oleh

Tsetse Si Penghisap Darah dari Afrika

image_pdfimage_print

Kabar6-Lalat tsetse menyebarkan parasit yang menyebabkan penyakit tidur mematikan, yang menyerang 60 ribu orang di Afrika setiap tahun. Panjang lalat ini mencapai 1,6 cm dari ujung kepala hingga ekor, dengan warna tubuh bervariasi antara cokelat muda dan cokelat tua, serta mempunyai dua antena di bagian kepalanya, sehingga perbedaanya akan tampak mencolok dibandingkan dengan lalat biasa.

Saat tidak terbang, kedua sayapnya dilipat secara bertumpuk di atas tubuhnya. Fosil tertua dari lalat jenis ini, dikutip dari beberapa sumber, pernah ditemukan di Colorado. Setelah dianalisa, usianya lebih dari 30 juta tahun yang lalu, sehingga Tsetse tergolong binatang purba yang masih eksis hingga saat ini. Namun mengingat Tsetse adalah makhluk yang berbahaya dan dapat berkembang biak dengan pesat, maka tidak diperlukan adanya upaya untuk melestarikan hewan tersebut.

Tsetse merupakan carrier (pembawa) bagi parasit Trypanosomiasis, jadi tidak menghasilkan racun dan tidak berbahaya sebelum ia sendiri tertular Trypanosomiasis. Lalat ini suka menghisap darah. Dan apabila darah korbannya telah terinfeksi Trypanosomiasis, maka Tsetse akan tertular parasit tersebut, sehingga dapat menyebarkan ke korban-korban berikutnya yang dihisap darahnya. Hal ini karena air liur dari lalat ini ikut masuk ke lubang gigitan saat ia menghisap darah.

Parasit Trypanosomiasis menyebabkan demam, migrain dan menimbulkan kantuk yang luar biasa. Korban dapat tertidur, biasanya disebut Sleeping Sickness, dan bila tidak segera disembuhkan maka korbannya tidak akan pernah bangun lagi alias meninggal dunia.

Hewan ataupun manusia dapat terinfeksi parasit ini dan juga dapat saling menularkan dengan perantara Tsetse. Cara pencegahan yang utama adalah tentu saja berusaha agar tidak tergigit oleh Tsetse, hindari wilayah yang merupakan habitat Tsetse, kemudian berusaha agar tubuh senantiasa fit dan sehat. Trypanosomiasis secara natural dapat terbasmi oleh kekebalan tubuh yang baik.

Celakanya, korban gigitan baik yang selamat karena memiliki kekebalan tubuh yang baik atau yang berhasil diobatipun telah menjadi carrier bagi Trypanosomiasis, sehingga berpotensi menularkan penyakitnya melalui transfusi atau perantara Tsetse.

Tsetse hidup di daerah berair seperti danau, rawa, dan juga wilayah hutan atau padang rumput yang lembap. Masa hidupnya adalah sekira 30 hingga 90 hari. Namun dalam masa hidupnya yang pendek itu, Tsetse dapat menyebarkan petaka pada banyak korbannya. ** Baca juga: Viral, Dokter Bedah Ini Jongkok Sambil Jaga Pasien Hingga Tertidur

Diperkirakan hampir 300 ribu orang meninggal setiap tahun akibat parasit Trypanosomiasis, akibat kurangnya obat-obatan dan keterlambatan diagnosa.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email