar perihal kelahiran bayi, setelah sebelumnya mereka membatasi pasutri hanya boleh memiliki dua anak.

Namun setelah data terbaru menunjukkan penurunan dramatis dalam kelahiran di negara terpadat di dunia itu, melansir channelnewsasia, pemerintah Tiongkok mengumumkan bahwa pasangan yang sudah menikah diizinkan memiliki hingga tiga anak.

Pada 2016 lalu, Negeri Tirai Bambu ini membatalkan kebijakan satu anak yang telah berusia puluhan tahun, dengan mengubahnya menjadi batasan dua anak. Namun, kebijakan itu gagal menghasilkan lonjakan kelahiran yang berkelanjutan karena tingginya biaya membesarkan anak di kota-kota Tiongkok.

Data sensus yang dilakukan sekali dalam satu dekade menunjukkan, populasi tumbuh pada tingkat paling lambat selama dekade terakhir sejak 1950-an.

Data juga menunjukkan tingkat kesuburan hanya 1,3 anak per wanita untuk tahun 2020 saja, setara dengan masyarakat lansia seperti Jepang dan Italia. ** Baca juga: Pria Korut Dieksekusi Tembak di Depan Keluarganya Karena Jual Film Korsel

Perubahan itu telah disetujui selama pertemuan politbiro (organisasi eksekutif untuk beberapa partai politik) yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping.

“Untuk lebih mengoptimalkan kebijakan kelahiran, (Tiongkok) akan menerapkan kebijakan satu pasangan bisa memiliki tiga-anak,” demikian bunyi laporan kantor berita Tiongkok, Xinhua.

Ditambahkan, “Perubahan kebijakan akan datang dengan langkah-langkah yang mendukung, yang akan kondusif untuk meningkatkan struktur populasi negara kita, memenuhi strategi negara untuk secara aktif mengatasi populasi yang menua dan mempertahankan keuntungan, pemberian sumber daya manusia.”

Sayangnya, pengumuman itu mendapat tanggapan dingin di media sosial Tiongkok, di mana banyak orang mengatakan mereka tidak mampu memiliki bahkan satu atau dua anak.

“Saya bersedia memiliki tiga anak jika Anda memberi saya 5 juta yuan (US$785 ribu),” tulis seorang pengguna di Weibo.(ilj/bbs)




Dorong Angka Kelahiran, Jepang Bantu Warganya Cari Jodoh dengan Bantuan Teknologi AI

Kabar6-Pemerintah Jepang tengah berupaya meningkatkan angka kelahiran yang semakin menurun di Negeri Matahari Terbit itu, salah satunya dengan cara mencarikan jodoh bagi para warganya yang jomblo.

Cara itu diupayakan, melansir soranews24, melalui bantuan perkembangan kecerdasan buatan atau teknologi AI sebagai ‘mak comblang’ bagi jomblo untuk menemukan pasangan yang tepat. Ya, pemerintah akan mencoba membantu para lelaki dan perempuan lajang untuk menemukan cinta sejati, sehingga mereka menikah dan mulai membangun sebuah keluarga.

Saat diketahui jumlah pernikahan tahunan di Jepang telah turun. Pada 2000, terjadi 800 ribu pasangan menikah, dan pada 2019 hanya dicatat ada 600 ribu pasangan saja.

Sekira 25 dari 47 prefektur di Jepang saat ini memiliki semacam layanan perjodohan yang dikelola pemerintah untuk para lajang. Pengguna cukup mengisi preferensi mengenai calon pasangan seperti usia, pendapatan, dan tingkat pendidikan. Layanan kencan kemudian memberikan daftar pengguna lain yang memenuhi kriteria tersebut.

Sementara itu kantor Kantor Kabinet menganggap, layanan kencan saat ini tidak cukup canggih untuk membantu para jomblo menjalin hubungan yang langgeng. Karena itulah, pemerintah menggunakan bantuan teknologi AI.

Sistem kencan dengan kecerdasan buatan ini baru akan bekerja dengan meminta pengguna menjawab pertanyaan yang lebih spesifik dan telah disesuaikan dengan nilai-nilai pribadi pengguna pada berbagai topik. Pengguna juga harus memberikan lebih banyak informasi tentang hobi dan minatnya.

Dengan menggunakan layanan yang lebih berorientasi pada kepribadian ini, memungkinkan tingkat kecocokan pasangan yang lebih tinggi dan dapat mengarah pada pernikahan.

Pemerintah juga akan membayar dua pertiga dari biaya untuk memperkenalkan dan mengoperasikan sistem AI yang baru dan lebih baik. ** Baca juga: 4 Kasus Hewan Hilang di Sejumlah Wilayah Diduga untuk Ritual Mistis

Kantor Kabinet Jepang saat ini meminta persetujuan anggaran sebesar dua miliar yen untuk layanan kencan dengan kemampuan AI yang baru. Layanan ini akan diluncurkan pada awal musim semi.

