1

Pria Rusia Mengaku Alien dari Mars dan Sebut Bakal Ada ‘Pertempuran Berbahaya’

Kabar6-Nama Boriska Kipriyanovich (24), pria asal Rusia, menjadi viral setelah mengaku sebagai ‘alien dari Mars yang bereinkarnasi dalam bentuk manusia setelah spesiesnya musnah dalam konflik nuklir’.

Kipriyanovich disebut ingin memperingatkan manusia tentang pertempuran berbahaya itu. Sejak usia dini, melansir Nzherald, Kipriyanovich telah memberi tahu orang-orang tentang kehidupan sebelumnya di Mars, di antara peradaban asing yang dirusak oleh perang dan kemudian bencana nuklir. Kipriyanovich mengatakan bahwa dia adalah seorang pilot di antara alien. Dia melakukan perjalanan ke Bumi pada 1996 dan kemudian ‘dilahirkan kembali’ sebagai anak manusia.

Hal yang mengejutkan, Kipriyanovich tampaknya tahu banyak tentang luar angkasa dan selalu tahu, bahkan sebagai seorang anak. Kipriyanovich yang lebih suka dipanggil sebagai ‘Anak Indigo’, mengatakan bahwa ada orang lain yang selamat dari planet asalnya. Mereka lolos dari kiamat dengan membangun tempat perlindungan.

Dikatakan, alien dari jenisnya memiliki tinggi tujuh kaki, menghirup karbon dioksida, dan banyak yang abadi dan berhenti menua pada usia 35 tahun. “Saya ingat saat itu ketika saya berusia 14 atau 15 tahun. Orang-orang Mars mengobarkan perang sepanjang waktu sehingga saya harus berpartisipasi dalam serangan udara dengan teman saya,” terang Kipriyanovich.

Tidak ada yang tahu kebenaran ucapan Kipriyanovich, namun pria itu memang telah memikat orang dengan ceritanya selama bertahun-tahun.

“Kita bisa melakukan perjalanan dalam ruang dan waktu dengan pesawat ruang angkasa bulat, tapi kita akan mengamati kehidupan di Bumi dengan pesawat segitiga. Pesawat ruang angkasa Mars sangat rumit,” uajar Kipriyanovich.

Ditambahkan Kipriyanovich, umat manusia memiliki lebih banyak pengetahuan, dan Sphinx Agung di Mesir memegang kuncinya.

“Kehidupan manusia akan berubah ketika Sphinx dibuka, ia memiliki mekanisme pembukaan di suatu tempat di belakang telinga; saya tidak ingat persisnya,” klaim Kipriyanovich.(ilj/bbs)




Ini Penjelasan NASA Tentang ‘Wajah Beruang’ di Mars yang Tertangkap Kamera

Kabar6-Sebuah foto hasil dari sebuah kamera di wahana Mars Reconnaissance Orbiter, yang disebut Eksperimen Pencitraan Resolusi Tinggi atau HiRISE, menjadi bahan pembicaraan karena sangat mirip dengan wajah seekor beruang.

Kamera tersebut menangkap fitur geologis yang tak biasa pada Desember 2022 lalu. Melansir Scitechdaily, University of Arizona yang mengoperasikan kamera tersebut, membagikan gambar tersebut pada 26 Januari 2023. Tampak ada dua kawah seperti dua mata manik-manik, juga sebuah bukit dengan struktur runtuhan berbentuk V menyerupai moncong.

Selanjutnya, ada pola patahan melingkar membentuk kepala. “Pola fraktur melingkar mungkin disebabkan oleh pengendapan deposit di atas kawah tubrukan yang terkubur,” jelas Lunar and Planetary Laboratory Universitas Arizona. “Mungkin hidungnya adalah lubang vulkanik atau lumpur dan endapannya bisa berupa lava atau aliran lumpur?”.

