oleh

Sentra Pengrajin ‘Kampung Terompet’ di Tangsel, Riwayatmu Kini

image_pdfimage_print

Kabar6-Terompet indentik dengan perayaan malam tahun baru. Kini bagi para penjual terompet masa kejayaan bisa meraup rupiah berlimpah tinggal kenangan.

Cerita pilu itu terucap dari penghuni “Kampung Terompet” yang terletak di Kota Tangerang Selatan (Tangsel).

Hariyanto, salah satu pengrajin terompet yang kini hanya bisa mengelus dada. Tahun ini ia hanya membuat 500 terompet. Itupun memakai bahan baku kertas karton sisa-sisa tahun lalu yang dianggapnya masih bisa menghasilkan nilai ekonomis.

“Takut enggak laku. Makanya cuma bikin sedikit,” katanya ditemui di RT 01 RW 11, Kelurahan Jurangmangu Barat, Pondok Aren, Kamis (27/12/2018).

Pria asal Boyolali, Jawa Tengah, itu mengungkapkan tanda mulai lesunya bisnis terompet sudah terasa sejak 2016 silam. Tahun ini dipresiksi menjadi puncak titik nadir. Harapan terompet buatannya bisa laris manis peluangnya masih ada, tapi sangat kecil.

Hariyanto bilang, kondisinya berbeda dengan era sebelum 2015. Bisnis terompet digelutinya sangat menggiurkan. Ia mengaku sempat merasakan rejeki nomplok dari hasil memproduksi terompet. Bisa mendulang untung hingga sekitar belasan juta rupiah.

“Dulu saya pernah dagang jalan kaki Boyolali ke Jogya lewat depan Candi Prambanan. Meski jauh saya lakonin, karena uangnya kerasa. Ya kali aja tahun baru sekarang masih ada rejeki,” ujarnya penuh optimis.

Cerita senada juga diutarakan pengrajin yang masih paman Hariyanto. Pria paruh baya itu bilang hatinya merasa lirih setiap melihat terompet buatannya yang masih numpuk memenuhi rumah petak kontrakannya. Jumlah yang teronggok mencapai sekitar 4000 terompet.

“Itu plapon dari sampe ke belakang penuh sama terompet. Makanya sedih, karena terompet ini mau diapakan,” ungkapnya bernada lirih sambil menunjuk ke arah atap kediamannya.

Ia mengenang cerita manis dahulu menjelang malam pergantian tahun. Sejak memasuki Oktober geliat produksi terompet sudah mulai dilakukan. Bahkan ia sampai mempekerjaan 20 hingga 30 orang tenaga lepas pembuat pembuat terompet.

Pada masa-masa kejayaan terompet, pria asal Klaten ini dirinya bisa menjual hingga 23 ribu terompet. Tetapi sekarang berbalik 180 derajat. Secercah harapan meraup rupiah saat perayaan tahun baru semakin buram.

Usai perayaan tahun baru ia sudah berencana pulang ke kampung halamannya di Jawa Tengah. Ia ingin menggeluti usahanya berdagang mainan anak-anak. Sebab setiap kali melihat tumpukan terompet, tak jarang air dari kelopak matanya menitik.

Batinnya merasa pedih. Kegalauan itu baginya sangat manusiawi. Modal beli bahan membuat terompet beberapa tahun silam belum lunas. Makanya ia sempat mewanti-wanti namanya tak usah terekspose.**Baca juga: Pawai Budaya Meriahkan HUT Kabupaten Tangerang Ke 75.

“Tahun ini (lesu) puncaknya. Banyak orang yang sempat mau ngambil terompet tiba-tiba nelpon batalin. Ya karena mereka udah baca, situasinya semakin enggak jelas,” ujar pria yang hanya mengenakan kaos singlet.(yud)

Print Friendly, PDF & Email