1

Sebelum Melukis, Penduduk Asli Amerika Prasejarah Gunakan Zat Halusinogen untuk Timbulkan Efek Halusinasi

Kabar6-Dalam penelitian yang dipimpin oleh University of Central Lancashire dan melibatkan Departemen Arkeologi University of Southampton, terungkap bahwa penduduk asli Amerika prasejarah menciptakan seni cadas atau lukisan gua sebagai bagian dari pengalaman halusinasi akibat zat halusinogen.

Halusinogen adalah jenis psikotropika atau kondisi yang menimbulkan efek halusinasi, mengubah perasaan, pikiran, dan menciptakan daya pandang berbeda sehingga seluruh suasana hati dapat terganggu.

Para akademisi, melansir independent, melakukan penggalian di sebuah situs gua di California setelah menemukan lukisan yang dianggap menggambarkan bunga Datura wrightii, tanaman yang secara historis digunakan karena sifat halusinogennya sebagai bagian dari upacara masyarakat yang rumit. Penggunaan Datura yang paling terkenal di California adalah sebagai bagian dari inisiasi remaja atau ritual akil baligh. Akar tanaman tersebut diolah menjadi minuman untuk kaum muda di komunitas tersebut sebagai pengakuan dari anak-anak menjadi remaja.

Di samping lukisan, para peneliti juga menemukan sejumlah bahan yang dikunyah, yang hampir semuanya ditemukan terbuat dari Datura. Penelitian ini memperkuat hubungan antara konsumsi halusinogen dan penciptaan seni cadas, dengan menunjukkan bahwa seni tersebut menggambarkan tanaman itu sendiri.

“Hubungan antara halusinogen dan seni cadas telah lama diduga ada, dan penelitian ini menunjukkan bahwa seni cadas tidak hanya menjadi sumber inspirasi kreatif bagi kelompok masyarakat prasejarah, tetapi juga merupakan prinsip inti dari ritual penting dan pertemuan masyarakat,” kata Dr David Robinson, Dosen Arkeologi di University of Central Lancashire (UCLan).(ilj/bbs)




Benarkah Gambar Unicorn di Dinding Gua Afsel Buktikan Makhluk Itu Pernah Ada?

Kabar6-John Barrow, seorang pejabat dari Afrika Selatan (Afsel), yang menerbitkan sketsa unicorn pada 1797, mengklaim sketsa buatannya disalin dari lukisan batu di gua prasejarah sepanjang Sungai Tarka, Afsel.

Benarkah sketsa hewan yang disalin dari lukisan batu tersebut adalah unicorn dari Afsel? Diketahui, mencari unicorn adalah hal biasa di Afsel sejak era kolonial dengan iming-iming mendapat hadiah. Setelah sketsa unicorn milik Borrow dikenal, ahli kemudian meneliti hewan apa yang sebenarnya ada di lukisan batu tersebut.

Penelitian ini, melansir iflscience, sekaligus ingin mengidentifikasi makhluk apa yang pernah hidup berdampingan dengan manusia di benua Eurasia. Lukisan batu atau seni cadas di Afrika Selatan biasanya bergambar bola lengkung bertanduk satu, atau digambarkan memiliki garis-garis yang disebut ‘kamma’. Nah, pola inilah yang awalnya dianggap menggambarkan unicorn.

Namun, ahli sains menganggap lukisan tersebut bukan unicorn, melainkan hewan lain seperti badak atau antelop. Messki begitu, sejumlah warga lokal masih melaporkan keberadaan makhluk mirip unicorn itu.

Misalnya, seorang warga asli mengatakan hewan itu sangat sadis dan ada satu tanduk di keningnya berukuran sangat panjang. ** Baca juga: Temuan dari Zaman Besi, Fosil Wanita Berusia 2.200 Tahun dalam Pohon di Swiss

Pemeriksaan kemudian dilakukan pada gambar hewan bertanduk satu yang muncul di lukisan batu tersebut. Hewan dalam lukisan tadi diklaim mirip dengan mitos ‘binatang hujan’ San Lore, yang dikatakan memiliki garis pada tubuhnya dengan tanduk soliter.

Setelah berbagai pengamatan muncul, ahli menyimpulkan jika ‘unicorn’ Afsel tampaknya merupakan gambar ‘binatang hujan’ San Lore. Kemungkinan, makhluk itu secara tidak sengaja mirip unicorn dalam dongeng Eropa karena sama-sama memiliki tanduk satu. (ilj/bbs)