1

Peneliti Sebut Pencemaran Air dapat Sebabkan Stunting dan Kanker

Kabar6-Peneliti dari Southeast Asian Ministers of Education Organization-Regional Centre for Food and Nutrition (SEAMEO RECFON) Dr Umi Fahmida mengatakan pencemaran pada air dapat menimbulkan dampak yang signifikan terhadap kesehatan seperti menyebabkan stunting dan kanker.

“Air yang tercemar kemudian kita konsumsi dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, baik yang sifatnya akut seperti diare maupun kronis seperti stunting dan kanker,” ujar Umi di Jakarta, dilansir Antara, Minggu (26/5/2024).

**Baca Juga:Dokter Afifah: Konsumsi Satu Gram Kayu Manis Setiap Hari dapat Turunkan Gula Darah

Umi yang juga Country Lead Study Action Against Stunting Hub (AASH) Indonesia tersebut menekankan penting untuk memperhatikan kondisi air yang dikonsumsi oleh masyarakat. Hal itu mengingat air merupakan kebutuhan fundamental bagi setiap aspek kehidupan manusia, termasuk anak-anak.

Studi AASH yang didanai Pemerintah Inggris melalui UK Research Innovation Global Challenges Research Fund (UKRI GCRF) melakukan pendekatan anak secara utuh baik aspek fisik maupun lingkungan pengasuhan termasuk sistem pangan dan kualitas air minum.

“Pada studi AASH kami mengambil sampel pangan dan air minum pada kohor dengan anak usia bawah dua tahun di Lombok Timur dan kami akan melihat kualitas air termasuk cemaran mikrobiologis (bakteri) maupun cemaran kimia serta microplastics. Kualitas air ini akan kami analisa lebih lanjut kaitannya dengan stunting bersama dengan faktor determinan lain dalam studi ini,” ujar dia.

Umi mewakili tim peneliti berharap hasil penelitian AASH dapat menghasilkan informasi yang bisa dimanfaatkan oleh kementerian/lembaga terkait dalam meningkatkan kualitas air dan kesehatan masyarakat, termasuk tentunya dalam pencegahan stunting yang lebih komprehensif di Indonesia.

Sebelumnya, Indonesia menjadi tuan rumah World Water Forum (WWF) pada 18 Mei hingga 25 Mei 2024. Forum tersebut ditujukan untuk membahas tentang isu-isu air secara global, khususnya membahas sekaligus merumuskan kebijakan tata kelola air dan sanitasi dunia.

Direktur Pengendalian Pencemaran Air, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) CH Nety Widayati mengatakan bahwa sumber pencemaran air terbesar di Indonesia berasal dari rumah tangga.

“Masih banyak air limbah domestik yang tidak diolah, di pinggir-pinggir sungai masih banyak black water (air buangan kloset) dibuang ke sungai, bahkan masih banyak jamban apung,” ujar Nety.

Untuk perbaikan kualitas air, perlu kolaborasi dengan semua pihak, termasuk masyarakat. Termasuk dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat dan ke sungai.

Perwakilan Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Asep Supriatna menekankan pentingnya peran kepala daerah dalam pengelolaan air bersih dan limbah yang berkelanjutan.

“Pemerintah melakukan upaya dalam pengelolaan sumber daya air bersih untuk memastikan ketersediaan air yang cukup bagi masyarakat. Namun, tentu saja yang tidak kalah penting adalah peran dari kepala daerah. Kepemimpinan kepala daerah terkait dengan perizinan pembuangan limbah, yang mana pemda menjadi ujung tombak, mulai dari perencanaan dan pengawasannya,” kata Asep.(red)




Edukasi, WCD Adakan Sayembara Ubah Sampah Jadi Seni

Kabar6-Dalam rangka menyambut perhelatan World Water Forum ke-10, World CleanUp Day Indonesia mengadakan kompetisi Sayembara Apresiasi Seniman bertajuk “Kurangi Pencemaran Air, Ubah Sampah Jadi Seni”.
Kompetisi ini mengajak para seniman dan pecinta lingkungan untuk mengeksplorasi kreativitas dari material daur ulang, sekaligus membangun kesadaran akan pentingnya menjaga sumber air agar tidak tercemar oleh sampah.