Foto beruang di Mars ini bukan yang pertama kalinya menggambarkan kemiripan dengan objek tertentu di Bumi. ** Baca juga: Sebuah Restoran di Yordania Sediakan Tempat Tidur Siang untuk Pelanggan yang Mengantuk Usai Makan

Foto lainnya, dari observatoriaum luar angkasa NASA pada Oktober 2022, menunjukkan ketika matahari tampak tersenyum karena bintik-bintik hitam yang disebut lubang koronal.

Kemudian pada 2018, Teleskop Hubble NASA yang sedang mengeksplorasi ruang angkasa menemukan formasi galaksi yang menatap dalam bentuk wajah tersenyum.(ilj/bbs)




Penelitian Terbaru Ungkap Mars Tidak Aman Dihuni Manusia

Kabar6-Para peneliti besar dari seluruh dunia baru-baru ini menyatakan bahwa planet Mars tidak aman untuk manusia. Menurut para peneliti, Mars tidak layak ditinggali manusia dalam jangka waktu lama.

Dalam penelitiannya, melansir Nature, ahli luar angkasa mengungkapkan ancaman radiasi partikel berbahaya di Mars. Temuan mereka menunjukkan, manusia yang tinggal lebih dari empat tahun di planet merah tersebut akan mengalami paparan radiasi tingkat tinggi. Ancaman radiasi ini termasuk partikel dari Matahari, bintang-bintang jarak jauh, dan galaksi.

Ketika di Bumi, manusia dilindungi oleh magnetosfer dari partikel-partikel tersebut. Menurut para peneliti, misi Mars yang berlangsung lebih dari empat tahun dapat membahayakan para astronaut dari paparan radiasi berbahaya tersebut, utamanya yang bersumber dari luar tata surya kita.

Temuan ini merupakan hasil penelitian gabungan dari beberapa lembaga, termasuk UCLA, MIT, Institut Sains dan Teknologi Moskow, dan GFZ Potsdam. ** Baca juga: Super! Pria AS Ini Bisa Mengingat Hampir Semua Kejadian dalam Hidupnya

Penelitian yang diterbitkan jurnal Space Weather ini memaparkan indikator bagaimana misi masa depan ke Mars harus diatur waktunya. Menariknya, matahari bisa melindungi para astronaut yang mendarat di Mars dari radiasi berbahaya ini.

Tapi misi idealnya harus dilaksanakan saat matahari puncak (solar maximum), waktu aktivitas matahari puncak ketika partikel berbahaya dari galaksi jauh dibelokkan oleh peningkatan aktivitas matahari.(ilj/bbs)




Badan Antariksa Eropa Lakukan Siaran Langsung dari Mars Selama Satu Jam

Kabar6-Badan Antariksa Eropa (ESA) melakukan siaran langsung selama satu jam di kanal YouTube, mengajak pemirsa melihat lebih dekat Mars. Ini nerupakan kali pertama dalam sejarah siaran langsung dilakukan dari Planet Merah tersebut.

ESA, melansir tbsnews, melangsungkan siaran langsung ini dalam rangka merayakan ulang tahun ke-20 Mars Express, proyek ESA yang sedang berjalan untuk memahami lebih dalam planet terdekat dari Bumi tersebut. Gambar-gambar dari Mars dipancarkan langsung ke Bumi melalui Visual Monitoring Camera (VMC) di atas pengorbit, menampilkan Mars dari jauh dengan segala kemegahannya.

Sejak misi ini berlangsung selama hampir dua dasawarsa, ini pertama kalinya siaran langsung dilakukan. ** Baca juga: Kasus Sangat Langka, Bayi di Brasil Lahir dengan Ekor ‘Asli’ Sepanjang 12Cm

“Ini adalah kamera tua, awalnya direncanakan untuk tujuan teknis, pada jarak hampir 3 juta kilometer dari Bumi- ini belum pernah dicoba sebelumnya dan sejujurnya, kami tidak seratus persen yakin ini akan berhasil,” jelas James Godfrey, Manajer Operasi Pesawat Luar Angkasa di pusat kontrol misi ESA di Darmstadt.

