oleh

Sekolah Dasar Daegu di Korea Terima Lansia Karena Kekurangan Murid

image_pdfimage_print

Kabar6-Pada beberapa kawasan rural di Korea Selatan, mengalami penurunan jumlah penduduk secara drastis selama beberapa tahun terakhir. Rural adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa, pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Jumlah penduduk yang kian menyusut ini membuat sejumlah sekolah nyaris tak memiliki murid. Selain itu, selama satu dekade terakhir, angka kelahiran bayi di Korea Selatan merosot tajam hingga dinilai mengancam kelangsungan populasinya.

Berkurangnya tingkat kelahiran bayi ternyata turut berimbas pada dunia pendidikan di Korea. Sejumlah sekolah, melansir nytimes, terancam tutup karena tidak memiliki cukup murid. Salah satunya adalah Sekolah Dasar (SD) Daegu yang berlokasi di kawasan Gangjin. Pada era 1980-an, sekolah ini memiliki 90 murid di masing-masing kelasnya. Namun kini, Daegu hanya memiliki total 22 murid. Bahkan, bangku kelas empat dan lima hanya diisi masing-masing satu orang murid.

Lee Ju-young, Kepala sekolah Daegu, mengaku kewalahan dalam mencari murid. “Kami harus keliling desa untuk menjadi satu anak saja yang mau mendaftar sekolah, tetapi tidak ada.”

Higga akhirnya, Lee Ju-young memutuskan untuk menerima pendaftaran murid bagi kaum lansia (lanjut usia). Keputusan ini ternyata disambut antusias oleh sejumlah warga sekitar. Hasilnya, sebanyak delapan nenek berusia 56-80 tahun mendaftarkan diri sebagai murid di Daegu.

Salah satu murid baru di SD Daegu adalah Hwang Wol-geum (70) yang duduk di bangku kelas satu. Hwang Wol-geum sendiri buta huruf karena semasa kecilnya tidak dapat menikmati bangku sekolah demi mengurus ternak milik keluarga dan merawat adik-adiknya. “Saya ingin bisa menulis surat untuk anak-anak saya, saya sudah memimpikan ini sejak dulu,” ujarnya. ** Baca juga: Pelajar di Filipina Wajib Tanam 10 Pohon Sebagai Syarat Lulus Sekolah

Ditambahkan Hwang Wol-geum, ia sampai menangis saat tiba hari pertama masuk sekolah. “Saya tidak percaya akhirnya ini terjadi. Memakai tas sekolah sudah menjadi impian saya sejak lama.” (ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email