1

Spesies Baru, Ilmuwan Temukan Anaconda Hijau Utara di Amazon

Kabar6-Tim ilmuwan dari Universitas Queensland, Australia, menemukan spesies ular anaconda baru berukuran raksasa di kawasan Amazon, Ekuador, yang diperkirakan sudah ada sejak 10 juta tahun lalu.

Saat itu, tim ilmuwan dengan bantuan dari suku Huaoranitengah membuat seri dokumenter Disney+ ‘Pole to Pole with Will Smith’. Pada saat bersamaan, melansir People, spesies anaconda raksasa yang diyakini sebagai terbesar di dunia berhasil ditemukan. Profesor Bryan Fry yang memimpin penelitian mengaku takjub atas temuannya. “Ukuran makhluk-makhluk indah ini sungguh luar biasa. Seekor anaconda betina yang kami temui memiliki panjang yang mengagumkan, yaitu 6,3 meter,” kata Profesor Fry.

Temuan itu berawal dari undangan Kepala Huaorani Penti Baihua untuk masuk ke wilayah Huaorani Baihuaeri di Amazon Ekuador yang langka, karena sejak 1958 suku tersebut menutup diri. “Tim kami menerima undangan langka untuk menjelajahi wilayah tersebut dan mengumpulkan sampel dari populasi anaconda,” terang Profesor Fry.

Kepala Baihua memimpin tim Fry dalam pencarian selama 10 hari untuk anaconda yang dianggap sebagai makhluk suci bagi suku tersebut. Tim tersebut menggunakan perahu kano ke hilir sungai di wilayah Bameno di mana mereka menemukan beberapa anaconda yang bersembunyi di sungai dangkal, bersiap untuk mencari mangsa.

Kelompok itu kemudian menangkap beberapa spesimen dari spesies tersebut yang mereka beri nama anaconda hijau utara (Eunectes akayima). “Kunci untuk memahami penemuan ini adalah perbedaan dalam jangkauan geografis spesies anaconda,” ujar Profesor Fry.

Diketahui, wilayah Amazon memiliki dua cekungan terpisah. Cekungan yang lebih besar di selatan (Brasil, Bolivia, Peru, dan sebagian Guyana Prancis) adalah rumah bagi anaconda hijau .

Cekungan yang lebih kecil di utara (Kolombia, Ekuador, Guyana, Suriname, Trinidad, Venezuela, dan sebagian Guyana Prancis) menjadi rumah bagi anaconda hijau utara yang baru ditemukan.

Kedua spesies ini berbeda secara genetik sebesar 5,5 persen dan cukup signifikan, untuk membandingkannya, manusia berbeda dengan simpanse hanya sekira dua persen.

Tim Fry berharap dapat memantau reproduksi anaconda hijau utara untuk mendapatkan wawasan yang lebih besar tentang kesehatan ekosistem secara keseluruhan.(ilj/bbs)




Tuai Kritik Tajam, Spesies Baru ‘Anjing Panda’ Penghuni Kebun Binatang di Tiongkok

Kabar6-Dalam rangka libur Hari Buruh beberapa waktu lalu, sebuah kebun binatang Taizhou di Provinsi Jiangsu, Tiongkok, mempertontonkan apa yang disebut sebagai spesies baru berupa ‘anjing panda’.

Dalam rekaman video yang diunggah oleh seorang pengguna media sosial dengan akun Xiaohongshu, melansir Skynews, terlihat hewan tersebut meskipun memiliki telinga, kaki, dan lingkaran hitam di seputaran mata seperti panda, fitur wajah dan gaya berjalannya langsung menunjukkan identitas sebagai anjing. Keruan saja hal ini menuai kritikan tajam.

Sejumlah pihak dilaporkan telah menuduh kebun binatang tersebut menyesatkan pengunjung untuk percaya bahwa mereka akan bertemu dengan panda sungguhan. Beberapa juga mempertanyakan apakah mewarnai anjing-anjing tersebut tidak termasuk melakukan penyiksaan terhadap hewan, mengingat beberapa pewarna mungkin mengandung bahan kimia berbahaya.

Menanggapi hal ini, seorang staf kebun binatang mengonfirmasi bahwa ‘anjing panda’ sebenarnya adalah anjing chow chow yang penampilan barunya baru saja diluncurkan pada liburan Hari Buruh. Menurut staf lainnya, kebun binatang mendapatkan ide untuk mewarnai anjing-anjing tersebut menjadi panda secara online.

“Dengan cara ini, kami dapat menambah keceriaan di kebun binatang dan meningkatkan jumlah pengunjung,” kata staf tersebut.

Ditambahkan, kebun binatang tidak dapat menampung panda raksasa sungguhan karena ukurannya yang relatif kecil. Mengenai pewarnaan anjing-anjing tersebut, salah satu staf juga tidak melihat adanya masalah etika.

