oleh

Secercah Asa Pedagang Bendera 17 Agustusan Pascalebaran

image_pdfimage_print

Kabar6-Hembusan angin kencang menyibak pajangan kain bendera Merah-Putih milik pedagang di sepanjang ruas Jalan Raya Serpong KM 7, Kecamatan Serpong Utara, Tangerang Selatan (Tangsel), Senin (12/8/2013).

Kibaran kain bendera yang meliuk-liuk, seolah menjadi penyeiring asa para pedagang, jelang perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-68 yang jatuh pada 17 Agustus mendatang.

Ya, tentunya pengrajin dan pedagang atribut 17 Agustusan menaruh banyak harapan pada HUT Kemerdekaan ke 68 tahun ini, agar mampu menangguk omzet berlimpah.

Sebab, sejak beberapa tahun terakhir, omset pengrajin dan pedagang atribut 17 Agustusan sangat minim dan bahkan terbilang jeblok bila dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Nendi, salah seorang pedagang bendera di ruas Jalan Raya Serpong mengaku, sejak dua tahun terakhir nasib baik tidak berpihak padanya dan para pedagang atribut 17 Agustusan lainnya. Hal itu menyusul musim perayaan 17 Agustusan bertepatan dengan datangnya bulan Ramadhan dan jelang Idul Fitri.

Alhasil, mayoritas masyarakat lebih mementingkan kebutuhan Lebaran ketimbang belanja atribut perayaan Hari Kemerdekaan. Hingga banyak orang jadi terkesan cuek dengan peringatan 17 Agustusan.

Suka tidak suka, kondisi itu tentu saja harus tetap dihadapi Nendi dan teman-temannya sesama pedagang atribut 17 Agustusan. Meski getir, Nendi harus tetap tersenyum. “Tujuh belasan sekarang enaknya pas udah Lebaran. Kitanya jadi masih punya harapan buat dapat duit,” terang Nendi.

Demi menyambut datangnya perayaan HUT Kemerdekaan Ri ke 68 tahun ini, Nendi dan teman-temannya sesama pedagang bendera bahkan rela tidak berlebaran di kampung halaman.

Maklum, sejak awal Agustus lalu, Nendi yang mengaku sudah 8 tahun menjadi pedagang atribut 17 Agustusan ini sudah menggelar lapak di ruas Jalan Raya Serpong. “Semua demi mendulang rejeki tahunan,” katanya.

Kini, pelbagai atribut untuk perayaan 17 Agustusan sesuai minat pelanggan telah tersedia di lapak Nendi. Tentunya, setiap ukuran atribut yang tersedia harganya berbeda.

Seperti untuk atribut jenis bendera ukuran 180 centimeter dijual seharga Rp 100 ribu, atribut bendera ukuran 150 centimeter dipatok Rp 70 ribu.

Sedangkan bendera ukuran 120 sentimeter dibanderol Rp 50 ribu, 90 sentimeter ditawarkan senilai Rp 30 ribu serta 45 sentimeter dijual Rp 10 ribu.

Meski mengaku penghasilannya dari menjual atribut 17 Agustusan tidak menentu. Namun Nendi bertekad ingin tetap menjual bendera.

“Hasilnya lumayan mas. Cukuplah buat makan saya dan anak istri di kampung. Tapi kalau lagi sepi, terkadang dagangan saya tidak ada yang laku,” ujar pria asal Kabupaten Cirebon itu polos.

Pantauan kabar6.com, di sejumlah sudut ruas jalan dan lampu merah di Tangsel, seperti di kawasan Bintaro, Serpong, Pamulang hingga Ciputat, geliat pedagang bendera, bambu, umbul-umbul dan pernak-pernik 17 Agustusan sudah mulai bermunculan.

Meski dianggap telah merusak keindahan wajah kota, namun juga harus diakui bahwa keberadaan pedagang bendera sekaligus menjadi penyemangat dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI.(yud)

 

Print Friendly, PDF & Email