1

Ini Nominal yang Bakal Diberikan Pemerintah Korsel untuk Warganya yang Pacaran Hingga ke Jenjang Pernikahan

Kabar6-Pemerintah di Distrik Saha-gu Busan, Korea Selatan (Korsel), bakal memberikan tunjangan kehidupan plus biaya beli rumah untuk warganya yang berpacaran hingga berhasil ke jenjang pernikahan.

Ya, pemerintah setempat bersedia menggelontorkan dana yang tak sedikit agar warganya mau membina rumah tangga dan memiliki anak, sebagai imbas dari krisis populasi di Negeri Gingseng ini.

Total uang yang akan didapat dari setiap pasangan hingga mereka menikah di Distrik Saha-gu Busan sekira Rp627 jutaan hingga Rp840 jutaan. Melansir koreaherald, untuk warga yang bersedia pacaran mendapatkan sekira Rp5,8 jutaan. Kemudian jika bisa mempertemukan kedua keluarga untuk mempersiapkan pernikahan mendapat sekira Rp11,8 juta. Nah, apabila perjodohan berhasil dan pasangan itu melangsungkan pernikahan, pemerintah Distrik Saha-gu Busan akan memberi ‘angpao pengantin baru’ sebesar sekira Rp236,8 juta.

Tak sampai di situ, setelah menikah pun pemerintah akan menawarkan uang jaminan untuk membeli rumah sekira Rp355 jutaan. Namun apabila pasangan tersebut tidak berniat membeli rumah, pemerintah akan memberikan uang sebesar sekira Rp94,7 juta per bulan.

Untuk saat ini, sejumlah program tersebut hanya ditujukan kepada masyarakat yang lahir atau bekerja di Distrik Saha-gu Busan, harus dipastikan lajang dan kelahiran 1981 hingga 2001.

Tapi, ada rencana bahwa program ini diperluas lagi ke kelompok yang lebih besar, yaitu orang asing yang tinggal atau bekerja di Saha-gu Busan.

“Aturan baru itu berlaku di tahun depan,” tulis laporan yang beredar. “Tujuan diadakannya program ini jelas yaitu untuk mengatasi krisis populasi di tengah rendahnya angka kelahiran di Korea Selatan,” kata Lee Gap-jun, Bupati Saha-gu Busan.(ilj/bbs)




Stroller Hewan Lebih Laku Ketimbang Stroller Bayi Tunjukkan Krisis Populasi di Korsel

Kabar6-Krisis populasi disebut tengah melanda Korea Selatan (Korsel). Selain menurunnya angka kelahiran, untuk pertama kalinya penjualan stroller hewan peliharaan lebih laku ketimbang stroller bayi.

Menurut data Gmarket, operator platform e-commerce di Korsel, melansir Koreaherald, sebanyak 43 persen dari total jumlah kereta dorong bayi yang dijual di platform tersebut selama tiga kuartal pertama tahun 2023 adalah untuk bayi manusia, sedangkan 57 persen sisanya adalah kereta dorong bayi yang dirancang untuk hewan, terutama anjing dan kucing.

Rasio penjualan kereta dorong bayi terhadap total kereta dorong bayi terus menurun dari 67 persen pada 2021, 64 persen pada 2020, dan 43 persen pada 2023. Sementara itu, rasio penjualan kereta dorong hewan peliharaan terus meningkat dari 33 persen pada 2021 menjadi 36 persen pada 2022 dan 57 persen pada 2023.

Angka-angka tersebut mencerminkan beberapa tren yang meningkat, seperti rendahnya jumlah bayi baru lahir di negara ini dan meningkatnya jumlah orang yang hidup dengan hewan peliharaan. Menurut Statistik Korea, tingkat kesuburan total adalah 0,78 pada 2022, terendah di dunia. Angka tersebut diperkirakan akan turun lebih jauh lagi.

Organisasi statistik nasional mengatakan, tingkat kesuburan diperkirakan sebesar 0,72 tahun ini dan turun di bawah 0,7 hingga 0,68 pada tahun 2024 sebelum meningkat lagi. Sementara itu, jumlah rumah tangga yang memelihara hewan peliharaan semakin meningkat.

Data dari Kementerian Pertanian, Pangan, dan Pedesaan menunjukkan bahwa lebih dari enam juta rumah tangga memiliki hewan peliharaan pada tahun lalu, dibandingkan dengan 3,6 juta rumah tangga pada 2012.(ilj/bbs)




Sekolah SMP di Jepang Tutup Usai Luluskan Dua Murid Gara-gara Krisis Populasi

Kabar6-SMP Yumoto di bagian pegunungan Jepang utara terpaksa tutup usai dua murid terakhirnya, Eita Sato dan Aoi Hoshi, lulus pada awal April 2023. Sato dan Hoshi menjadi dua siswa terakhir dari sekolah yang sudah berdiri sejak 76 tahun lalu itu.

Ya, pemerintah Jepang kini tengah dibayangi masalah rendahnya tingkat kelahiran yang terjadi lebih cepat dari perkiraan. Kondisi itu, berimbas ke banyak hal, salah satunya penutupan sekolah di banyak pedesaan Jepang.

“Kami mendengar desas-desus tentang penutupan sekolah di tahun kedua kami, tetapi saya tidak membayangkan itu akan benar-benar terjadi. Saya terkejut,” kata Sato.

Tingkat kelahiran di Jepang, melansir Japantimes, anjlok lebih cepat dari yang diperkirakan, hingga berdampak pada penutupan sekolah yang meningkat pesat, terutama di daerah pedesaan seperti Ten-ei, area ski pegunungan dan mata air panas di prefektur Fukushima. Angka kelahiran yang jatuh adalah masalah regional Asia, dengan biaya membesarkan anak mengurangi angka kelahiran di negara tetangga Korsel dan Tiongkok. Tetapi situasi Jepang sangat kritis.

Perdana Menteri Fumio Kishida telah menjanjikan ‘langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya’ untuk meningkatkan angka kelahiran, termasuk menggandakan anggaran untuk kebijakan terkait anak, dan mengatakan menjaga lingkungan pendidikan sangat penting.

Kini, angka kelahiran Jepang anjlok di bawah 800 ribu pada 2022. Angka itu menjadi rekor terendah baru, padahal pemerintah memperkirakan angka itu baru akan datang pada delapan tahun lagi. Pemerintah Jepang mencatat, sekira 450 sekolah ditutup setiap tahun.

Antara 2002 dan 2020, hampir 9.000 menutup pintu mereka secara permanen, sehingga sulit bagi daerah terpencil untuk menarik penduduk baru dan lebih muda. ** Baca juga: Ditangkap, Wanita Lansia 78 Tahun yang Tiga Kali Rampok Bank di AS

“Saya khawatir orang tidak akan menganggap daerah ini sebagai tempat pindah untuk memulai sebuah keluarga jika tidak ada sekolah menengah pertama,” kata Masumi, ibunda Sato, yang juga lulusan SMP Yumoto.(ilj/bbs)