oleh

Tangsel Masuk Dalam Kategori KLA Tingkat Pratama

image_pdfimage_print

Kabar6-Kota Tangerang Selatan (Tangsel) masuk dalam kategori Kota Layak Anak  (KLA) tingkat Pratama. Hal ini disampaikan Walikota Tangsel, Airin Mirach Diany selepas nonton bareng memperingati Hari Anak Nasional (HAN) di XXI Living World, Alam Sutera. Sabtu (20/7/13).

Airin mengatakan, berdasarkan pemberitahuan hasil Tim Verifikasi Kota Layak Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Tangsel masuk dalam Kota/Kabupaten di Indonesia, sebagai KLA Tingkat Pratama, yang penghargaanya berlangsung pada acara HAN di Jakarta, 23 Juli mendatang.

“Kami sudah menerima surat undangan dari Kementerian Negara Pemberdataan Perempuan dan Perlindungan Anak, dalam undangan tersebut juga disertakan hasil pelaksanaan evaluasi pengembangan Kabupaten/Kota layak anak Tahun 2013,” ungkap Airin yang didampingi putrinya.

Airin menjelaskan, dengan masuknya Tangsel menjadi KLA Tingkat Pratama, menjadi sebuah langkah awal, Tangsel bisa dapat mengimplementasikan menjadi KLA.

“Ini menjadi pemacu bagi semua pihak, untuk mewujudkan Tangsel sebagai kota yang ramah akan anak, dan melindungi hak-hak anak,”jelasnya.

Adanya pemberian penghargaan ini, perlu adanya sinergitas antara pemerintah, pihak swasta dan masyarakat, untuk sama-sama mewujudkan kota yang ramah anak.  

Tangsel memiliki banyak PAUD, Taman Kanak-kanak, dan fasilitas taman bermain untuk anak,dengan adanya penghargaan ini, kedepannya peningkatan kwalitas dan kuantitas akan lingkungan yang ramah akan anak akan terus dikembangkan.

Tim Verifikasi Kota Layak Anak Taufik Wahidah mengatakan, Tangsel memenuhi kriteria minimum sebagai KLA tingkat Pratama.

Taufik mengatakan, kriteria minimum tersebut mencakup 31 item pokok sebagai standar minimum KLA yang dibuat secara standar nasional.

Di antara 31 item kriteria minimum tersebut, antara lain menyangkut kepemilikan akta kelahiran, pendidikan minimal tingkat dasar (SD, SMP), dan pelayanan kesehatan bagi anak.

Akta kelahiran juga sangat penting bagi anak, di antaranya untuk pergi ke luar negeri serta untuk kepentingan pendidikan lebih lanjut.

“Secara nasional anak yang sudah memiliki akta kelahiran masih di bawah 70 persen. Dari sekitar 80 juta anak, sebanyak 30 persen belum punya akta kelahiran,” ungkapnya.

Ditambahkan, untuk menjadi KLA merupakan tantangan bersama. Perkembangan pembangunan yang begitu cepat membuat anak menghadapi situasi yang semakin pelik.

“Antara lain masalah perdagangan anak, penyalahgunaan narkoba, juga masalah kriminal dan moral,” tandasnya secara mengatakan, perlu peran serta bersama untuk mewujudkan kota layak anak ini. (Turnya)

Print Friendly, PDF & Email