oleh

RSUD Klaim Sudah Bantu Carikan ICU Untuk Almarhum Suharsono Saat Kritis

image_pdfimage_print

Kabar6-RSUD Kota Tangerang mengklaim bila pihaknya telah berupaya mencarikan ICU bagi almarhum Suharsono saat kritis, karena mengalami pecah pembuluh darah.

Dirut RSUD Kota Tangerang, Dr. Henny Herlina akhirnya menjawab penyesalan pihak keluarga dan kerabat almarhum Suharsono, pasien KIS Asal Cipondoh yang nyawanya tak tertolong karena sulitnya mendapatkan penanganan ICU di sejumlah RS diwilayah tersebut, beberapa hari lalu.

“Saya pun berusaha membantu mencarikan ICU di RS lain. Karena ICU di RSUD saat itu full,” kata Dr. Henny, saat di konfirmasi Kabar6.com, Sabtu (3/8/2019) pagi ini.

Dirut turun tangan mencarikan ruang ICU bagi pasien yang kondisinya sudah kritis itu, lantaran dimintai tolong oleh kerabatnya.

“Saya diminta tolong oleh teman saya, Aries (pimpinan redaksi sebuah surat kabar lokal diwilayah Kota Tangerang),” pungkasnya.

Namun, setelah itu mantan Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Tangerang ini, tak lagi memberikan jawabannya. Termasuk saat ditanya mengenai dugaan adanya satu tempat yang tak sengaja ditemukan oleh pihak kerabat almarhum saat mengecek langsung ke ruang ICU di RSUD Kota Tangerang.

Diberitakan sebelumnya, Keluarga almarhum Suharsono, warga Cipondoh Makmur, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, hanya bisa pasrah, sesudah berusaha keras mencari pertolongan medis dari sejumlah RS yang ada diwilayah setempat.

Duka pun kini tengah menyelimuti suasana hati isteri dan anak almarhum.
Namun, dibalik kehendak tuhan ini, pihak keluarga dan kerabat almarhum sebelumnya sudah berjuang keras untuk menyelamatkan nyawa almarhum Suharsono.

Pasien pemegang Kartu Indonesia Sehat (KIS) ini mengalami kondisi darurat karena pembuluh darahnya pecah, setelah terjatuh di kamar mandi rumahnya.

Sayang, disaat kondisi kritis seperti itu, penanganan di ruang Intensive Care Unit (ICU) di sejumlah RS di Kota Tangerang, di informasikan sedang penuh.

Mau tidak mau, pihak keluarga yang saat itu tak bisa berbuat apa-apa lagi, akhirnya harus merelakan almarhum Suharsono menemui ajalnya.

Kisah pilu ini pun, di ceritakan oleh kerabat korban yang pada saat itu ikut juga membantu mencarikan pelayanan atau pertolongan bagi almarhum Suharsono, semasa masih dalam kondisi kritis.

“Ya, jadi pada hari Selasa kemarin sekitar jam 17.50 pak Suharsono (almarhum), hendak mandi untuk kemudian menunaikan sholat magrib berjamaah dimusolah sekitar rumah seperti hari biasanya. Baru saja sekitar 2 menit didalam kamar mandi, istri almarhum mendengar teriakan dari dalam kamar mandi, dan ketika dibuka ternyata bapak badannya sudah kaku dan hanya suara nya saja yang masih terdengar sambil berkata bu badanku kaku, mataku gelap, darah keluar dari lobang hidung, telinga serta mulutnya, langsung saja kami bawa kerumah sakit,” kata Qinoy, kerabat almarhum, kepada Kabar6.com, Kamis (1/8/2019) malam.

Dalam kondisi panik, pihak keluarga akhirnya memutuskan membawa Suharsono yang sudah kritis itu ke RS Mayapada.

“Dan kebetulan kami sampai di RS Mayapada mengingat kondisi bapak yang makin kritis itu lah RS terdekat. Padahal awalnya kami mau bawa bapak ke RSUD Kota Tangerang, karena bapak hanya punya kartu jaminan KIS, tapi karena darurat ya kami masuk saja ke IGD RS Mayapada,” ucap Qinoy menirukan cerita Imam, anak dari almarhum.

Namun, pihak RS Mayapada tak dapat memberikan tindaklanjut medis lebih, di karenakan keterbatasan ruang ICU yang sudah penuh.

**Baca juga: Begini Cerita Keluarga Pasien KIS Asal Cipondoh Yang Sulit Dapat ICU Saat Kritis.

“Memang disini kami mendapatkan pelayanan yang cepat, tapi pihak RS Mayapada, menyarankan bapak harus dirawat di ruang ICU guna mendapatkan perawatan yang lebih Intensif. Sebab di RS itu, hanya ada 7 tempat tidur di ruang ICU nya, yang 5 khusus pasien BPJS, sudah full. Sedangkan 2 lainnya untuk umum dan itu pun yang satu sudah di boking dan yang satu dalam perbaikan,” urainya.

Meski demikian, pihak RS Mayapada pun sempat ikut membantu mencarikan alternatif RS lainnya. Namun, nyatanya semua RS di Kota Tangerang yang dihubungi pun berdalih hal sama, yakni sedang full kapasitas.

“Tapi ya gitu, semuanya bilang penuh di Tangerang, EMC, Sari Asih, RSUD Kabupaten Tangerang, bahkan di RSUD Kota Tangerang pun katanya penuh. Kami disuruh nunggu sampai ada pasien yg keluar baru bapak bisa masuk, begitu pula yang ada di Jakarta. Memang ada satu RS alternatif yang bisa, yakni di RSPAD, tapi tidak bisa pakai BPJS. Dan, estimasi biayanya sekitar 30 jutaan per malamnya. Kami tidak sanggup. Bahkan sangking frustasinya ibu malah menyarankan ke saya untuk cabut saja selang dan kabel dibadan bapak, kita pulang, kita iklaskan saja,” kata Qinoy, menambahkan cerita Imam yang diungkapkan penuh sedih.(ges)

Print Friendly, PDF & Email