oleh

Sepultura Bakal Guncang 3 Kota Besar di Indonesia

image_pdfimage_print

Kabar6-Band metal legendaris, Sepultura bakal mengguncang sejumlah kota besar di tanah air sepanjang 9 sampai 11 November mendatang.

Dan, Selasa (6/11/2012), band legendaris tersebut telah tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta (BSH), Tangerang. Kedatangan personil band rock itu tanpa pengawalan ketat petugas.

Sedianya, Sepultura dijadwalkan bakal menggebrak sejumlah kota besar, seperti Jakarta, Tenggarong dan Makssar, pada 9 hingga 11 November mendatang.

Sepultura digawangi Paulo Jr (bass, 1984-sekarang), Andreas Kisser (lead guitar, backing vocals, 1987-sekarang), Derrick Green (lead vocals, rhythm guitar, percussion, 1997-sekarang) dan Eloy Casagrande (drums, percussion, 2011-sekarang).

Band metal ini dijadwalkan bakal mengguncang lapangan Senayan Jakarta, pada 10 november mendatang. Anda penasaran? Silahkan saksikan langsung penampilannya.

Ya, Sepultura sebenarnya merupakan kekuatan besar di era keemasan musik metal pada akhir 80-an hingga awal 90-an. Aliran metal (logam) sendiri merupakan pengembangan yang lebih keras dari  rock (cadas).

Dari karakter musiknya, Sepultura mengusung death metal dan thrash metal, dua subgenre dari metal. Death metal karena musik yang dibawakan Sepultura dipenuhi dengan suara gitar yang didistorsi, struktur nada yang kompleks, vokal yang seperti orang menggeram dan perubahan- perubahan tempo yang cepat dan beragam.

Dari gebukan drum yang super cepat dan dari lirik-lirik tentang isu-isu sosial maupun semangat anti-kemapanan, Sepultura termasuk dalam thrash metal.

Meski tidak temasuk ‘4 Besar” (Metallica, Megadeth, Slayer and Anthrax) dalam subgenre ini, MTV menobatkan Sepultura sebagai band metal Brazil paling sukses dalam sejarah dan “boleh jadi band metal paling penting pada 90-an.”

Sepultura juga kerap disebut sebagai peletak landasan bagi metalcore dan nu metal, dua subgenre metal yang merupakan gabungan dari beberapa subgenre seperti hardcore punk sampai hip-hop.

Sepultura dibentuk pada 1984 oleh dua remaja bersaudara: Max dan Igor Cavalera di Belo Horizonte, ibukota dari Minas Gerais, Brazil. Ketika itu, dua anak lelaki belasan tahun ini baru saja kehilangan ayah mereka yang meninggal akibat serangan jantung.

Kepergian sang ayah bukan saja mengakibatkan kehancuran ekonomi keluarga tapi juga kekosongan jiwa bagi Max dan Igor yang pada hari itu juga terinspirasi membentuk band setelah Max mendengarkan album Black Sabbath Vol. 4 .

Mereka memilih nama ‘Sepultura’, bahasa Portugis yang berarti grave  atau ‘kuburan’,  setelah Max menerjemahkan lirik lagu Motörhead yang berjudul Dancing on Your Grave (Menari di Atas Kuburanmu).

Pada 1984 tersebut, personel awal Sepultura adalah Max (gitar), Igor (drum)
Wagner Lamounier (vokal), dan Paulo Jr (bas). Setahun kemudian Lamounier keluar dan posisi vokal diisi oleh Max sendiri. Jairo Guedes kemudian direkrut untuk mengisi posisi gitaris utama.

Setelah menelurkan album perdana Morbid Visions (1986), Jairo Guedes hengkang karena sudah merasa kehilangan minat pada death metal. Posisinya lalu digantikan Andreas Kisser dan Sepultura meluncurkan album kedua Schizophrenia  (1987) yang juga diluncurkan secara internasional.

Sejak itu nama Sepultura di kancah dunia mulai diperhitungkan, dan popularitas dua bersaudara Cavalera ikut meroket. Mereka kemudian meluncurkan album berturut-turut Beneath the Remains (1989), Arise (1991), Chaos A.D. (1993).

Chaos A.D. menjadi album paling heboh dari Sepultura. Kritikus musik menyebutnya sebagai album metal terhebat sepanjang masa.

Album ini pula yang membuat mahasiswa dari Surabaya sampai Medan pada petengahan 90-an gemar melakukan headbanging (mengangguk-anggukan dan memutar kepala) sebagai ekspresi yang merupakan apresiasi terhadap musik garang ini.

Namun setiap band besar melalui masa kritis setelah merasakan puncak ketenaran. Pada 1996, Max Cavalera kecewa karena merasa dikhianati oleh Andreas Kisser yang mengambil posisinya sebagai vokalis utama ketika Max harus absen dalam konser setelah tahu anak tirinya, Dana Wells, tewas dibunuh.

Max benar-benar hengkang setelah band memecat Gloria Bujnowski, istrinya yang juga ibu Dana Wells, sebagai manajer setelah merilis album Roots (1996).

Alasan band memecat Gloria karena ia dianggap lebih mementingkan Max dibanding band secara keseluruhan. Max pernah menawarkan agar personel lain dimanajeri oleh orang lain, namun Andreas menolak.

Max merasa dikhianati oleh band yang ia bentuk. Meski menyesali kejadian tersebut, Max menolak reuni karena perselihan yang tak terlupakan antara ia dan Andreas Kisser.

Setelah Max keluar, Sepultura diperkuat vokalis asal AS, Derrick Green. Kemudian keluarkah album Against (1998),  Nation (2001),  Roorback (2003), Dante XXI (2006). Album-album ini tidak sesukses album-album ketika Sepultura masih diperkuat Max Cavalera.

Pada 2009, Sepultura meluncurkan album A-Lex yang tak lagi diperkuat oleh Igor Cavalera. Album ini menandai matinya Cavalera sound di Sepultura.

Posisi Igor sebagai penabuh drum  digantikan oleh Jean Dolabella untuk album Kairos (2011). Jean Dolabella juga kemudian keluar dan digantikan penggebuk drum berusia 20 tahun, Eloy Casagrande, pada November tahun lalu.(bad/bbs)

 

Print Friendly, PDF & Email