“Orang normal juga mewarnai rambut mereka. Dengan demikian, jika anjing memanjangkan rambutnya, mereka juga bisa mewarnainya. Ini sama dengan rambut manusia,” kata staf kebun binatang.

Meskipun menamai anjing-anjing tersebut dengan ambigu, kebun binatang di Provinsi Jiangsu itu tampaknya tidak berniat untuk mengelabui pengunjung agar percaya bahwa hewan itu adalah panda sungguhan, sebab sebuah papan nama dengan foto-foto ‘anjing panda’ telah dipasang.

Istilah ini biasanya merujuk pada anjing peliharaan yang menyerupai penampilan panda, baik secara alami maupun melalui perawatan. Menurut staf kebun binatang, mengunjungi ‘anjing panda’ tidak akan dikenakan biaya tambahan karena sudah termasuk dalam tiket masuk kebun binatang.(ilj/bbs)




Temuan Spesies Kaki Seribu Baru di Los Angeles yang Berbentuk Transparan dengan 486 Kaki

Kabar6-Sebuah temuan spesies baru yang hidup di bawah tanah area pendakian California, Amerika Serikat (AS), telah diterbitkan dalam jurnal ZooKeys pada 21 Juli lalu.

Spesies tersebut, melansir ctvnews, bernama ‘The Los Angeles Thread Millipede’ atau ‘Kaki Seribu Benang Los Angeles’, yang hidup sekira 10 cm di bawah tanah. Tubuhnya relatif kecil sepanjang penjepit kertas dan sekurus pensil, berbentuk transparan bahkan cahaya dapat menembus badannya. Peneliti memberi nama ilmiah arthropoda tersebut yakni Illacme socal.

Di bawah mikroskop, kepalanya nampak seperti helm dan memiliki 486 kaki. Illacme Socal buta sehingga hanya mengandalkan antena di ujung kepala untuk berjalan. Selain itu dalam prosesnya, peneliti tak sembarangan dengan menggunakan metode pengurutan sekaligus analisis DNA untuk membuktikan jika kaki seribu tersebut memanglah spesies baru.

Ahli entomologi, Paul Marek, yang tergabung sebagai tim peneliti dari ilmuwan West Virginia University, dan University of California, Berkeley mengatakan bahwa penemuan kaki seribu bening tersebut menunjukkan bahwa terdapat ‘planet’ kehidupan bawah tanah yang belum ditemukan.

Para ilmuwan menaksir terdapat 10 juta spesies binatang yang berkembang biak di Bumi, tetapi yang berhasil diidentifikasi hanya sebanyak satu juta saja.

“Kami tidak tahu apa yang sebenarnya ada di luar sana,” tutur Lee, mahasiswa doktoral di UC Berkeley.

Ditambahkan Lee, mikroorganisme termasuk dalam salah satu yang sering diabaikan saat proses pencarian spesies baru. Sementara kurator entomologi dari Museum Sejarah Alam di Los Angeles, Brian Brown, mengatakan bahwa apa yang selama ini kita ketahui lebih sedikit daripada apa yang tidak ketahui, khususnya dalam konteks spesies serangga dan makhluk kecil di dunia.

Brown memperkirakan 20 ribu spesies serangga menghuni Los Angeles saja, baik yang ditemukan maupun yang belum ditemukan. Namun dia mengkhawatirkan ancaman terhadap spesies asli seperti perubahan iklim dan spesies invasif.

“Dibutuhkan lebih banyak kerja dan upaya untuk mencoba menyelamatkan, mencoba dan mendokumentasikan spesies ini sebelum semuanya punah,” terang Brown.(ilj/bbs)




Laba-laba dengan Corak Mirip Tato dari Australia Jadi Spesies Baru

Kabar6-Seorang peneliti bernama Joseph Schubert menemukan spesies baru laba-laba asal Australia yang memiliki corak mirip tato di tubuhnya. Penemuan ini tentu saja menambah daftar panjang spesies laba-laba yang berhasil ditemukan di Australia.

Schubert lantas mengumumkan penemuannya itu lewat akun Twitter. Total ada tiga spesies baru yang secara resmi diperkenalkan oleh Schubert. “Ini tiga spesies terbaru dari Australia. Hingga hari ini ketiganya memiliki nama resmi, Maratus Aquilus, Maratus Felinus, dan Maratus Combustus,” demikian tulisnya.

Ketiga spesies laba-laba tersebut, melansir pedestrian, ditemukan Schubert saat bekerja untuk Proyek Maratus. Ketiga laba-laba tadi memiliki corak khas berwarna cerah di tubuhnya yang terlihat mirip dengan tato pada tubuh manusia.

Hal ini disebut sebagai hal yang baru. Pasalnya, laba-laba biasanya dikenali melalui taring dan rambutnya. Ketiga laba-laba ini malah dikenali melalui pola warna menyerupai tato yang berada di perutnya.