Ditambahkan, “Tapi saya sangat optimis. Normalnya, kita melihat gambar-gambar dari Mars dan tahu bahwa gambar tersebut diambil beberapa hari sebelumnya. Saya tidak sabar untuk melihat Mars saat ini, sedekat mungkin dengan Mars ‘sekarang’ yang bisa kita dapatkan!”

Agenda ini memang disebut siaran langsung, tetapi akan ada sedikit penundaan karena waktu yang dibutuhkan cahaya untuk menempuh jarak yang sangat jauh antara Bumi dan Mars. Jaraknya bergantung pada orbit kedua planet, tetapi rata-rata sekira 225 juta kilometer.

Waktu antara gambar yang diambil dari orbit di sekitar Mars dan muncul di layar penonton kira-kira 18 menit, sekira 17 menit untuk perjalanan cahaya dari Mars ke Bumi, dan satu menit lagi untuk melewati kabel dan server di darat.(ilj/bbs)




Begini Cara Manusia Bertukar Pesan dengan Alien dari Mars

Kabar6-Proyek bernama ‘A Sign in Space’ yang dibuat oleh seniman visioner, Daniela de Paulis, telah mengirim sebuah pesan dari ExoMars Trace Gas Orbiter (TGO) Badan Antariksa Eropa pada 24 Mei pukul 19.00 UTC.

Setelah pesan dari ExoMars dikirimkan, melansir timesnownews, sekira 16 menit kemudian pesan itu akan diterima kembali oleh orang-orang di Bumi, namun pesan ini tidak bisa diterima secara langsung, karena perlu diterjemahkan. Tiga observatorium radio kelas dunia siap menerjemahkan pesan tersebut. Mereka adalah Allen Telescope Array dari SETI Institute, Robert C. Byrd Green Bank Telescope di Green Bank Observatory, dan observatorium Stasiun Astronomi Radio Medicina yang dikelola oleh Institut Astrofisika Nasional Italia.

Bersama timnya, de Paulis merahasiakan isi pesan sejak awal, dan mereka berkata jika proyek ini bisa menjadi uji coba agar manusia siap jika menerima pesan dari makhluk luar angkasa di masa depan nanti. ** Baca juga: Pria Belanda yang Sudah 12 Tahun Lumpuh Bisa Berjalan Lagi dengan Kekuatan Pikirannya

“Menerima pesan dari peradaban ekstraterestrial akan menjadi pengalaman transformasi yang mendalam bagi seluruh umat manusia. A Sign in Space menawarkan kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk secara nyata berlatih dan mempersiapkan skenario ini melalui kolaborasi global, mendorong pencarian makna tanpa batas di semua budaya dan disiplin ilmu,” kata de Paulis.

Tujuan dari proyek ini adalah untuk memahami bagaimana pendeteksian seperti itu akan berjalan dengan baik, terutama bagaimana para ilmuwan dan masyarakat akan memecahkan kode dan menafsirkan pesan tersebut.

Itu artinya, masyarakat umum nantinya bisa terlibat langsung dalam menafsirkan pesan alien. Mereka yang ingin berkolaborasi akan memiliki akses ke server Discord khusus dan portal untuk pengiriman, baik untuk analisis data atau interpretasi artistik.

Astronom Senior di SETI Institute dan Chief Science Officer di Unistellar, Franck Marchis, mengatakan bahwa eksperimen semacam ini sudah lama tertunda.

“Kami telah mencari sinyal luar angkasa selama lebih dari 60 tahun, tetapi kami tidak pernah benar-benar berpikir tentang seperti apa menerima dan mendekode sinyal seperti itu,” terang Marchis.

Disebutkan, Marchis telah mengatur penjangkauan dan kolaborasi internasional untuk melakukan siaran langsung saat Bumi menerima sinyal pesan.(ilj/bbs)




Peneliti Tiongkok Klaim Pertama Kali Temukan Air di Planet Mars yang Indikasikan Layak Huni

Kabar6-Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh kendaraan penjelajah (rover) Zhurong, tim peneliti di Tiongkok mengklaim untuk pertama kalinya menemukan air di planet Mars.

