oleh

Wali Murid Tuding Pendidikan Gratis di Tangsel Cuma Isapan Jempol

image_pdfimage_print
Acara diskusi pendidikan di Kota Tangsel.(yud)

Kabar6-Setiap memasuki tahun ajaran baru, banyak orangtua wali murid di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dihadapkan pada persoalan serupa. Pungutan uang dengan berbagai dalil yang diberlakukan pihak sekolah, selalu membuat mereka tepuk jidat.

Kondisi itu telah diungkapkan langsung ‎lewat curahan hati alias curhat orang tua wali murid ke Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangsel, Mathodah S. Mereka menganggap program pendidikan gratis hanya isapan jempol.

“Di rumah saya banyak noh tipi, player VCD punya tetangga yang digadein,” kata Sofyan Hakim, warga Jombang, Kecamatan Ciputat di kantor LABH Tangsel,‎ Serpong, Jum’at (5/8/2016).

Pria berkacamata itu menyontohkan, seperti pungutan yang terjadi di SDN Jombang 5. Para orangtua dan wali murid diminta membayar buku Lembaran Kerja Siswa (LKS) sebesar Rp320 ribu.

Sofyan sebutkan, kemudian buku rapot senilai Rp15 ribu, uang tabungan wajib Rp15 ribu per hari. Kemudian uang baju seragam khas sekolah dikisaran Rp100 ribu per stel.

“Bagi orangtua yang berkecukupan enggak masalah. Tapi kalau kuli panggul pasar, tukang ojeg, ya pasti jerit,” terangnya.

Sofyan menambahkan, pihak sekolah akan memberikan sanksi bagi orangtua murid sampai waktu yang ditentukan tidak dapat melunasi‎ uang pungutan. Anak-anak terkena dampaknya langsung, terutama sisi psikologis. **Baca juga: Pedagang Mainan di Tangerang Akui Telah Cabuli Empat Bocah.

“Anak jam setengah tujuh pamit berangkat sekolah, dan jam delapan udah pulang karena disuruh gurunya. Alasannya, enggak pakai seragam ataupun enggak punya buku LKS,” tambahnya. **Baca juga: Pemuda Gerakan Indonesia Berbagi Nasi Bungkus di Tangsel.

Keluhan senada juga diutarakan oleh seorang warga lainnya yang mengaku bermukim di Kecamatan Pamulang.‎ Wanita yang enggan menyebutkan namanya itu mengaku sebelumnya bermukim di DKI Jakarta dan hijrah ke Kota Tangsel. **Baca juga: “Main Mata”, Bawaslu Banten Ancam Pecat Panwascam.

“Awalnya sih saya ngikutin aja, tapi lama-lama jengah juga. Sebentar-bentar bayar ini, bayar itu,” keluhnya.(yud)

Print Friendly, PDF & Email