Uang Simpanan Hasil Swadaya Masyarakat Diduga ‘Hilang’ di LKM Pandeglang, PHBI Terancam Terkendala
Kabar6-Warga Kampung Salam, Desa Mendung, Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, dibuat resah karena uang swadaya mereka yang disimpan di Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Pandeglang tak kunjung cair.
Padahal, uang hasil swadaya masyarakat tersebut diperuntukkan bagi perayaan hari besar Islam (PHBI).
“Kami sangat menyayangkan uang nasabah bisa hilang di LKM Cibaliung,” kata Edi Santoso
**Baca Juga: Eks Pejabat BPBD Banten Didakwa Penipuan Pengadaan Laptop Fiktif Rp 1, 4 Miliar
Edi mengungkapkan bahwa masyarakat telah beberapa kali menanyakan perihal uang tersebut kepada pihak LKM, baik di cabang Cibaliung maupun di kantor pusat Pandeglang. Namun, hingga kini belum ada solusi yang memuaskan.
“Kami sangat kecewa dengan kejadian ini. Uang yang seharusnya digunakan untuk kegiatan keagamaan malah tertahan begitu saja,” ujar Edi.
Menurut Edi, pihak LKM seolah saling lempar tanggung jawab. Ketika ditanya di cabang, masyarakat diarahkan ke kantor pusat. Sebaliknya, jika ditanya di kantor pusat, mereka kembali diarahkan ke cabang.
“Bahkan pihak LKM seolah saling lempar tanggung jawab antara LKM cibaliung sama LKM pusat di pandeglang, kami sebagai warga yang menyimpan uang PHBI di LKM menyayangkan atas kejadian itu,” cetusnya.
“Kami berharap uang hasil iuran masyarakat untuk acara PHBI bisa diambil seluruhnya, dan dampak dari kejadian itu acara tahunan kami untuk merayakan PHBI jadi terkendala,”tambahnya.
Lebih lanjut, Edi menjelaskan bahwa Direktur LKM Pandeglang sempat memberikan pinjaman sebesar Rp 20 juta kepada panitia PHBI.
Namun, uang tersebut tidak dapat digunakan karena hanya bersifat pinjaman dan panitia khawatir akan timbul masalah di kemudian hari.
“Dibayarkan 20 juta, tapi ngomongnya Haji Aja Suharja (Dirut LKM Pandeglang) hanya meminjamkan katanya bukan bayar, jadi di talangin dulu sama dia (Dirut LKM Pandeglang),” jelasnya.
Karena hal tersebut, panitia PHBI tidak berani menggunakan uang yang diberikan oleh Direktur LKM karena hanya bentuk talangan.
“Uangnya juga masih ada, masih kami simpan karena gak berani pakenya,” tutur Edi. (Aep)