1

Bosan Jalani Pengobatan Leukimia, Bocah 12 Tahun Ini Ingin Ledakkan Bom

Kabar6-Di usianya yang masih sangat muda, Declan (12) sudah menjalani berbagai pengobatan akibat Leukimia yang dideritanya. Hal ini tentu saja membuat Declan menjadi bosan.

Bukannya meminta liburan atau ingin bermain di pusat perbelanjaan, melansir 9news, Declan malah meminta izin kedua orangtuanya agar bisa meledakkan berbagai barang demi mengatasi rasa penat tersebut. Tak disangka, permintaan tersebut diizinkan. Siapa sangka, keinginan tersebut ternyata didengar oleh lembaga Make A Wish Australia dan juga Australian Federal Police. Di bawah pengawasan dua lembaga tersebut, Declan pun diizinkan untuk meledakkan berbagai barang dengan bom.

Diketahui, lembaga Make A Wish Australia adalah lembaga yang bergerak pada pelayanan sosial dengan tujuan membantu mengabulkan berbagai permintaan anak-anak di seluruh dunia yang terkena penyakit serius. Declan sendiri menderita leukemia yang sudah cukup parah, dan kini sedang menjalani program kemoterapi sejak tujuh bulan silam.

Declan mengatakan bahwa ia sangat bersemangat untuk meledakkan berbagai benda dengan bom. Bocah itu pun mendengarkan dengan seksama instruksi dari pengawas untuk menarik pin, bersembunyi di balik pintu, atau meledakkan berbagai benda seperti pintu dan lain sebagainya.

Belinda, ibunda Declan, sangat berbahagia melihat buah hatinya tertawa lebar begitu melihat berbagai benda meledak di depannya dan berharap jika hal ini bisa membuatnya terus bersemangat melakukan kemoterapi hingga sembuh. ** Baca juga: Pasutri Tato Lengan Anak Mereka Agar Mudah Ditemukan Saat Hilang

Tak hanya meledakkan bom, Declan diketahui ikut dalam latihan penyelamatan sandera penculikan, berpatroli di atas mobil dengan pelindung khusus, dan bahkan bertemu dengan Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull.(ilj/bbs)




Demi Biaya Pengobatan Anaknya, Pria Ini Jual Pelukan Seharga Rp19 Ribu

Kabar6-Demi anak apa saja akan dikorbankan seorang ayah. Hal itu juga yang dilakukan oleh Feng Kai (25). Pria asal Anhui, Tiongkok, ini ‘menjual’ pelukan demi membiayai pengobatan putranya yang menderita leukemia. Setiap pelukan dihargai Rp19 ribu.

Untuk menarik perhatian, seperyi dilansir Yitu News, Kai memakai kostum kostum beruang cokelat, dan ‘menjajakan’ pelukan di kawasan Hefei, Provinsi Anhui, Tiongkok. Pria itu membawa poster dari kardus yang dikalungkan pada lehernya, bertuliskan kisah duka yang dialaminya sehingga membuat Kai harus menjual pelukan.

Demi membiayai pengobatan putranya yang didiagnosa leukemia, keluarga dan kerabat Kai pernah meminta pria itu untuk menyerah karena biaya pengobatan terlalu mahal. Diketahui, untuk biaya pengobatan sang anak selama dua tahun ini sudah habis sekira Rp716 juta.

Namun Kai tidak mau menyerah. Dia memilih berhenti dari pekerjaannya sebagai mekanik agar bisa merawat sang anak. Sayangnya, aksi Kai kurang mendapat sambutan. Terbukti, selama berdiri di kawasan Hefei hanya beberapa orang melintas saja yang tertarik mendapatkan pelukan darinya. Dalam tiga hari kerja, dia hanya berhasil menjual tujuh pelukan dan mendapatkan 100 Yuan. ** Baca juga: Tragis, Model Cantik Ini Meninggal Setelah Menyanyi dengan Nada Tinggi

Kisah sedih Kai ini ramai dibicarakan di media sosial dan diangkat oleh media, sehingga menyentuh hati para netizen. Bantuan untuk anak Kai pun berdatangan, dan pria itu mendapat donasi lebih dari 180 ribu Yuan.(ilj/bbs)




Amankah Menggunakan Obat Nyamuk Semprot di Rumah?