​​Art Curator dan Arsitek sekaligus juri Sayembara Apresiasi Seniman, Cosmas Gozali, mengatakan sayembara ini telah melalui proses penjurian yang panjang. Di awal peserta diwajibkan untuk membuat video menjelaskan karya seni yang dibuat, kemudian terdapat sesi wawancara dengan 20 karya seni yang lolos seleksi.

“Selain melihat estetika visual, keakuratan teknis, dan kecermatan dalam penggunaan bahan, kami juga menilai apakah karya seni yang dibuat mampu mencerminkan tema sayembara. Setiap karya harus memiliki pesan pentingnya pelestarian lingkungan atau ajakan untuk mengurangi pencemaran air,” jelasnya dikutip, Kamis (16/5/2024). **Baca Juga: Kamil dan Buya Yahya Memaknai Keindahan Kiswah Ka’bah di Jakarta

Terdapat dua kategori, yaitu karya seni 3 dimensi (3D) dan 2 dimensi (2D), dengan totalsubmission sebanyak 95 peserta. 20 karya yang terseleksi masuk tahap wawancara oleh para juri guna mendalami makna atau ide dari karya seni yang dibuat. Kemudian dilakukan penyaringan untuk mendapatkan 10 karya terbaik.

Kompetisi ini dimenangkan oleh REEXP dengan tema “Hirup Aing Kieu-Kieu Wae” untuk kategori 3 Dimensi, dan Deddy Iskandar dengan tema “Perangkap Bubu” untuk kategori 2 Dimensi. Para pemenang akan mendapatkan hadiah berupa uang tunai dan piagam penghargaan. REEXP merupakan pasangan seniman Evan Driyananda dan Attina Nuraini yang mengangkat karya “Hidup saya gini-gini aja”.

Sebuah cerita mengenai pelestarian lingkungan, sustainability, profesi dan penilaian anggapan diri mengenal kehidupan. Terinspirasi dari sosok para petugas kebersihan dan pemulung sampah, dimana keberadaan mereka dibutuhkan, tetapi kerap kali dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang. Karya ini menjadi pengingat, semua profesi yang dijalankan dengan kebaikan dan bermanfaat untuk sesama, seluruhnya adalah emas.

Lebih lanjut, karya ini diciptakan dari pemanfaatan benda-benda temuan yang memiliki massa, kekuatan, dan ketebalan tertentu, kemudian di alih fungsikan dengan menggunakan teknik potong sambung konstruksi.
Pada kategori karya seni dua dimensi, seniman Deddy Iskandar mengangkat karya “Perangkap Bubu”. Karya ini dilatarbelakangi oleh penggunaan plastik sebagai bahan yang praktis, murah, relatif kuat, dan memudahkan kehidupan.

Namun di sisi lain, masyarakat tidak peduli dengan lingkungan dan kerap membuang sampah plastik di sungai, selokan, dan sebagainya. Akibatnya plastik yang tidak mudah terurai, dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, kotor, kumuh, dan tidak sehat, yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Proses pembuatan karya yang dilakukan dengan menggunakan sampah plastik yang didapat langsung dari sungai, membuat karya tersebut menjadi begitu hidup dengan memanfaatkan limbah yang langsung ditemui di tepian sungai.
Leader World Clean-up Day Indonesia, Andy Bahari atau akrab disapa Abe, mengapresiasi seluruh karya seni yang diikutsertakan dalam sayembara. Upaya para peserta dalam mengubah sampah menjadi karya seni merupakan bukti nyata kepedulian terhadap lingkungan dan kecintaan terhadap seni. “Kami sangat terinspirasi oleh antusiasme dan kreativitas para peserta yang telah menuangkan ide-idenya dalam karya seni yang indah dan penuh makna,” ujar Abe.

Abe berharap dengan berakhirnya kegiatan Sayembara Apresiasi Seni dalam rangka menyambut kegiatan World Water Forum 2024, dapat memberi perspektif baru untuk mempromosikan kepedulian terhadap lingkungan dan memperkuat pesan penting tentang daur ulang dan penggunaan material yang ramah lingkungan.(red)