oleh

Tari Nong Anggrek, Tarian Ikon Kota Tangsel

image_pdfimage_print

Kabar6-Tari Nong Anggrek atau Tari Putri Anggrek merupakan Tarian Ikon Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang dibuat sejak tahun 2010 oleh Sanggar Tari Ragam Budaya Nusantara dibawah binaan, Ketua Sanggar Tari Sherly Fatmarita.

Meskipun tarian ini baru, namun tarian ini tidak memiliki gerakan yang sembarangan. Tarian ini merefleksikan gerakan-gerakan alam seperti gerak tumbuhan yang melambai terkena angin kemudian ditambah gerak bunga anggrek mekar, dan gerak tumbuhan yang ada di atas permukaan air situ atau danau.

Road Manager Sanggar Tari Ragam Budaya Nusantara, Tia Tritiya Rahma mengatakan, tarian ini merupakan icon dari Kota Tangsel.

“Karena kita disuruh berkarya mengunakan Anggrek Vanda Douglas yang banyak dibudidayakan di Kota Tangsel, makannya kita bikin tarian ini menjadi icon kota Tangsel,” ujarnya kepada Kabar6.com di Kawasan Area Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Setu, Kota Tangerang Selatan. Minggu (6/10/2019).

Tia melanjutkan, tarian ini ada setelah umur Kota Tangerang Selatan masih 2 Tahun, yaitu tahun 2010.

“Dari tahun 2010. Awal pertama kali kita launching Tari Anggrek penarinya 7, kenapa 7? Karena itu filosofi dari anggrek sendiri, Bunga Anggrek Vanda Douglas itu setiap tangkai teridiri dari 7-10 bunga tiap tangkai, jadi setiap panen itu adalah 7,” ungkapnya.

Vanda Douglas itu, lanjut Tia, berbeda dari anggrek yang lain, bunga tersebut berada di tanah terus bentuknya seperti jarum, nanti di ujung-ujungnya ada bunga. 1 tangkai itu biasanya 10 bunga, namun yang dipanen itu 5-10 tapi kebanyakan 7.

“Tarian itu sendiri diangkat dari anggrek itu sendiri, dari jumlah penarinya sendiri awalnya kita launching 7, tapi bisa 3 bisa juga 5,” bebernya.

Tia menjelaskan, gerakan awal tarian tersebut pelan bagaimana bunga tersebut tertiup angin, bagaimana bunga itu tumbuh, dan bagaimana bunga itu mekar.

“Kita lihat Anggrek tersebut, lalu kita foto dari mulai kuncup nya bagaimana sampai mekarnya gimana, jadi memang kita benar-benar mengangkat icon kota Tangsel,” paparnya.

Selain itu, Tia menjelaskan, dari pakaiannya juga pihaknya mengambil dari filosofi kota Tangsel, yang masyarakatnya ada 4 etnis kebanyakan ada Etnis Betawi, Jawa, Sunda dan Tionghoa.

“Makannya musiknya juga ada musik tradisional yang biasa dipakai orang Chinese di gambang kromong. Ketika anggrek itu tertutup terlihat seperti mahkota orang Chinese, ketika dia mekar maka terlihat seperti bunga anggrek,” tuturnya.

**Baca juga: Ini Daftar Pemenang Inovasi Project 2019 di Puspiptek.

Kemudian Tia mengatakan, filosofi tarian ini lebih ke ciri-ciri kota Tangsel karena ini dirinya mengatakan adalah icon Kota Tangsel.

“Tarian tersebut menggunakan rok lebar, kemudian mereka ada gerakan muter tuh, karena kita launching itu 7 penari, 7 anggrek. Selain dari anggrek, itu filosofinya Tangsel memiliki 7 situ, jadi pas roknya mekar itu adalah mencerminkan situ-situ di Tangsel,” pungkasnya.(eka)

Print Friendly, PDF & Email