1

Capres Prabowo Subianto, Ziarah ke Sultan Banten 

kabar6.com

Kabar6-Capres nomor urut dua, Prabowo Subianto, berziarah ke makam Sultan Maulana Hasanudin Banten, Kota Serang. Sebelumnya, dia mendapat pemberian peci khas Banten, dari kenadziran Kesultanan Banten.

Peci warna hitam itu dipakainya untuk berdoa di depan makam putra Sunan Gunung Jati, sekaligus Sultan Pertama Banten.

Prabowo Subianto yang berdampingan dengan Gibran Rakabuming Raka datang menggunakan helikopter dan mendarat di Benteng Speelwijk, Kasemen, Kota Serang, Banten, sekitar pukul 09.30 wib.

Di benteng bersejarah itu, dia di sambut oleh sejumlah petinggi partai koalisi, baik tingkat provinsi maupun pengurus pusat. Kemudian menggunakan mobil, rombongan Prabowo Subianto berangkat ke Masjid Agung Kesultanan Banten.

Capres nomor urut dua itu disambut ribuan pendukung dan masyarakat di sekitar Situs Kesultanan Banten. Pria yang masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI itu mendapatkan peci atau kopiah khas Banten berwarna hitam.

Peci itu digunakannya untuk berziarah ke Makam Sultan Maulana Hasanudin Banten, bersama sejumlah rombongan lainnya.

**Baca Jug: IMM Kota Tangerang Gelar Muscab, Yasser Terpilih Jadi Ketua

“Ziarah beberapa titik di Banten,” ujar Prabowo Subianto singkat, Minggu, (03/12/2023).

Usai berziarah, Prabowo bersama rombongan menggunakan jalur darat disambut warga yang sudah menunggunya di pinggir jalan di sepanjang jalan Kasemen menuju pusat Kota Serang.

Capres nomor urut dua itu menyapa, menyalami hingga membagikan kaos kepada warga disepanjang jalan. Bahkan ada dua anak kecil hang digendong orang tuanya mendekat Prabowo, kemudian di cium kepalanya oleh Menteri Pertahanan itu.

Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka melanjutkan perjalanan untuk ziarah ke makam Abuya Dimyati, sekaligus bersilaturahmi dengan Abuya Murtadho, putra dari almarhum Abuya Dimyati.

Setelah itu, dia bersama AHY, Ketua Umum Demokrat, diagendakan bertemu dan ikut doa bersama 2 ribu kyai dan ulama di Kabupaten Lebak, Banten. Setelah itu, dia kembali ke Jakarta menggunakan helikopter.(dhi)




Gelar Dicabut, Sultan Banten ke-18 Ajukan Banding

Kabar6-Sultan Banten ke-18, Ratu Bagus Bambang Wisanggeni mengajukan gugatan ke Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Serang. Lantaran gelar dicabut oleh Pengadilan Agama (PA) Serang.

“Memori bandingnya belum, akan menyusul. Menurut saya, putusan (Pengadilan Agama Serang) itu cacat hukum,” kata Ratu Bagus Bambang Wisanggeni, saat ditemui di kediamannya di Kota Serang, Kamis (19/01/2018).

Dimana, keputusan nomor 316/Pdt.P/2016/PA.Srg, pada poin empat, memutuskan Ratu Bagus Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja adalah trah keturunan Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin (Sultan Banten berdaulat terakhir), sebagai pemilik pertalian darah terkuat yang memiliki hak waris sebagai penerus Kesultanan Banten.

Surat putusan itu dikeluarkan pada Kamis, 22 September 2016, yang diputuskan melalui permusyawaratan majelis hakim PA Serang yang terdiri dari Dudih Mulyadi sebagai hakim ketua, Rusman dan Agus Faisal Yusuf sebagai hakim anggota.

“Cacat hukum mengeluarkan putusan saya sebagai ahli waris, lalu pengadilan agama yang sama menarik kembali putusan itu,” terangnya.

Ratu Bambang pun mengkritik keberadaan lembaga Kenadziran Kesultanan Banten yang telah berubah arah. Hingga kini menjadi pemegang kekuasaan tertinggi di Kesultanan Banten.

“Kenadziran itu hanya sebatas mengurusi tanah wakaf, masjid dan makam. Nadzir itu semacam Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM),” jelasnya.

Sedangkan sang penggugat, dari Forum Dzuriuat Kesultanan Banten (FDKB), menyarankan agar Ratu Bambang menerima putusan hakim di PA Serang.

“Bambang Wisanggei harusnya lebih legowo. Kalau mau menyatukan dzuriyat, harusnya legowo menerima (putusan),” kata Tubagus (Tb) Amri Wardhana, Sekretaris FDKB, saat ditemui terpisah, pada Sabtu, 13 Januari 2018.

Amri menjelaskan kalau proses pemilihan Sultan Banten untuk saat ini, hanya bisa dilakukan oleh Lembaga Pemangku Adat (LPA) Kesultanan Banten, dengan meminta persetujuan dari para anggota kenadziran.**Baca Juga: Tertimpa Pohon, Atap Ruang SDN 2 Cihuni Ambruk.