Urusan jodoh para jomblo di Jepang pun dibantu pemerintah.(ilj/bbs)




Singapura Bayar Warganya untuk Punya Anak Karena Angka Kelahiran Rendah Akibat Pandemi COVID-19

Kabar6-Untuk mengatasi angka kelahiran yang rendah, pemerintah Singapura menawarkan untuk membayar warganya yang akan menjadi calon orangtua pada masa pandemi COVID-19 ini.

Wakil Perdana Menteri Singapura bernama Heng Swee Keat, melansir CNN, mengatakan bahwa insentif itu diberikan untuk membantu meyakinkan orang-orang menghadapi tekanan keuangan dan khawatir akan pekerjaan mereka.

“Kami telah menerima masukan bahwa COVID-19 menyebabkan beberapa calon orang tua menunda rencana menjadi orang tua,” kata Heng. “Ini sangat bisa dimaklumi, apalagi mereka menghadapi ketidakpastian pendapatan.”

Dijelaskan Heng, pembayaran itu akan membantu biaya mengurus anak yang dibutuhkan orangtua. Namun belum diketahui besaran nominal yang akan didapatkan warga Singapura.

Meskipun Singapura sukses mengatasi virus Corona, negara itu tak dapat menghindari resesi yang dalam. PDB (Produk Domestik Bruto) kemungkinan menyusut 12,6 persen pada kuartal II dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Ekonom menyebut, ini merupakan penurunan paling tajam dalam catatan sejarah Singapura.

Di samping tekanan ekonomi, Singapura juga memiliki masalah kependudukan. Negara ini memiliki tingkat kelahiran terendah di dunia. Pemerintah telah berkali-kali memperbaiki kondisi itu sejak 1980-an dengan kampanye publik yang mendorong persalinan dan memberikan insentif keuangan serta pajak yang dapat menghentikan kemerosotan angka kelahiran.

Tingkat kelahiran di sana hanya 1,14, artinya seorang wanita rata-rata hanya melahirkan seorang anak. Posisi Singapura ini sejajar dengan Hong Kong, namun lebih baik daripada Korea Selatan dan Puerto Rico.

Agar Singapura tak kekurangan warga negara, wanita di sana harus memiliki rata-rata 2,1 bayi. Namun hal itu bukanlah perkara mudah, mengingat di negara maju terjadi penurunan proporsi pasangan dan berkurangnya peran gender tradisional yang menyebabkan tingkat kesuburan turun secara global.

“Seperti banyak negara maju, tantangan utama populasi Singapura adalah kesuburan yang rendah dan populasi yang menua,” demikian tulis pemerintah dalam laporan 2011. ** Baca juga: Seperti Ada yang Menggelinding dalam Perut, Ternyata Ginjal Wanita Ini Jatuh ke Panggul

“Tujuan kami adalah untuk mencapai populasi berkelanjutan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kohesi sosial, sehingga Singapura tetap bersemangat dan layak huni,” terang pemerintah Singapura.(ilj/bbs)




Tanaka, Manusia Tertua di Dunia Asal Jepang Rayakan Ulang Tahun ke-117

Kabar6-Kane Tanaka, pemegang rekor sebagai manusia tertua di dunia, merayakan ulang tahun yang ke-117 beberapa waktu lalu. Wanita asal Jepang ini merayakan ulang tahun di sebuah rumah jompo di Fukuoka, wilayah selatan Jepang.

Pada 9 Maret 2019 lalu, melansir japantimes, Tanaka dinobatkan oleh rekor dunia Guinness World Records sebagai orang tertua yang hidup di dunia. Ketika itu, usianya 116 tahun. Usia Tanaka juga menjadi simbolik tingginya populasi lansia di Negeri Sakura, bertolak belakang dengan angka kelahiran yang turun signifikan.

Kementerian Kesejahteraan Jepang menyebut jumlah angka kelahiran di Jepang pada 2019 lebih rendah dari yang diperkirakan atau kurang dari 900 ribu kelahiran. Angka itu untuk pertama kali terendah sejak Tokyo mengumpulkan data kelahiran pada 1899. ** Baca juga: Arkeolog Temukan Sisa Reruntuhan Pabrik Saus Ikan Peninggalan Bangsa Romawi Berusia 2.000 Tahun

Diketahui, Tanaka lahir prematur pada 1903 dan menikah dengan pria Jepang bernama Hideo Tanaka pada 1922 atau saat berusia 19 tahun. Pasangan ini memiliki empat anak dan mengadopsi satu anak.(ilj/bbs)