oleh

Saat Sakit, Makan Walau Tidak Lapar Bisa Bantu Pemulihan

image_pdfimage_print
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Ketika sedang terbaring sakit, biasanya Anda menjadi tidak doyan makan karena berbagai sebab misalnya mual atau sakit tenggorokan. Padahal, sebuah studi menunjukkan bahwa makan, terlebih dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya, justru dapat mempercepat penyembuhan penyakit.

Para peneliti di Salk Institute for Biological Studies, dikutip dari Kompas, menemukan bahwa memaksakan diri untuk makan walau Anda tidak lapar, bisa membantu pemulihan.

Janelle Ayers, asisten profesor, dan timnya memberi bakteri Salmonella Typhimurium kepada tikus-tikus laboraturium. Bakteri ini menyebabkan hilangnya nafsu makan dan menyebar dengan cepat ke bagian lain dari tubuh.

Hasilnya, tikus yang mengonsumsi makanan lebih banyak ternyata hidup lebih lama daripada tikus yang makan hanya sedikit. Anggapan yang beredar selama ini adalah bahwa makanan tambahan dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Tapi, itu tidak terjadi dalam penelitian ini.

Bakteri pada tikus yang banyak makan, ditemukan oleh Ayers, tidak menyebar seluas pada tikus yang makan hanya sedikit. Hal inilah yang memungkinkan mereka untuk tetap sehat.

“Apa yang kami temukan adalah bahwa kehilangan nafsu makan akan membuat bakteri Salmonella menjadi lebih mematikan, karena usus dipaksa untuk menemukan nutrisi bagi dirinya sendiri,” kata peneliti Sheila Rao dalam siaran persnya.

Namun penelitian ini hanya mencerminkan bagaimana bakteri bekerja pada tikus, dan tidak manusia. Tetapi tim berharap, ini adalah awal yang baik untuk melakukan penelitian tambahan mengenai penurunan nafsu makan yang ditimbulkan penyakit metabolik seperti tekanan darah tinggi.

Tim juga berharap bahwa pengobatan berbasis nutrisi bisa menjadi alternatif selain obat-obatan antibiotik. ** Baca juga: Misophonia, Terganggu Dengar Suara Orang Makan

“Menemukan alternatif terhadap antibiotik sangat penting, karena saat ini telah banyak kejadian evolusi strain kumam yang resisten terhadap antibiotik yang ada,” kata Ayres.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email