Kabar6-Untuk mengusir nyamuk atau serangga yang mengganggu, biasanya kita menggunakan obat semprot. Namun, benarkan pemakaian obat jenis itu tidak akan menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan?

Penggunaan obat nyamuk semprot yang mengandung pestisida di dalam rumah, ternyata bisa meningkatkan risiko berkembangnya leukemia (kanker darah) atau limfoma (kanker getah bening) pada anak-anak. Pestisida alias bahan kimia pembunuh hama kerap dipakai untuk membasmi serangga di dalam dan sekitar rumah.

Peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health, dilansir tempo.co, mengkombinasikan data dari 16 studi pendahuluan yang membandingkan paparan pestisida pada anak-anak yang terkena leukemia atau limfoma serta pada anak-anak yang tidak terkena dua penyakit itu. Studi ini menghitung level insektisida dan herbisida (pembunuh gulma) di dalam rumah, di halaman, dan di luar rumah.

Kesimpulan yang didapat, 47 persen anak-anak yang terpapar insektisida di dalam rumah lebih mungkin terkena leukemia, dan 43 persen lebih mungkin terkena limfoma. Meski kedua penyakit ini terhitung jarang di Amerika Serikat, efek leukemia sekira lima dari 100 ribu anak-penyakit ini merupakan jenis kanker umum pada anak.

“Ingat bahwa pestisida didesain dan diproduksi untuk membunuh organisme,” kata kepala peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health Boston, Massachusetts, Chensheng Lu.

Dikatakan, jumlah kasus kanker pada anak meningkat dari tahun ke tahun. Sampai saat ini, belum diketahui pasti penyebabnya, tapi pestisida selalu masuk hitungan dalam hal kontribusi atas penyakit ini.

Analisis Chensheng Lu mengkonfirmasi bahwa pestisida berperan penting dan signifikan dalam perkembangan leukemia dan limfoma pada anak-anak. “Titik tekan saya adalah paparan bahan kimia itu secara pasti menjadi faktor risiko kanker,” katanya. Orangtua seharusnya menghindari penggunakan bahan kimia di sekitar anak dan di tempat anak bermain.

Dalam analisis terbaru, mereka mengamati tiga jenis paparan pestisida pada anak, yakni insektisida dalam ruangan, insektisida di luar ruangan, dan herbisida. Studi ini melibatkan hampir 1.200 anak yang terkena kanker.

Peneliti juga menemukan bahwa anak-anak yang terpapar herbisida memiliki kemungkinan 26 persen lebih besar untuk didiagnosis terkena leukimia pada masa kanak-kanak dibanding mereka yang tidak terpapar. “Tapi peneliti tidak menemukan hubungan antara penggunakan insektisida di luar ruangan dan kanker pada anak,” kata Chensheng Lu.

 

Hubungan antara penggunaan insektisida di dalam ruangan dan meningkatnya kemungkinan kanker sangat rasional karena kurangnya udara segar ketika bahan kimia itu disemprotkan. Anak-anak dapat terpapar pestisida pada sistem pernafasan atau makanan mereka. Residu bahan kimia tertinggal di permukaan tempat anak-anak bermain.

Bahan kimia itu mungkin menempel pada tangan dan dari tangan itu diusapkan ke mulut mereka. Secara umum, anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun sangat rentan terkena kanker yang disebabkan oleh efek pestisida.

“Kita tidak bisa membiarkan keadaan ini terjadi terus-menerus,” kata Catherine J. Karr, Direktur Pediatric Environmental Health Specialty Unit University of Washington. ** Baca juga: Segera Cuci Peralatan Dapur Usai Olah Makanan Mentah

Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat menawarkan tips aman, yakni tidak menggunakaan pestisida melebihi takaran yang rekomendasikan, serta menjauhkan anak-anak, hewan piaraan, dan mainan dari area semprotan sampai pestisida kering.(ilj/bbs)