Meski tujuannya baik agar para wanita malam memiliki keahlian, namun upaya ini tidak mudah dilakukan karena sempat mendapat penolakan dari para germo.
“Maminya banyak yang ngedumel saat kita datangi untuk ajak pelatihan,” kata Kepala Seksi terang Kepala Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial dan Napza Dinsosnakertrans Kota Tangsel, Hadiana, kepada kabar6.com di kantornya, Senin (2/9/2013).
Menurut Hadiana, para germo beralasan langkah pemerintah daerah memberikan pembinaan dan pelatihan hanya akan mengganggu kelancaran usahanya.
“Mereka, (germo) khawatir wanita malam yang selama ini mereka asuh akan berubah pikiran dan beralih profesi meninggalkan pria hidung belang,” ujar Hadiana lagi.
Hadiana mengaku tidak habis pikir, karena disaat pihaknya tengah gencar memerangi kemaksiatan, ternyata tapi masih ada oknum pegawai dari instansi lainnya yang mencoba mencari untung.
Hal itu terungkap setelah sejumlah germo mengaku bahwa setiap bulan telah memberikan upeti kepada oknum petugas.
“Germo-germo di Tegal Rotan pada patungan untuk bayar uang koordinasi (upeti) ke oknum sampai Rp 40 juta per bulan,” sesalnya.(yud)