oleh

Greenpeace Desak Pabrik Sepatu Adidas Ungkap Soal Penggunaan Bahan Kimia Beracun

image_pdfimage_print

Kampanye Greenpeace di seluruh dunia.(foto:Greenpeace )

Kabar6 – Pabrik sepatu Adidas di Desa Telaga Kecamatan Cikupa, Tangerang diharapkan segera mengungkapkan tentang bahan kimia apa saja yang digunakan untuk membuat produk ikonik yang dijual dan dipakai oleh pemain sepak bola di seluruh dunia.

Juru kampanye Detox Greenpeace Indonesia Ahmad Ashov meminta agar pabrik sepatu Adidas untuk tranparansi dengan mengungkapkan informasi buangan bahan kimia yang dihasilkannya itu kepada publik.

“Sudah saatnya mereka (pabrik sepatu Adidas) transparan dengan mengungkapkan informasi buangan bahan kimia yang mereka gunakan untuk membuat sepatu kepada publik,” kata Ahmad Ashov kepada wartawan di Jakarta, Senin (24/4/2017).

Ia mengatakan, Greenpeace menemukan bahwa pada sepatu bola ikonik adidas ‘Predator’ ditemukan PFC dengan kadar 14 kali dari batas yang ditentukan oleh perusahaan itu sendiri dan dinyatakan sebagai bahan kimia yang berbahaya.

“Greenpeace Jerman melaporkan adanya indikasi kesengajaan penggunaan bahan kimia, seperti nonylphenol ethoxylates (NPE), perfluorinated chemical (PFC),dan dimethylformamide (DMF) dalam proses produksi sepatu bola, sarung tangan kipper, ” kata Ahmad Ashov.

Ia menambahkan Greenpeace juga menyatakan bahwa hampir sepertiga produk yang diuji, dibuat dan dijual di Indonesia, dan semuanya mengandung bahan-bahan kimia berbahaya.

“Pemerintah Indonesia harus mengambil langkah-langkah progresif untuk menghilangkan bahan-bahan kimia berbahaya tersebut dan bahan kimia berbahaya lainnya yang beredar di pasaran. Untuk itu dibutuhkan pemimpin yang 100% berkomitmen terhadap masa depan bebas toksik,” kata Ahmad Ashov.

Dikutip dari Greners, Juru Kampanye Detox Greenpeace Jerman, Manfred Santen telah mendesak Adidas perusahaan sepatu asal Jerman untuk memaparkan data pembuangan semua bahan kimia berbahaya kepada publik.

“Kami sudah meminta Adidas menjelaskan data semua bahan kimia berbahaya yang mereka produksi kepada publik. Kami juga meminta mereka mengeluarkan rencana rinci penghapusan PFC secara bertahap,” kata Manfred Santen.

Manfred menambahkan bahan kimia seperti perfluorinated chemical(PFC) dan nonylphenol ethoxylates (NPEs) bisa masuk ke tubuh manusia dengan cara terhirup atau kontak langsung melalui kulit.

“Zat-zat berbahaya tersebut berpotensi menyebabkan kanker, mengganggu sistem hormonal, dan dapat menjadi racun bagi reproduksi,” tambahnya.(K6)

 

 

Print Friendly, PDF & Email