1

Miliki Konsep Berbeda, Pasangan Pengantin Ini Gelar Pesta Hidangkan Makanan Basi

Kabar6-Entah karena menghemat atau pelit, pasangan Seigo Robinson dan Romilde Kotze mengusung konsep yang mereka sebut ‘ramah lingkungan’ saat merayakan pesta pernikahan.

Pasangan asal Inggris ini, dilansir metro.co.uk, menggunakan barang bekas sebagai aksesoris pernikahan, mulai dari cincin kawin hingga pakaian pernikahan.

“Kita menggunakan pakaian dan cincin pernikahan dari barang bekas. Kita menggunakan tema ini sebenarnya untuk menghemat biaya pernikahan,” kata Seigo.

Tidak hanya menggunakan barang bekas, mereka pun menyajikan makanan kedaluwarsa alias basi untuk tamu undangan. Meskipun demikian, makanan tersebut masih bisa dikonsumsi dan dibentuk semenarik mungkin. Sementara hadiah pernikahan diberikan kepada yayasan amal.

Dengan memilih konsep ramah lingkungan, pasangan ini mengaku bisa menghemat ongkos pernikahan hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan biaya pernikahan umum di Inggris.

Diketahui, pernikahan di Inggris memang tergolong mahal. Sekali menggelar pesta pernikahan bisa membutuhkan biaya mencapai sekira Rp461 juta. ** Baca juga: Seram, Karya Seni Ini Berasal dari Tubuh Manusia

Berniat mengikuti jejak mereka? (ilj/bbs)




Waduh, Tidak Ada yang Pakai Baju di Desa Hertfordshire

Kabar6-Mungkin keberadaan desa yang satu ini belum banyak diketahui. Terlebih kebiasaan penduduk di sana sungguh berbeda dari desa lainnya. Tempat itu bernama desa Hertfordshire, yang terletak di Inggris.

Hal yang berbeda, dalam keseharian semua penduduk di sana beraktivitas tanpa mengenakan selebar benang pun alias tidak berbusana. sebagaimana dilansir mirror.co.uk, Hertfordshire merupakan desa tua yang selama ini tersembunyi keberadaannya, dan dijuluki sebagai ‘desa telanjang’.

“Tidak ada perbedaan antara kami dengan orang-orang yang tinggal di jalanan. Kami semua hidup normal dengan segala macam pengiriman. Tukang susu, tukang koran, tukang pos dan pedagang tahu bahwa kami ada. Mereka tahu cara menemukan kami dan mereka tidak merasa terganggu,” ujar Iseult Richardson (82).

Diketahui, desa ini didirikan pada 1929 oleh ayah Iseult, Charles Macaskie. Setelah selama 85 tahun komunitas kecil ini hidup secara rahasia, akhirnya desa tersebut akan dibuka untuk umum. ** Baca juga: Di Thailand Ada Restoran Berhiaskan Kondom untuk Dukung Program KB

Apakah saat musim dingin pun mereka tetap tidak berbusana? (ilj/bbs)