oleh

Apa Itu Sindrom Zombie?

image_pdfimage_print
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Anda penggemar film horor mungkin sering menonton film tentang mayat hidup atau zombie. Namun tahukah Anda, dalam kehidupan nyata pun sebenarnya ada mayat hidup yang disebut Sindrom Cotard, atau lebih populer dengan istilah Sindrom The Walking Dead, dengan penyebab kelainan mental?

Esme Weijun Wang, seorang penulis, menderita fenomena ini setelah beberapa bulan hidup dalam kebingungan dan depresi. Ia harus menata kembali hidupnya dan mencoba menjalani kenyataan di sekitarnya dan tak ada yang membuatnya puas.

Wang baru saja bangun kembali setelah beberapa minggu sebelumnya dinyatakan meninggal. Orang-orang di sekitar berusaha menjelaskan dan meyakinkan kalau ia hidup, tapi Wang lebih berpikir bahwa sesungguhnya ia sudah mati.

Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Dilansir tempo.co dari askdrmanny, para ilmuwan tak tahu banyak soal penyebab penyakit ini. Mereka hanya menganggap ada beberapa masalah di otak. Pertama adalah orang tersebut merasa melihat wajah-wajah yang pernah ia kenal, namun ia berpikir orang-orang itu tidak nyata atau bukan mereka yang memang ia kenal.

Sedangkan kedua adalah bagian otak yang berhubungan dengan emosi. Orang dengan sindrom mayat berjalan itu menunjukkan kurangnya minat pada orang-orang sekitar, makanan, dan aktivitas favoritnya.

Meski sindrom ini bisa muncul dalam beberapa cara yang berbeda, beberapa penderita percaya mereka sudah mati. Mereka tidak punya minat lagi terhadap kehidupan nyata yang mereka sukai. Beberapa orang lain merasa kehilangan organ-organ tubuh atau tubuhnya sudah membusuk. Tak jarang para penderitanya melakukan kekerasan, seperti berusaha bunuh diri atau melukai orang lain.

Dalam kasus sindrom mayat hidup lain, seorang penderita bernama Graham mengalami depresi berat. Ia merasa tak punya kepala dan otak, tak mau makan, sering ke pemakaman, dan beberapa kali mencoba bunuh diri.

Ketika para dokter memindai otaknya, mereka terkejut melihat rendahnya aktivitas di area yang mengontrol fungsi motorik dan daya ingat. Menurut neurolog Steven Laurey, otak Graham menunjukkan pola yang sama dengan seseorang yang sedang tertidur atau dalam pengaruh obat bius. ** Baca juga: Setiap Menit Anda Berdiri Akan Meningkatkan Kesehatan dari Waktu ke Waktu

Saat ini, para dokter merawat pasien dengan sindrom tersebut dengan beberapa pengobatan, termasuk antidepresan dan antipsikotik. Sebagian lagi menilai penyembuhan elektrokonvulsif lebih baik dari obat-obatan, tapi para ilmuwan kurang meneliti metode ini. Banyak penderita yang tidak lagi berdelusi setelah beberapa bulan, tapi ada pula yang menderita sampai bertahun-tahun.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email