Pada penemuan yang dipublikasikan dalam jurnal akademik internasional Advances in Science and Research, menunjukkan beberapa benda seperti kerak permukaan, retakan, granulasi, dan tanda air terdapat di bukit pasir Mars di sekitar lokasi pendaratan Zhurong.

Data tersebut, melansir Globaltimes, mengarah pada sebuah analisis bahwa permukaan bukit pasir tersebut kaya akan air yang mengandung mineral, seperti sulfat hidrat, protein, dan besi hidroksida. “Hal yang lebih penting, kami percaya keberadaan air di bukit pasir tersebut tidak terbentuk dari air tanah atau karbon dioksida, melainkan embun beku atau hujan salju,” kata Qin Xiaoguang, penulis laporan penelitian pada jurnal ilmiah tersebut.

Keberadaan air di Mars merupakan topik yang sangat menarik bagi sejumlah kalangan karena bisa memberikan implikasi penting terhadap migrasi petualangan dan pemahaman evolusi iklim di planet tersebut.

Science and Technology Daily melaporkan, keberadaan air dalam bentuk cair tersebut mengindikasikan Mars sebagai lingkungan yang layak huni sehingga berpotensi adanya kehidupan.

Pada 2021, misi eksplorasi pertama Tiongkok di Mars Tianwen-1 berhasil mendaratkan Zhurong di tepi selatan Utopia Planitia, kawasan terendah planet Mars. ** Baca juga: Diduga Agar Mayat Tak Diperkosa, Sebuah Kuburan di India Digembok

Zhurong telah aktif selama 347 sol (356,5 hari di Bumi) sejak ditempatkan di permukaan Mars. Kendaraan penjelajah tersebut tidak aktif sejak 20 Mei 2022 menjelang badai pasir dan musim dingin Mars.(ilj/bbs)




StarCrete Bakal Jadi Rumah Manusia di Mars yang Terbuat dari Kentang

Kabar6-Peneliti dari Universitas Manchester, Inggris, mengembangkan bahan bangunan baru untuk pengunjung masa depan di Mars. Mereka mengatakan, bangunan manusia masa depan di Mars dapat dibuat hanya dari tepung kentang, garam, dan tanah dari Mars.

Ketiga bahan itu disebut dua kali lebih kuat ketimbang beton tradisional. Bangunan yang akan dibangun ini diberi nama ‘StarCrete’. Melansir Euronews, tim peneliti memanfaatkan fakta bahwa tepung kentang mungkin menjadi salah satu menu yang disediakan dalam kunjungan manusia ke Mars mendatang. Mereka memperkirakan sekira 25 kg karung kentang kering yang mengandung pati cukup untuk membangun setengah metrik ton StarCrete. Atau, kira-kira cukup untuk menyusun sekira 213 batu-bata untuk bangunan tersebut.

Dengan gabungan pati kentang, garam, dan magnesium klorida yang diambil dari tanah Mars, kekuatan StarCrete bisa meningkat hingga 72 Megapascal (MPa), atau setara dua kali lipat kekuatan beton biasa yang hanya 32 MPa.

Aled Roberts, peneliti utama proyek ini menjelaskan bahwa StarCrete dapat menjadi salah satu ide alternatif, walaupun masih belum diketahui kapan penerapannya. ** Baca juga: Ilmuwan Sebut Jumlah Manusia yang Bisa Ditampung Bumi

“Teknologi bangunan saat ini masih membutuhkan pengembangan bertahun-tahun dan membutuhkan energi yang besar serta peralatan pemrosesan berat tambahan, yang semuanya menambah biaya dan kerumitan misi. StarCrete tidak memerlukan semua itu dan sebagainya. Ini menyederhanakan misi dan membuatnya lebih murah dan lebih lanyak,” urai Roberts.

