oleh

Sebuah Universitas di Inggris Ajari Mahasiswa Kebidanan Cara Rawat Pria Transgender yang Melahirkan Lewat Mr P Buatan

image_pdfimage_print

Kabar6-Edinburgh Napier University di Inggris mengajari para mahasiswa kebidanan cara merawat pria transgender yang melahirkan melalui Mr P yang dibuat khusus.

Materi dari Edinburgh Napier University ini, melansir Telegraph, menerangkan bahwa pria transgender yang melahirkan mungkin masih memiliki ‘alat kelamin pria eksternal’ setelah transisi. Buku kerja keterampilan tentang ‘katerisasi’ ini memberi tahu para mahasiswa bahwa orang yang melahirkan tersebut mungkin sudah menjadi pria. Buku kerja itu juga menambahkan, seorang transgender yang mengalami transisi dari wanita ke pria, bisa melahirkan melalui Mr P yang dibuat khusus.

Elaine Miller, Anggota Chartered Society for Physiotherapy, mengungkapkan kekecewaannya pada isi buku kerja. “Tidak mungkin bagi seorang pria untuk hamil,” katanya. “Seorang wanita dengan perbedaan jenis kelamin bisa hamil tetapi tidak akan memiliki alat kelamin laki-laki.”

Seorang juru bicara Universitas Edinburgh Napier mengatakan, hal itu bertujuan untuk menjadi inklusif bagi orang-orang di komunitas LGBTIQ (lesbian, gay, biseksual, transgender, interseks, dan Questioning) dan akan memperbarui materi ajar jika diperlukan. ** Baca juga: Edan! Pria AS Ini Mengaku Jatuh Cinta pada Ibu Kandungnya

Para mahasiswa yang peduli, mengirim gambar tentang materi ajar itu ke situs web Reduxx karena khawatir tentang pesannya. Ini terjadi setelah seorang mahasiswa PhD feminis kalah dalam kasus hukumnya melawan universitas, setelah mengeklaim dia mengalami pelecehan dan intimidasi dari aktivis hak transgender.

Raquel Rosario Sanchez (32), menggugat University of Bristol dengan tuduhan gagal melindunginya dari para aktivis, yang menargetkannya karena keterlibatannya dengan kelompok kampanye Woman’s Place UK.

Sanchez mengajukan klaim kepada universitas atas kerusakan dalam kontrak, kelalaian dan Undang-Undang Kesetaraan atas cara menangani keluhan tentang dirinya menjadi sasaran. Sanchez, yang latar belakang akademisnya di bidang feminisme, memulai program PhD-nya pada musim gugur 2017, meneliti pria yang membayar untuk seks.

Dikatakan Sanchez, kesehatan mental dan kinerja akademisnya menderita akibat serangan online yang dimulai pada Februari 2018. Aktivis telah memprotes ceramah yang dia berikan dan melabelinya sebagai ‘terf’-seorang feminis radikal trans-eksklusif- dan mengklaim dia menyebarkan kebencian tentang orang-orang transgender.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email