Sedianya, pembangunan instalasi air baru yang menghabiskan anggaran hingga Rp. 300 miliar itu untuk menyalurkan air di lima kecamatan yang kini tengah krisis air.
Direktur Umum (Dirum) PDAM TKR, Subekti mengatakan pembangunan pabrik air baru itu sudah dimatangkan PDAM Kabupaten Tangerang beberapa tahun lalu.
Hanya saja pembangunan instalasi air baru itu masih terkendala dengan tidak tersedianya lahan. Sedangkan target PDAM TKR membangun instalasi air seperti di Gading Serpong, terpaksa pupus karena wilayah itu telah menjadi kawasan bisnis pengembang swasta.
“Untuk itu kami akan membangun pabrik air itu di sekitar Lippo Karawaci, Kabupaten Tangerang dengan luas lahan antara 4 sampai 6 hektar,” kata Subekti, Minggu (23/12/2012).
Instalasi air baru itu nantinya akan mengaliri lima kecamatan di Kabupaten Tangerang yang krisis air bersih. Yakni, Kecamatan Pagedangan, Panongan, Curug, Bitung dan Legok.
Intalasi air baru itu akan menghasilkan air 500 liter per detik. Targetnya pada lima tahun kedepan, sekitar 70 ribu pelanggan bisa dialiri oleh air dari pabrik air baru itu.
Persiapan dari pembangunan pabrik air itu sudah dilakukan dengan Fisibility Studies (FS). “PDAM mengeluarkan dana Rp 300 miliar untuk membangun instalasi air baru itu. Jika lahan di sekitar Lippo Kawaraci sudah kami putuskan,” kata Subekti.
Menurutnya, saat ini PDAM Kabupaten Tangerang memiliki tiga IPA yakni di Serpong, Kota Tangerang Selatan dengan produksi air sebesar 3.000 liter per detik di Cikokol, Kota Tangerang yang memproduksi 1.500 liter air per detik.
Ada juga instalasi kecil di berbagai wilayah antara lain Teluk naga, Balaraja dan Tangerang dengan masing-masing kapasitas produksi rata-rata 100 liter per detik.
“Meski telah memiliki tiga instalasi air, namun krisis air tetap saja terjadi di Kabupaten Tangerang pada musim kemarau. Oleh karena itu, kami berniat membangun IPA baru,” kata Subekti.
Faktor krisis air itu, kata Subekti, karena pengelolaan air bersih dari hulu (Bogor) hingga ke hilir (Tangerang) belum terintegrasi. Buruknya manajemen sistem pengelolahan air tersebut menyebabkan terjadinya krisis air di Jakarta dan Banten.
Kondisi ini terlihat jika memasuki musim kemarau, Tangerang dan Jakarta termasuk wilayah Banten mengalami krisis air, seperti yang terjadi September 2012 lalu.
“Dengan belum terintegrasi sistem air tersebut, maka krisis air akan terus terjadi di wilayah DKI dan Banten. Seharusnya antara wilayah hulu dan hilir segera melakukan kebijakan water cycle management,” kata Subekti.
Kepala Humas PDAM TKR Nopie Irianto mengatakan, setiap kali menghadapi musim kemarau, PDAM TKR harus menambah biaya produksi sehingga air sungai tersebut bisa diolah dan menghasilkan air bersih dengan kualitas baik.
Alasannya, di saat musim kemarau air di Sungai Cisadane sulit diolah karena banyak terdapat limbah pabrik, limbah manusia dan limbah alam seperti eceng gondok serta sisa sampah.
“Kita harus mengeluarkan cost yang lebih tinggi untuk mengolah air baku ketika terjadinya musim kemarau karena banyak limbah di sungai,” kata Nopie Irianto.(Rah)