Sementara itu, startup tim Roberts bernama DeakinBio, ingin melihat bagaimana tepung kentang dan garam dapat digunakan di bumi sebagai alternatif yang murah, lebih hijau dari beton yang digunakan selama ini.(ilj/bbs)




Pada 2030 Mendatang Manusia Diharapkan Bisa Tinggal dan Bekerja di Bulan

Kabar6-Pejabat dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengatakan, manusia bisa hidup dan bekerja di Bulan pada 2030 mendatang, sehingga mempermudah kemungkinan eksplorasi ruang angkasa.

NASA berharap, manusia bisa mulai membangun koloni atau permukiman di Bulan pada 2030. Padahal sejak lama, komunitas ilmuwan menganggap Bulan tidak bisa dihuni manusia. Pernyataan ini disampaikan setelah NASA meluncurkan pesawat luar angkasa tak berawak ke Bulan beberapa waktu lalu.

Hampir 50 tahun setelah NASA mengirim manusia pertama ke Bulan, melansir Newscientist, program dan misi luar angkasa baru bertujuan untuk mengirim kembali manusia di satelit Bumi tersebut, namun dengan tujuan akhir untuk membuat Bulan sebagai jalur menuju eksplorasi luar angkasa di masa depan.

Potensi keberadaan air di Bulan juga dapat memperkuat alasan berhasilnya misi. Astronaut yang hidup di Bulan bisa dimanfaatkan sebagai langkah awal misi mengirim manusia ke Mars. ** Baca juga: Sebagai Pelipur Lara, Pria India Bikin Patung Silikon Mendiang Istri Senilai Ratusan Juta

Kepala program luar angkasa Orion NASA, Howard Hu menerangkan bahwa habitat manusia penting untuk mendukung misi ilmiah di masa depan. Hu menambahkan, peluncuran roket Artemis yang membawa Orion pada 16 November tahun lalu merupakan hari bersejarah dalam bidang penerbangan luar angkasa manusia.

Mereka, dikatakan Hu, akan mengirim orang ke permukaan Bulan dan akan tinggal di sana untuk melakukan penelitian ilmiah. Misi Bulan Artemis 1 sedang berlangsung sebagai program mengorbit Bulan tanpa awak dan merupakan penerbangan luar angkasa besar pertama dari serangkaian program Artemis NASA.

Orion tak berawak akan menguji dirinya sendiri untuk membawa kapsul ke Bulan dan berhasil kembali ke Bumi. Hu juga mengatakan, ini merupakan langkah pertama untuk eksplorasi luar angkasa jangka panjang tidak hanya bagi Amerika Serikat, tapi juga seluruh dunia.

Jika manusia yang dikirim ke Bulan ini nantinya bisa melihat bukti keberadaan air, maka air tersebut bisa digunakan sebagai bahan bakar roket untuk menuju Mars.(ilj/bbs)




Pertama Kali, Ilmuwan Dengar Rekaman Suara ‘Debu Setan’ dari Permukaan Planet Mars

Kabar6-Untuk pertama kalinya, para ilmuwan mendengar suara aneh yang disebut ‘dust devils’ atau debu setan dari permukaan planet Mars.

Rekaman suara tornado kecil dan debu tadi, melansir metro.co.uk, menyapu sepanjang permukaan planet Martian tersebut. Suara itu seperti angin puyuh alien, yang ditangkap dan dikirim kembali oleh penjelajah Perseverance. Menurut para peneliti, ini pertama kalinya fenomena tersebut terdengar dan bisa digunakan untuk memahami planet Mars dengan lebih baik.

“Kita dapat belajar lebih banyak dengan menggunakan suara daripada dengan beberapa alat lainnya,” ungkap Roger Wiens, Profesor Ilmu Bumi, Atmosfer, dan Planet di Fakultas Sains Universitas Purdue, yang memimpin tim ilmuwan.

