oleh

Waspada, Stres Dapat Picu Demensia

image_pdfimage_print

Kabar6-Para ahli dari Alzheimer’s Society di Inggris, telah melakukan penelitian lebih dalam dan menemukan sebuah bukti ilmiah. Disebutkan, stres terjadi saat tubuh harus memberikan respon pada situasi yang dapat menimbulkan bahaya. Gejalanya antara lain jantung yang berdebar atau berdetak lebih cepat, berkeringat, dan otot yang tegang.

Gejala-gejala tersebut harusnya memudar, begitu bahaya berlalu. Tapi gejala tersebut justru terus berlanjut pada beberapa orang. Tentu saja stres yang berkepanjangan, bisa memberikan dampak serius dan memiliki efek negatif pada seseorang secara emosional, mental, serta fisik. Melansir gulalives, ada banyak alasan mengapa stres dapat memicu demensia. Karena stres mempengaruhi sistem kekebalan tubuh yang diketahui memainkan peran penting dalam perkembangan demensia itu sendiri. Hormon kunci yang dilepaskan ketika seseorang mengalami stres adalah hormon kortisol. Hormon ini terbukti berkaitan dengan masalah memori.

Stres juga berkaitan erat dengan kondisi seperti depresi dan kecemasan, yang menurut para peneliti dari Alzheimer’s Society juga bisa meningkatkan risiko demensia. Beberapa penelitian menemukan bukti, stres memiliki dampak langsung pada beberapa mekanisme yang mendasari demensia, saat dilakukan uji coba terhadap hewan.

Para peneliti mengaku kesulitan dalam menyelidiki hal ini, karena tiap orang pasti mengalami stres dengan cara yang berbeda, dan kemampuan mereka untuk mengatasinya pun tak sama. Jadi tidak mudah untuk mengukur secara tepat seberapa parah stres yang dirasakan oleh seseorang.

Hal ini karena ada juga faktor lain memainkan perannya dan sulit untuk dipisahkan seperti perasaan cemas, depresi, dan kurang tidur, di mana semuanya dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia. Komplikasi ini berarti bahwa sulit untuk melakukan penelitian dengan kualitas tinggi, tentang benar atau tidaknya stres dapat memicu demensia.

Stres memang memiliki peran sebagai pemicu demensia, tapi sebenarnya bukan menjadi faktor utama. Karena masih banyak yang harus dipahami tentang hubungan antara stres dan risiko demensia.

Sebuah penelitian yang didanai oleh Alzheimer’s Society, menguji kebenaran tentang hal ini. Clive Holmes, ketua penelitian tersebut, mengungkapkan bahwa memahami peran sistem kekebalan tubuh dalam risiko penyakit Alzheimer adalah penting.

Karena stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan perubahan pada sistem kekebalan tubuh. Ia juga mengungkapkan dalam penelitiannya, hal-hal seperti duka cita atau pengalaman traumatis, juga menjadi faktor yang dapat berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh.

Dalam penelitian tersebut, mereka memonitor 140 orang berusia di atas 50 tahun dengan masalah memori ringan, selama lebih dari 18 bulan. Penelitian dilakukan untuk tingkat stres dan setiap gerakan dari gangguan kognitif ringan, hingga demensia.

Dan sekira 60 persen dari mereka yang hidup dengan gangguan ini, terus mengembangkan Alzheimer. Hasil penelitian bahkan menunjukkan, stres yang dialami wanita paruh baya, 65 persen lebih mungkin berkembang menjadi demensia.

Ilmuwan dari Universitas Gothenburg di Swedia juga menemukan, mereka yang mengeluh stres secara berulang, termasuk masalah iritasi, kecemasan, atau gangguan tidur juga dapat mengembangkan demensia di usia tua, dibandingkan dengan mereka yang terbebas dari kekhawatiran tersebut. Stres juga dapat memicu kondisi berbahaya lain seperti penyakit jantung, diabetes, kanker, dan multiple sclerosis. ** Baca juga: Begini Cara Artis Korea Jaga Berat Badan Tetap Stabil

Lantas, mengapa stres dapat menyebabkan tekanan darah tinggi yang meningkatkan risiko serangan jantung? Karena jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa lebih banyak darah ke seluruh tubuh. Selain itu, kolesterol tinggi juga merupakan kondisi yang terjadi karena stres, sebab kolesterol merupakan hasil sampingan dari kortisol.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email