oleh

Pudarnya Semarak Imlek Dimata Pedagang Pasar Lama Tangerang

image_pdfimage_print

Kabar6-Chung Ciea yang berarti Hari Raya Musim Semi atau biasa disebut Tahun Baru Imlek 2566, tinggal menghitung hari. Ya, bagi warga Tionghoa, Imlek merupakan sebuah perayaan terpenting dalam hidup.

 

 

 

Seperti biasa, aneka kegiatan pun selalu mewarnai semarak perayaan Imlek. Mulai dari menghias rumah dengan pernak-pernik Imlek, menyiapkan menu khas Imlek hingga mempersiapkan persembahyangan dengan nuansa Imlek.

 

Namun, percaya atau tidak, kemeriahan perayaan Imlek diakui sebagian pihak mulai berkurang, dibanding masa-masa awal ditetapkannya Imlek menjadi hari besar nasional pada 2002 lalu.

 

Hal itu setidaknya diakui Rizal (50), pedagang pernak pernik Imlek di kawasan China Town, Pasar Lama, Kota Tangerang. Maklum, sejak beberapa tahun terakhir, omset niaga pernaik-pernik Imlek dirasakan terus merosot.

 

“Sudah tiga tahun terakhir, omset dagangan pernak-pernik Imlek terus merosot,” keluh Rizal saat ditemui kabar6.com, Sabtu (7/2/2015).

 

Rizal mengklaim, bila tahun 2013 lalu, dalam dua bulan berdagang pernak pernik Imlek dirinya bisa untung hingga Rp. 30 juta, tapi sekarang hal itu dianggapnya mustahil.

 

“Kalau sekarang, boro-boro dapet untung sebesar itu. Bisa untung Rp. 10 juta saja rasanya sulit,” tutur Rizal.

 

Namun demikian, pria asal kuningan, Jawa Barat itu mengaku tidak mengetahui persis apa yang menyebabkan berkurangnya kemeriahan Imlek tersebut.

 

“Kalau ditanya kenapa, saya tidak tahu pasti. Tapi yang jelas, perayaan Imlek sekarang tidak semeriah beberapa tahun lalu,” ujar pria yang mengaku sudah 8 tahun berjualan pernak pernik Imlek dikawasan itu.

 

Hari, pedagang pernak-pernik Imlek lainnya di kawasan China Town, juga mengungkapkan hal serupa. Bahkan, dia memprediksi bila anjloknya omset penjualan pernak-pernik Imlek tahun ini, bisa tembus sampai 50 persen dibanding sebelumnya.

 

“Lihat saja buktinya, sampai dua pekan menjelang Imlek pun pembeli masih sepi begini. Padahal, sebelumnya dua pekan menjelang Imlek pembeli sudah ramai,” ujar Hari sembari menunjuk barang dagangannya yang masih menumpuk.

 

Dirasakan Hari, bila jenis pernak-pernik Imlek yang hingga kini masih dilirik pembeli hanyalah gambar (stiker) kambing. Itu pun karena saat ini adalah tahun kambing kayu, sebagaimana merujuk kepercayaan warga Tionghoa.

 

“Itu semua barang, seperti kertas angpau, gantungan, hingga lampion, masih numpuk. Dari kemarin cuma ada beberapa buah lampion yang dibeli oleh pihak pengurus Kelenteng Boen Tek Bio,” ujar Hari.

 

Sedianya, Hari dan teman-temannya mengaku berbelanja aneka pernak-pernik Imlek tersebut di wilayah Pasar Baru, Jakarta Pusat. Sedangkan barang pernak-pernik Imlek yang dijual Hari dan teman-temannya, tidak terlalu jauh dengan harga yang dijual di Pasar Baru.

 

Seperti kertas angpau, tersedia mulai dari harga Rp.10 ribu satu sampai yang Rp. 10  ribu lima. Lampion, mulai dari harga Rp. 70 ribu sampai yang Rp. 180 ribu. Sedangkan gantungan dijual dengan harga Rp. 10 ribu tiga.

 

Hari berharap, semarak Imlek bisa kembali menggeliat seperti dulu. Tujuannya tak lain agar dagangannya bisa kembali menjadi tonggak dalam ekonomi keluarganya. Namun bila tidak, Hari mengaku sudah siap untuk putar haluan mencari pekerjaan baru.(tom migran)

Print Friendly, PDF & Email