oleh

Tokoh Pendididikan Asal Banten Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

image_pdfimage_print

Kabar6-Pendiri Matla’ul Anwar (MA) KH Mas Abdurrahman diusulkan menjadi pahlawan nasional.

KH Mas Abdurrahman dinilai layak untuk menyandang gelar sebagai pahlawan nasional karena perannya sebagai tokoh pendidikan terkemuka sekaligus sebagai ulama Banten, serta aktif dalam memerjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.

H itu terungkap dalam seminar usulan KH Mas Abdurrahman di Pendopo Gubernur Banten, KP3B, Kecamatan Curug, Kota Serang, Rabu (18/12/2019).

Ketua Umum Pengurus Besar Matla’ul Anwar Sadeli Karim mengatakan, KH Mas Abdurrahman dkanggap layak untuk mendapatkan penghargaan sebagai pahlawan nasional.

Alasannya, almarhum adalah tokoh pendidikan terkemuka di Banten dan juga seorang ulama. Semasa hidupnya juga aktif dalam perjuangan kemerdekaan RI.

“Dalam rekam jejak sejarah, KH Mas Abdurrahman bersama rekannya KH E Mohammad Yasin dan KH Tb Mohammad Sholeh, dibantu oleh sejumlah ulama dan tokoh masyarakat di daerah Menes mendirikan MA pada 10 Ramadhan 1334 Hijriah atau 10 Juli 1916,” ungkapnya.

Lebih lanjut dipaparkan Sadeli, MA didirikan berselang empat tahun setelah berdirinya Muhammadiyah serta sepuluh tahun lebih awal dibanding Nahdlatul Ulama (NU). Muhammadiyah dirikan pada 18 Nopember 1912 di Yogyakarta oleh KH Ahmad Dahlan dan NU pada 31 Januari 1926 di Surabaya oleh KH Hasyim Asy’ari.

“Kini dalam usianya yang mencapai 103 tahun MS telah memiliki pengurus wilayah di 30 provinsi, 63 perguruan, dan ribuan madrasah di seluruh Indonesia. Bahkan telah memiliki perguruan tinggi, yakni Universitas Mathla’ul Anwar (UNMA). UNMA saat ini merupakan salah satu perguruan tinggi swasta terkemuka di Provinsi Banten,” tuturnya.

Dalam upaya membuktikan luasnya dukungan usulan tersebut, kata dia, tujuh Pengurus Wilayah MA yang relatif dapat mewakili di seluruh Indonesia menyelenggarakan seminar. Pertama digelar di Pandeglang pada 28 November lalu. Selanjutnya, sejauh ini sudah dua Pengurus Wilayah MA yang juga telah menyelenggarakan seminar tersebut, yakni DKI Jakarta dan Kalimantan Barat.

“Pada 18 Desember 2019 ini Pengurus Wilayah MA Banten menyelenggarakan seminar yang sama. Sedangkan empat Pengurus Wilayah MA lainnya yang akan menyelenggarakan seminar sejenis akan ditentukan kemudian sesuai kesediaan masing-masing,” ujarnya.

Seminar dan kajian akademis terkait kiprah KH Mas Abdurrahman akan terus dilakukan hingga Maret 2020. Pada periode tersebut, semua persiapan usulan sudah harus diselesaikan.

“Semuanya, plus surat rekomendasi dari gubernur harus diajukan paling lambat pada April 2020,” tegasnya.

Sejarawan Bonnie Triyana mengatakan, berdasakan seminar yang gelar kemarin, bahan-bahan terkait usulan tersebut belum tersedia banyak. Padahal, untuk memeroleh gelar pahlawan nasional ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi.

“Artinya kita harus melihat KH Mas Abdurahman ini punya sosial impact apa? Itu harus diperdalam lagi. Saya pikir dalam kaitan mencalonkan pahlawan dari Banten, kita sudah punya beberapa nama, dua paling tidak. Paling tidak ini memerkaya sumbangan Banten untuk Republik Indonesia,” ujarnya.

Selanjutnya, yang perlu menjadi perhatian adalah dorongan KH Mas Abdrurrahman menjadi pahlawan nasional adalah sebagai tookoh pendidikan. Akan tetapi, patut dilihat ketika mendirikan institusi pendidikan apakah berperan dalam peristiwa bersejarah dalam melawan terhadap otoritas Hindia Belanda.

“Saya pikir kalau tidak ditemukan bukti ya jangan dipaksakan. Yang kita ke depankan adalah bagaimana KH Mas Abdurahman ini punya peran mendirikan institusi pendidikan,” katanya.

Dipaparkannya, KH Mas Abdurrahman berjasa menghadirkan dunia pendidikan di Banten. Cikal bakalnya berada di Sodong dan Menes Pandeglang yang saat itu tidak menjadi perhatian Pemerintah Hindia Belanda.

“Kalau kita lihat mungkin sekarang cika bakalnya di sodong agak ke pinggiran Menes. untuk saat itu mungkin berguna untuk warga Menes. Jadi saya pikir pendidikan itu tidak bisa dilihat satu arah, bahwa ini formal didirikan Hindia Belanda tapi juga insiatif dari masyarakat seperti KH Mas Abdurahman. Ketika dia pulang dari Mekkah mengembangakn institusi pendidikan dan itu menjadi salah satu cara bagi warga Menes untuk bisa belajar dan juga mengenyam pendidikan,” paparnya.

Akan tetapi, Bonnie kembali menegaskan, arti dari pahlawan nasional adalah peran yang bersangkutan pada saat itu. Tidak cukup memberikan argumentasi akibat dari peranan dia institusi MA sekarang menjadi sangat besar pengaruhnya dan punya berbagai cabang.

**Baca juga: Dinilai Tak Tertib, Ini Penjelasan Banggar DPRD Banten Soal BUMD Agrobisnis.

“Mungkin tim penelitinya harus mampu membuktikan kedudukan KH Mas Abdurahman dalam landscape yang lebih luas lagi, pendidikan di era kolonial pada saat itu. Misalkan apakah ada kaitan dengan aturan pelarangan sekolah yang dianggap liar. Juga kaitannya dengan peristiwa melawan otoritas kolonial waktu itu. Dimana peran dia, itu harus digali. Kita harus melihat spectrum yang lebih luas lagi seperti apa,” ungkapnya.

Pelaksana tugas (Plt) Asisten Daerah (Asda) I Provinsi Banten Samsir mengaku, menyambut baik usulan KH Abdurrahman menjadi pahlawan nasional.

Agar harapan itu terealisasi pihaknya meminta semua pihak untuk berperan, mengumpulkan dan melengkapi syarat-syarat yang dipelukan. “Lengkapi dokumen-dokumen yang dibutuhkan,” pungkasnya. (Den)

Print Friendly, PDF & Email