oleh

Mobilitas Hasil Produk WTA Mesti Dinikmati Publik

image_pdfimage_print
Menteri Kabinet Kerja terima ‎cinderamata dari Presiden WTA.(yud)

Kabar6-Sejumlah Walikota termasuk dari kalangan kaum hawa, punya pandangan yang saling berbeda soal konsep kota cerdas atau smart city.

Pemaparan para kepala daerah itu disampaikan dalam ajang pagelaran Tangerang Selatan Global Innovation Forum (TGIF) 2016, yang dihelat di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan (Puspiptek), Kecamatan Setu.

Sebut saja diantara mereka adalah Walikota Tangsel, Airin R‎achmi Diany, yang bertindak sebagai tuan rumah perhelatan skala internasional ini.

Begitupun dengan sejumlah kepala daerah anggota WTA lainnya, yang turut memaparkan formulasi serta metode eksekusi untuk menata wajah sudut perkotaan.

Wilayahnya masing-masing sedang coba disulap menjadi asri, nyaman, serta menyenangkan sebagai kawasan hunian dan ruang berinteraksi bagi warganya.

“Konsep smart city bukan mengubah kota menjadi serba canggih,” kata Airin, Jum’at (23/9/2016).

Menurutnya, terobosan konsep smart city harus mampu mendorong berbagai dimensi ruang‎. Dan, target sasarannya bukan hanya menyentuh ilmu pengetahuan dan teknologi semata.

Tetapi juga mampu menyokong perubahan mobilitas ekonomi, sosial dan budaya masyarakat yang begitu majemuk.

“Bukan yang dimana-mana pakai akses digitalisasi. Tap‎i lebih bagaimana masyarakatnya bisa ikut mengimbangi perubahan dan perkembangan dunia sains teknologi,” ‎ujarnya.

Airin bilang, kini Pemerintah Kota Tangsel pun sedang serius menyiapkan konsep smart city. Sebab, tanpa adanya peran serta dari pemerintah daerah selaku regulator, maka mustahil keinginan itu dapat dengan mudah terwujud.

“Setiap kebijakan tentunya perlu ada regulasi. Dan, dampaknya dapat langsung dirasakan oleh semua elemen masyarakat, atas lahirnya temuan sains‎ dan teknologi terbaru,” ujar politikus Partai Golkar itu.

Wilayah perkotaan yang dipimpin Airin termasuk diantara 90 anggota dari 30 negara-negara di dunia yang tergabung dalam World Technopolis Association (WTA).

Jika dimanfaatkan secara optimal, bukan mustahil Kota Tangsel mampu menyaingi Kota Daejeon di Korea Selatan.

Apalagi dari dukungan di kota termuda Provinsi Banten ini punya Puspiptek sebagai sarana laboratorium riset ilmu pengetahuan dan teknologi terbesar di Indonesia.

Selama ini produk-produk yang dihasilkan oleh para peneliti di Tanah Air cenderung belum mampu dilirik.

Sedangkan di Negeri Gingseng telah semakin sukses menciptakan banyak produk-produk berteknologi tinggi dibanderol dengan harga kompetitif.**Baca juga:  Buka WTA, Menteri Puan “Kebelibet” Ucap Meminimalisir.

Beraneka jenis produk buatan Korea bukan hanya mampu membanjiri pangsa pasar dunia, tapi‎ bahkan bisa laris manis.**Baca juga: Pengelolaan Buruk, 200 Koperasi di Cilegon Mati Suri.

Sistem purna pemasaran dapat moncer karena produknya sangat mudah diterima oleh jutaan konsumen. Sebut saja seperti jenis merk dagang Samsung dan LG.
Maka tak heran bila kini produk buatan Korea merajai pasar telepon pintar atau smartphone.(yud)‎

Print Friendly, PDF & Email