Untuk melihat setiap corak pada tubuh laba-laba ini, Schubert perlu menggunakan kaca pembesar karena ukuran tiap laba-laba yang begitu kecil. Dari hasil pengamatannya, laba-laba yang jantan memiliki tato yang cerah.

Sementara betina memiliki warna yang tidak mencolok sehingga sulit diidentifikasi. ** Baca juga: Sebuah Supermarket di Hong Kong ‘Dirampok’ Kawanan Sapi

Proyek Maratus sendiri dilakukannya di danau Jasper dan Gunung Romance yang terdapat di barat daya Australia. Kini tercatat sudah ada 73 spesies laba-laba Maratus yang ditemukan dan diberi nama.(ilj/bbs)




Fosil Tulang dan Gigi yang Diduga Spesies Baru Manusia Ditemukan di Filipina

Kabar6-Arkeolog menemukan sejumlah tulang dan gigi yang mengindikasikan spesies baru manusia. Tulang fosil dan gigi ini berasal dari setidaknya tiga individu.

Penemuan yang berlokasi pada sebuah gua di Filipina ini, melansir Foxnews, membuka misteri tentang keberadaan spesies manusia baru yang berjalan di Bumi hampir 50 ribu tahun yang lalu. Berdasarkan fragmen tulang dan gigi yang ditemukan di pulau Luzon, para peneliti mengatakan ‘sepupu jauh’ manusia modern ini tingginya kurang dari 4 kaki (121 cm) dan memiliki beberapa fitur mirip kera.

Tulang-tulang yang ditemukan antara lain tulang kaki, tangan dan paha, adalah manusia dari spesies yang sebelumnya belum ditemukan. Penemuan pertama pada 2007 oleh seorang arkeolog bernama Armand Salvador Mijares, yang menggali Gua Callao dan menemukan tulang jari. “Ada sesuatu yang aneh dengan tulang ini,” ungkapnya.

Matthew Tocheri dari Lakehead University di Thunder Bay, Ontario, mengatakan bahwa penemuan ini juga membuat pemahaman tentang evolusi manusia di Asia lebih berantakan, lebih rumit, dan jauh lebih menarik.

Dalam sebuah penelitian yang dirilis dalam jurnal Nature, para ilmuwan menggambarkan bahwa tujuh gigi dan enam tulang yang ditemukan merupakan anggota kerangka dari tiga orang. Semua tulang itu ditemukan di gua pada 2007, 2011 dan 2015.

Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan, tulang-tulang tersebut merupakan bagian dari kerangka jenis manusia yang hidup 50 ribu tahun hingga 67 ribu tahun yang lalu.

Analisis tulang-tulang dari Luzon membuat para penulis penelitian menyimpulkan bahwa mereka berasal dari anggota pohon keluarga Homo yang sebelumnya tidak diketahui. Salah satu tulang jari kaki dan pola keseluruhan dari bentuk dan ukuran gigi berbeda dari apa yang terlihat sebelumnya dalam keluarga Homo.

Makhluk tersebut kemudian dinamai Homo luzonensis, sesuai dengan di mana kerangka tersebut ditemukan, yaitu di Pulau Luzon, Filipina.

Spesies baru itu diperkirakan dapat menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu. Dari giginya yang kecil, Homo luzonensis diperkirakan bertubuh kecil. Setidaknya itu yang dikatakan salah satu anggota peneliti, Florent Detroit dari Museum Nasional Sejarah Alam di Paris.

Homo luzonensis hidup di Asia timur pada waktu yang hampir bersamaan spesies manusia lainnya, termasuk Neanderthal, Denisova, dan ‘hobbit’ kecil dari Pulau Flores di Indonesia. Meski begitu, tidak ada tanda-tanda bahwa Homo luzonensis pernah bertemu dengan anggota lain dari kelompok Homo.

“Spesies kita tidak diketahui telah mencapai Filipina hingga ribuan tahun setelah usia tulang,” kata Florent Detroit. ** Baca juga: Polisi Bandara Temukan Paket Berisi Janin Bayi yang Disamarkan Sebagai Boneka Voodoo

Tetapi beberapa kerabat manusia pernah berada di Pulau Luzon lebih dari 700 ribu tahun yang lalu. Hal itu dibuktikan oleh adanya alat-alat batu dan badak yang mati saat itu. “Mungkin itu adalah spesies yang baru ditemukan atau nenek moyang manusia,” tambah Detroit.

Dikatakan Detroit, tidak jelas bagaimana Homo luzonensis terkait dengan spesies Homo lainnya. Ia berspekulasi bahwa itu mungkin turun dari kerabat manusia sebelumnya, Homo erectus, yang entah bagaimana menyeberangi lautan ke Pulau Luzon.(ilj/bbs)