Dijelaskan, “Mereka membaca secara berkala. Mikrofon memungkinkan kita mengambil sampel, tidak cukup dengan kecepatan suara, tetapi hampir 100.000 kali per detik. Ini membantu kami mendapatkan pemahaman yang lebih kuat tentang seperti apa Mars itu.”

Temuan ini dilaporkan dalam makalah baru berjudul ‘The sound of a Martian dust devil’, diterbitkan dalam jurnal Nature Communications. ** Baca juga: Ekspor Susu Stroberi dan Kopi Senilai Sekira Rp15,6 Miliar ke Korut, Pria Singapura Ini Dipenjara

Penjelajah Perseverance NASA mendarat di Mars pada 2020 lalu dan membawa serta mikrofon yang berfungsi pertama kalinya di permukaan planet tersebut. Ini adalah salah satu dari sejumlah sensor di ‘kepala’ penjelajah, yang dikenal sebagai SuperCam, yang juga mencakup kamera dan spektrometer.

Mikrofon dinyalakan selama sekira tiga menit setiap beberapa hari. Itu artinya, keberuntungan bisa menentukan apa yang ditangkap. Sejak dikerahkan ke Mars, penjelajah Perseverance menangkap bukti hampir 100 ‘dust devils’.

Rekaman suara dapat digunakan bersama data lain untuk lebih memahami atmosfer dan cuaca di Mars, menunjukkan bagaimana planet ini memiliki badai kecil dengan angin kencang dan lemah. Jadi, astronaut tidak perlu khawatir dengan angin kencang yang dapat menekan lokasi di mana penjelajah itu ditempatkan.

Namun angin kencang juga tampaknya cukup untuk mencegah pasir menumpuk di panel surya pada peralatan, yang mungkin membantu pesawat penjelajah sebelumnya bertahan lebih lama dari yang diharapkan.

“Tim penjelajah itu akan mengalami penurunan daya yang lambat selama beberapa hari hingga minggu, lalu melonjak. Saat itulah angin membersihkan panel surya,” demikian pernyataan Profesor Wiens.(ilj/bbs)




November Mendatang, NASA Luncurkan Piring Terbang Raksasa untuk Kirim Astronaut ke Mars

Kabar6-Mulai November nanti, NASA akan meluncurkan piring terbang raksasa ke luar angkasa. Menurut laporan, misi Low-Earth Orbit Flight Test of an Inflatable Decelerator (LOFTID) akan menguji pelindung panas yang akan digunakan untuk mengirim pesawat ruang angkasa.

Piring terbang raksasa ini, melansir Dailymail, kabarnya bisa membantu manusia mendarat di Mars dengan selamat. “NASA berharap tes tersebut akan menunjukkan bagaimana pelindung panas dapat memperlambat pesawat ruang angkasa untuk bertahan dari masuknya atmosfer. Teknologi ini juga membantu berbagai misi NASA yang direncanakan ke tujuan seperti Mars, Venus, Titan dan kembali ke bumi,” demikian penjelasan NASA.

NASA akan mengungkapkan teknologi tersebut untuk pertama kalinya dari orbit rendah Bumi, pada 1 November mendatang. ** Baca juga: Sel Otak Buatan Ilmuwan yang ‘Hidup’ di Piring Bisa Belajar Bermain Video Game

Piring terbang akan diluncurkan ke luar angkasa dengan roket United Launch Alliance Atlas V, bersama dengan satelit cuaca yang mengorbit kutub JPSS-2.

“Setelah JPSS-2 mencapai orbit, pelindung panas akan dikerahkan dan diposisikan pada lintasan masuk kembali dari orbit rendah Bumi untuk menguji kemampuannya. Jika tes ini berhasil, dapat membantu NASA mencapai tujuannya membawa manusia ke Mars dalam dekade berikutnya,” ungkap NASA.

Ditambahkan NASA, teknologi ini juga mampu mendukung kru pendaratan dan misi robot besar di Mars selain membawa muatan yang lebih berat kembali ke Bumi.(ilj/bbs)