“Dalam kekinian, seluruh dzuriyat berkumpul, ini bisa dilakukan (pemilihan sultan) dalam entitas budaya. Banten perlu Sulthan, bukan dalam konsep dulu. Lembaga ini nanti yang menentukan siapa seharusnya yang jadi Sulthan. Seperti memiliki kenegarawanan dan keagamaannya,” jelasnya.(dhi)




Memungkinkan, Prosesi Adat Pemilihan Sultan Banten Yang Baru

Kabar6-Prosesi pengangkatan Sultan Banten baru di anggap sangat memungkinkan, tentunya harus melalui prosedur budaya yang dimiliki oleh Kesultanan Banten.

“Ada namanya lembaga pemangku adat, nah lembaga ini nanti yang menentukan siapa seharusnya yang jadi Sulthan. Seperti memiliki kenegarawanan dan keagamaannya,” kata Tubagus (Tb) Amri Wardhana, Sekretaris Forum Dzuriyat Kesultanan Banten (FDKB), saat ditemui di Kota Cilegon, Sabtu (13/01/2017).

Jika saat zaman Kesultanan Banten masih berdiri, yang menganut sistem monarki absolute, maka yang menentukan dan melantik Sultan Banten selanjutnya yakni Qodhi atau hakim kesultanan.

“Dalam kekinian, seluruh dzuriyat berkumpul ini bisa dilakukan (pemilihan sultan) dalam entitas budaya, Banten perlu Sulthan, bukan dalam konsep dulu. Tetapi janga cara sepihak,” terangnya.

Terkait banding yang dilakukan oleh Ratu Bagus Bambang Wisanggeni, yang telah di gugurkan status sultan Banten nya oleh Pengadilan Agama (PA) Serang. FDKB mengaku siap menghadapi sidang banding.**Baca juga: Yuk, Jajal Berendam di Kolam Air Pegunungan Cirahab.

“Menurut saya, Bambang Wisanggei harus nya lebih legowo. Kalau mau menyatukan dzuriyat, harus nya legowo menerima (putusan),” jelasnya.(dhi)




Kaibon, Keraton di Zaman Sultan Banten Bermakna Keibuan

Kabar6-Kesultanan Banten di zaman kejayaannya sangat menghargai jasa seorang ibu. Setidaknya hal ini terlihat dari situs sejarah Keraton Kaibon yang bermakna Keibuan. Keraton itu dibangun untuk Ratu Aisyah, ibu dari Sultan Syafudin, Sultan Banten ke 21, yang kala itu menjabat sebagai Sultan di usia lima tahun.

Namun bangunan bersejarah di Desa Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Kota Serang itu kini dipenuhi coretan oleh tangan tak bertanggungjawab.

“Tulisan kaya gini ini nih yang bikin rusak sama jelek situs kayak gini,” kata Madz Sigit, fotografer dari Kota Cilegon, Minggu (03/12/2017).**Baca Juga: Ini 2 Wanita Terkaya di Indonesia Versi Majalah Forbes

Keraton Kaibon akhirnya dihancurkan Belanda tahun 1832 masehi karena Sultan Syafiudin menolak perintah Gubernur Jenderal Daen Dels untuk meneruskan pembangunan Jalan Anyer-Panarukan juga pembangunan Pelabuhan Teluk Lada di Labuan, Kabupaten Pandeglang.

Kini, di Keraton Kaibon, lebih sering dijadikan objek fotografi oleh para ‘tukang potret’ untuk mengabadikan sejarah dan preweading para calon pengantin. Kondisinya lebih terawat dengan rerumputan yang pendek dan hijau. Meski telah banyak coretan di dinding bersejarah tersebut.

“Harusnya situs sejarah kaya gini lebih dirawat sama pemerintah. Malu saja besarnya sejarah Banten,” kata Mundari, warga lainnya yang sedang duduk santai di bawah pohon beringin samping Keraton Kaibon, Minggu (03/12/2017).

Di Istana Ibu Sultan Banten itu terlihat pintu berukuran besar bernama Paduraksa dengan bagian atasnya yang masih tersambung utuh. Lalu ada juga deretan Candi Bentar mirip gerbang masuk yang menjadi khas Banten berbentuk seperti sayap.

Berdasarkan catatan sejarahnya, bangunan Keraton Kaibon dibentuk seolah-olah berada di atas air karena memang dikelilingi oleh saluran air. Bahkan di dalam komplek keraton tersebut terdapat pondasi segi empat yang merupakan kamar dari Ratu Aisyah. Di dalamnya ada ruangan menjorok ke bawah yang berfungsi mengalirkan air ke dalam sebagai pendingin ruangan.

Seluruh saluran air itu tersambung ke laut Karangantu. Sehingga bisa dibayangkan cerdasnya masyarakat Banten kala itu dalam mengatur drainase agar tak banjir sekaligus keindahannya.(dhi)