oleh

Seorang Dukun di India Klaim Mampu Sembuhkan Covid-19 Tanpa Obat dan Vaksin

image_pdfimage_print

Kabar6-Biswaroop Roy Chowdhury, seorang juru kampanye anti-vaksinasi, sukses mendulang popularitas di India karena mengklaim bahwa pendekatan ilmu kedokteran terhadap pandemi COVID-19 sepenuhnya salah.

Chowdhury, melansir BBC Indonesia, juga dikenal sebagai dukun yang sangat lantang menentang obat dan vaksin COVID-19. “Menurut saya, kebanyakan kematian bukan karena virus Corona itu sendiri, tapi karena perawatannya,” kata Chowdhury, dalam salah satu video yang dipublikasikan melalui situsnya.

Pria itu menegaskan, pengobatan konvensional adalah konspirasi yang dirancang untuk memenuhi kantong dokter dan bisnis besar. “Obat-obatan tak akan membantu dalam menyembuhkan penyakit apa pun. Saya benar-benar yakin bahwa manusia tak memerlukan vaksinasi sama sekali,” terang Chowdhury.

Dalam videonya, Chowdhury mengklaim pola makanan yang kaya akan buah-buahan dan sayuran, akan menyembuhkan tak hanya COVID-19, tapi juga diabetes dan AIDS.

Sebaliknya, ilmu kedokteran mengatakan semua ini tidak masuk akal. Para kritikus mengungkapkan, Chowdhury membahayakan nyawa sebab ia secara keliru mengklaim dapat menyembuhkan COVID-19 melalui makanan saja.

Chowdhury sendiri memanfaatkan pandemi untuk menyebarkan pesan, mengajari para pengikutnya bahwa rumah sakit meningkatkan kemungkinan kematian mereka dan mengatakan bahwa pasien COVID-19 yang sulit bernapas akan lebih baik duduk di depan kipas angin ketimbang menerima oksigen.

Bagi para pengkritiknya, Chowdhury adalah penipu berbahaya yang nasihat buruknya hanya dapat memicu gelombang kedua virus Corona di India.

“Biswaroop Roy Chowdhury adalah seorang gadungan,” ungkap Dr Sumaiya Shaikh, editor sains dari situs pengecekan fakta India Alt News. “Dia memiliki banyak pengikut dan itu membuatnya lebih berbahaya.”

Mereka adalah pengikut yang telah dikumpulkan melalui banyak buku, video dan kursus online dan siaran langsung ceramahnya. Sementara itu YouTube, Twitter, dan Facebook melarang Chowdhury tahun lalu, setelah dia berhasil mengumpulkan banyak pengikut, hampir satu juta di YouTube saja, sebelum akunnya dihapus.

Namun Chowdhury masih memiliki akun resmi di WhatsApp dan Telegram. Pendukungnya juga mengunggah dan menyebarkan isi ceramahnya melalui akun proxy. ** Baca juga: Mukjizat, Balita Ini Masih Hidup Setelah Terjatuh dari Lantai 5 Sebuah Apartemen di New York

WhatsApp berkata bahwa mereka bekerja keras untuk membatasi penyebaran informasi bohong soal virus Corona di platform mereka. Sedangkan Telegram tidak memberi respons ketika dimintai tanggapan.

Chowdhury menampilkan dirinya sebagai sosok ‘underdog’, berani melawan lembaga medis yang bermaksud menipu publik. Dia menegaskan, COVID-19 ‘sama seperti flu biasa’, meskipun faktanya virus itu jauh lebih mematikan.

Ia mengklaim, masker tak membantu menghentikan penyebaran virus dan justru akan membuat para pemakainya sakit. Dia telah mengooptasi kata dalam bahasa Urdu azaadi, yang berarti ‘kebebasan’, seruan yang menggema di banyak komunitas tertindas di India, untuk slogannya ‘masks se azaadi” (kebebasan dari masker).

Dalam salah satu buku elektronik tentang virus Corona buatannya, Chowdhury menawarkan sekira Rp18 juta bagi siapa pun yang ‘bisa membuktikan bahwa vaksin telah membantu dengan cara apa pun’.

Ketika COVID-19 muncul, Chowdhury segera mengumumkannya sebagai ‘penyakit seperti influenza’, bisa disembuhkan dengan pola makan tiga tahap yang telah ia terapkan.

Ia membuka layanan konsultasi dengan memasang harga hampir Rp100 ribu kepada para pasien, jika mereka ingin mendapatkan rencana diet. Chowdhury mengatakan, dia telah menyembuhkan lebih dari 50 ribu pasien COVID-19 tanpa korban jiwa.

Chowdhury mendukung metodenya dan menolak tuduhan bahwa ajarannya membahayakan orang. “Apa mereka memberikan bukti apa pun? Saya kira tidak,” katanya.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email